09 Desember 2008

Pengamen Yang Ku Temukan


Pengamen Yang Ku Temukan
Mochammad Moealliem

Lama rasanya aku tak memberi kesempatan jariku menari di panggung keyboard, dan membiarkan otakku terpasung oleh paku bumi nusantara yang sejak lama kurindukan, kutatap erat semua yang bisa dicapai mataku yang kebetulan harus berkacamata untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk, sebab jika tanpa kacamata aku hanya mampu memandang dalam jarak dekat. semua yang berjarak agak jauh akan terlihat sama buruknya, alias sama buramnya baik cakep atau jelek terlihat sama-sama tidak jelas.



Akan tetapi ketika aku memakai kacamata, orang cakep di kejauhanjarak pun tampak jelas, apalagi yang buruk lebih tampak jelas, apalagi sifat manusiawi selalu mengajakku terseret pada pepatah lama, semut diseberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tidak tampak. Bukan hanya itu tentunya dengan kacamata fisik aku dapat melihat jerawat orang walaupun aku tak bisa melihat jerawatku sendiri yang menghias langit dengan bintang-bintang yang tak bersinar di wajahku.

Dulu ketika saya masih di Mesir, sebagai mahasiswa pecinta lingkungan, saya suka berkeliling dengan menikmati bus kota yang mirip eropa (yang mirip hanya berjalan di sebelah kanan dan sopir di bagian kiri he3) setidaknya saya dapat memadukan dengan apa yang pernah kulihat di Indonesia, dimana para penghibur perjalanan begitu banyak dan berkelas, meski masih dalam tingkat jalanan. Hal demikian tak pernah saya temukan selama di Mesir, pengamen kelas bus kota raib di telan budaya, hanya pengamen kelas kafe dan panggung yang masih dapat bernafas.

Pernah kadang saya timbul rasa kangen pada penghibur perjalanan, apalagi yang membuat kita tertawa mengurangi kepenatan dalam perjalanan jauh, namun itu tak terpuaskan ketika kita berada di Mesir, dan terkadang kita rindu suasana Indonesia (asal gak berlebihan he3). Setidaknya kita akan idealis dengan suasana yang kita rindukan, kalau pengamen maunya lagunya yang bagus, wajahnya yang cakep, kreatif, dan tidak memaksa.

Akhirnya dalam tiga bulan terakhir aku menemukannya dengan berbagai corak yang khas, seperti seorang yang baru lahir tentu akan kaget dan menangis, tanpa aku tahu alasan yang pasti kenapa menangis dulu sebelum tertawa? namun aku tidak menangis, aku hanya prihatin dengan negeriku, ketika zaman berubah tak kenal henti, hingga kreatifitas itu harus berubah menjadi kriminalitas..

Dulu sebelum saya pergi ke Mesir, saya menemukan pengamen yang kreatif, lagunya bagus, tidak memaksa. Kemarin ternyata aku menemukan kembali, meski sebelumnya saya juga menemukan orang-orang yang tak kreatif, lagunya gak jelas, memaksa dengan berkata “tolong dihargai!”, padahal sudah saya berikan dua keping uang 500 an, ada apa gerangan?

Ada juga yang ngasih hiburan gratis bahkan dia bukan pengamen, dia adalah pedagang kipas angin tanpa listrik, dia bilang “kipas tanpa listrik, kalau nyetrum uang kembali” ya memang dia benar, soalnya kipasnya dari anyaman bambu, orang jawa menyebutnya “tipas”.

Ada juga yang bernyanyi tiga lagu, namun tak minta di hargai seperti yang diatas, terkadang terbesit, bahwa akan saya hargai orang-orang yang kreatif, dan saya pikir hanya orang-orang kreatif yang akan bertahan lama dalam mengarungi hidup dalam sisi apapun, terlebih jika hidup di kota Jakarta. Segala sesuatu adalah berujung pada duit, dan itulah realita yang ada, fasilitas umum yang gratis hanyalah “no smoking area”.

Kupandangi orang-orang yang sedang membuat sejarah bagi diri mereka di kota Jakarta, setidaknya aku bisa memetik sedikit ilmu tentang kehidupan secara nyata, dimana selama ini saya hidup dalam ranah teori dan konsep, yang tak cukup mudah teori dan konsep itu kita terapkan pada lingkungan, terlebih lingkungan yang bervariasi, dan waktunya terkuras untuk kerja, yang sangat berbeda ketika kita bermasyarakat ala mahasiswa mesir yang kebanyakan pengangguran, satu golongan, dan punya daya pikir yang setaraf, kalau pun hal itu boleh dianggap miniatur sebuah negeri tercinta, tentunya belum bisa mencukupi jika kita tidak turun langsung.

Ternyata apa yang kita rindukan tak menjanjikan kebahagiaan, mungkin hanya satu hal yang bisa membuat kita bahagia merindukannya, dia adalah Pemilik kerinduan, hanya saja gerbangnya adalah kehidupan dan kematian, gerbang kematian akan mengantar kita menuju ruang tunggu hingga mendapat waktu giliran, namun gerbang kehidupan akan mengantar kita pada ruang rindu pada ciptaan, dan itu bisa terwujud ketika manusia mulai melangkah dalam pernikahan, ujungnya pun adalah gerbang kematian, tentunya untuk mencapai Sang pemilik kehidupan akan mengalami etape-etape yang perlu dilakukan, sebagaimana Ibrahim telah mempraktekan hingga kita kenang, sebuah perjuangan pembuktian kerinduan pada yang seharusnya, yang harus berhadapan dengan perasaan yang mengiris-iris, dari sejak sejak lahir hingga darah tak lagi mengalir. sejarah begitu indah dan membuat kita tersenyum, namun membuat sejarah adalah perjuangan yang tak mampu digambarkan.

Allim
Tangerang, Selasa 08 Desember 2008
Fa ammas saila fala tanhar



[+/-] Selengkapnya...

01 September 2008

Cairo Tower

Nih menaranya mesir, kalau dipikir nggak begitu indah, hanya saja ketepatan dekat dengan sungai Nil

Nih diliat dari puncak menara





[+/-] Selengkapnya...

31 Agustus 2008

Cairo International Airport

Dulu ketika aku datang tahun 2002, belum ada sutle bus seperti ini, dan parkirnya masih didepan pintu keluar bandara, namun sekarang parkirnya pindah jadi antara tempat parkir dan pintu keluar harus naik bus seperti ini.


Inilah wajah bandara kairo ketika aku datang, bus kota pun bisa ada didepan langsung, sebelah kananya tempat parkir, sekarang dibongkar dan sedang dibangun terminal tiga.

Ini bandara lama "matoor qodim" sampai saat ini masih dipakai juga.


ini kalau dilihat dari satelit, warnanya kuning kemerah-merahan seperti pasir terbakar

[+/-] Selengkapnya...

Indonesia Juga Indah


Monumen nasional (monas) ternyata lebih indah dari menara 'borg arab' di Mesir

ah ternyata setelah pergi keluar negeri aku tahu kekurangan dan kelebihan negeriku.

Ya Allah, bekali aku ketika aku turun ke bumi, berkahi ilmu yang kutimba selama ini, bimbing aku dalam mengarungi kehidupan yang lebih nyata, dari kehidupanku sebagai pelajar selama ini, Indonesia lebih luas, dan lebih beraneka ragam budaya, bahasa, dan tata cara beribadah untuk menyembahMu.

Ilmu yang Engkau berikan padaku, tak akan mampu menjawab segala persoalan yang ada pada hambaMu yang ada di Indonesia, dari itu aku mohon tambahi aku pengetahuan dariMu setiap waktu, izinkan aku mampu melakukan apa yang aku tahu, dan izinkan aku menjadi sebab bagi mereka yang ingin tahu.

cairo, 30 agustus 2008


[+/-] Selengkapnya...

30 Agustus 2008

mengenal dan mengenang duit mesir

25 piester (1/4 pound ) nilainya sekitar Rp.450, agustus 2008

50 piester (1/2 pound ) nilainya sekitar Rp.900, agustus 2008

1 pound nilainya sekitar Rp.1.800, agustus 2008

5 pound nilainya sekitar Rp.9.000, agustus 2008

10 pound nilainya sekitar Rp.18.000, agustus 2008

20 pound nilainya sekitar Rp.36.000, agustus 2008

50 pound nilainya sekitar Rp.90.000, agustus 2008

100 pound nilainya sekitar Rp.180.000, agustus 2008

200 pound nilainya sekitar Rp.360.000, agustus 2008

[+/-] Selengkapnya...

23 Agustus 2008

Mintalah padaNya yang Maha Memberi

Allah berpesan, ud'uni astajib lakum, mintalah padaKu niscaya Aku akan mengabulkannya.

janganlah kamu malu mengangkat tangamu untuk meminta padaNya, tapi malulah jika kamu minta pada selain Allah yang belum tentu memberi yang kamu minta.

Nabi bersabda, sesungguhnya tuhanmu maha hidup dan maha dermawan, yang pasti memberi jika hambanya menjulurkan tangannya untuk meminta padaNya.

Mintalah padaNya jangan minta padaku, mungkin saja aku akan menjadi sebab pemberianNya untukmu, dan siapa saja yang meminta padaNya, namun mungkin juga bukan aku yang menjadi sebabnya, apa kamu tidak percaya bahwa Allahlah yang maha menepati janji.

[+/-] Selengkapnya...

Jangan Bersedih

Jangan bersedih
Jika kamu merasa berdosa maka bertobatlah padaNya
Jika kamu melakukan keburukan maka mintalah ampunan-Nya
Jika kamu melakukan kekeliruan maka perbaikilah
Rahmat tuhanmu lebih luas
Dan pintu masih terbuka
Pengampunan begitu besar
Dan taubat pasti diterima

[+/-] Selengkapnya...

07 Agustus 2008

Teori Pemurnian Tauhid

Teori Pemurnian Tauhid
Oleh : Mochammad Moealliem

Abdau bismillahi war rohmani, wa bir rohimi daimil ihsani, Aku mulai dengan menyebut nama Allah, Dzat yang penyayang, dan Dzat yang pengasih yang senantiasa baik dalam segala hal. Demikianlah pembukaan dalam pelajaran tauhid diawal saya belajar ketika masih SD, tiba-tiba saja saya ingin menulis beberapa hal yang menurut saya perlu diluruskan, baik dalam tauhid dan sebagainya, dari berbagai madzhab teologi yang saya tahu, wahabi, syiah dan mungkin juga dari beberapa ajaran sufisme yang mengalami penyelewengan. Saya yakin setiap madzhab punya kebenaran, namun juga punya kesalahan.

Tauhid adalah penyatuan, kata tauhid adalah masdar dari fiil madli wahada, dan isim failnya adalah waahid, waahid artinya sang penyatu, dan penyatu itu sekaligus wahid atau yang satu, satu yang tidak menjadi dua, tiga dan seterusnya, satu yang tunggal, satu yang esa, satu yang tidak berkelamin, satu yang dhohir, satu yang bathin, satu yang ada, satu yang wujud.

Memurnikan tauhid, anda pernah mendengar tentunya kata yang janggal ini, bagaimana bisa tauhid itu dimurnikan? Jika dimurnikan akan jadi tanpa tauhid. Yang perlu dimurnikan adalah jiwa dan hati, sebab jika jiwa dan hati telah murni maka tauhid itu akan bersemayam dengan sendirinya, tak akan ada yang mampu menyatukan semua orang kecuali Sang Satu, Dia menjadikan kita yang asalnya satu menjadi beraneka ragam untuk saling berkenalan, menjadikan Musa harus kenalan dengan hamba yang lain, sebagai bukti bahwa kebenaran yang dimiliki manusia tak akan pernah sempurna, diatas yang benar masih ada yang benar, dan yang benar secara hakiki adalah Sang Satu.

Setiap agama akan memiliki madzhab yang bermacam-macam, hal demikian bisa kita lihat dalam berbagai agama didunia, tanpa terkecuali agama penulis. Setiap umat akan bersatu ketika dibawah pimpinan yang satu, sebagaimana umat-umat nabi terdahulu, mungkin hanya umat nabi Musa yang mengalami perpecahan dimasa pimpinannya masih hidup, sebab dipimpin dua nabi Musa dan Harun..

Perpecahan umat nabi Isa, terjadi setelah (diangkatnya), perpecahan umat nabi muhammad pun setelah wafatnya, mungkin kita menganggap bukan perpecahan, namun perbedaan, akan tetapi perbedaan itu semakin hari semakin terasa masing-masing merasa sebagai yang satu. Maka semua akan merasa kami lah yang satu, kami lah yang satu, kami lah yang benar, yang lain adalah salah.

Meskipun hal demikian telah ditentukan dan tak akan bisa dihindari, namun sebenaranya kita bisa mengambil pelajaran dari sejarah kita sendiri agar tak larut dan meneruskannya, meskipun hal demikian tidak menjamin akan terjadi, sebab nabi sendiri hanya diberitahu yang akan terjadi, namun beliau tak berhak dan tak akan mampu mencegah apa yang akan terjadi pada umatnya, kecuali mendapat taufiq, atau kesamaan antara usaha kita dengan kehendak Sang Satu.

Kita tak akan bisa menjadikan orang mendapat hidayah, kita tak akan mampu meng islamkan orang dan sebaliknya. Kita hanya mampu menjadi sebabnya saja, maka jika ada orang yang merasa bisa menjadikan orang dapat hidayah, dapat mengislamkan orang, dia termasuk orang yang tertipu, nabi saja tak mampu meng islamkan abu tholib, dan Sang Satu pun telah memberitahu, laisa alaika hudahum, walakin Allah yahdi man yasa'.

Kita sering berdoa agar kita menjadi sebab bagi orang-orang yang akan dapat hidayah, allahumma ij'alna sababan limanihtada. Namun kita sering mendengar seseorang memamerkan kehebatan dengan cara yang keliru seperti itu. Entah apa tujuannya, mereka berani menghitung orang yang masuk islam, sebagai hasil dari kerjanya, apalagi jika yang mendapat hidayah orang terkenal, secara tidak sadar terkadang menjadikan mereka sombong, padahal seyogyanya hal demikian untuk menguji mereka, sejauh mana rasa syukurnya pada Sang Satu, bukan malah lupa pada Sang Satu, sementara orang lain mendapat hidayah.

Jangan anda pikir menjadi ulama tidak diuji, nabi tersayang pun tetap diuji, raja baik pun duji, raja jahat pun diuji dan semua yang terkena hukum taklif akan diuji, Allah itu adil dan tidak berpihak, hal demikian pun sebagai ujian agar kita berusaha keras, tidak manja, tidak bergantung buta, sebab ibadah kita bukanlah untuk menambah ketuhananNya, akan tetapi untuk kita sendiri, taat dan tidak taatnya seluruh makhluk tidak menambah atau mengurangi kekuasaanNya sedikit pun. Allah itu disucikan dari sifat butuh, butuh pada sesuatu adalah lemah.

Apakah kita akan memaksa orang masuk surga? (dengan memaksa mengikuti madzhab kita), atau apakah kita akan memaksa orang masuk neraka?(dengan mengkafir-kafirkan semau kita), Tugas kita adalah mengajak, bukan memaksa. Kita paksa seperti apapun kalau tak termasuk daftar penghuninya tak akan berguna.

Dakwah berarti mangajak, dakwah yang benar adalah dakwah ila Allah, mengajak untuk kembali kearah Sang Satu. Satu itu bukanlah wahabi, bukanlah syiah, bukan murjiah, bukan mu'tazilah, bukan pula ahlisunnah, satu itu ibarat samudra tempat bermuaranya seluruh sungai yang ada.

Bukankah nabi Ibrahim termasuk orang yang bertauhid? Apakah dia wahabi, apakah dia syiah, apakah dia ahlisunnah, apakah dia nasrani, apakah dia yahudi? Jawabannya adalah tidak semuanya, dia adalah Islam (Pasrah pada yang Satu). Jika begitu kenapa masih ada diantara kita yang merasa paling benar dari yang lain?

Kita dari sumber yang sama, sumber yang satu, namun kita dibuat berbeda, agar punya semangat dan selera dalam menuju samudra, tidak ada sungai yang tidak berliku, lomba tanpa pesaing tak akan meriah, maka janganlah kita bertengkar sementara perjalanan kita makin tertunda, mari bersaing siapa yang lebih dekat jaraknya dengan samudra.

Kamu boleh mengkritik teori yang aku pakai, namun kamu juga harus terbuka dengan kritik atas teori yang kamu pakai, bukankah orang lain lebih tahu kekurangan kita. Namun kita tak boleh anarkis jika teori kita terbuka kekurangannya, bukan asal mencaci maki karena ingin dianggap suci, apalagi tak punya jawaban langsung mencaci-maki, nabi Muhammad saja kalau tak punya jawaban akan diam, menunggu jawaban dari Sang Satu.

Dalam hal ini saya ingin menulis beberapa hal yang menurut saya keliru, sebagai kewajiban saya menyampaikan, agar saya tidak menanggung dosa atas seseuatu yang saya tahu, bukankah ketika melihat kemungkaran kita harus merubahnya, namun bukan menghancurkannya, karena kemungkaran itu bukan benda, jadi tak mungkin dirubah dengan tangan, namun kemungkaran itu adalah ucapan/fatwa, tentunya mengubahnya pun dengan ucapan/tulisan, anda setuju atau tidak, bukanlah tanggunganku.

Untuk orang wahabi, suatu ketika saya membaca fatwa dari ulama wahabi, syeikh utsamin, dalam buku seingat saya judulnya "fatawa arkanul islam", disana saya membaca beberapa fatwa, namun ada yang menjadi ganjalan dihatiku, dan sampai saat ini saya tak pernah bertemu dengan syeikh utsaimin itu, maka saya titip kepada kawan-kawan wahabi dimana saja untuk menyampaikan ini, barangkali akan menjadikan kebaikan. Atau mungkin aku tak bisa memahami maksudnya silahkan kepada orang wahabi untuk menjawabnya.

Orang wahabi, ketika mengartikan yadullohi fauqo aidihim, mengatakan bahwa itu adalah tangan alias maknanya hakiki bukan majaz, begitu pula fatwa syeikh utsaimin itu. Kemudian jika mengartikan wajhullah, adalah wajah secara hakiki, begitupula yang saya baca dalam buku itu, mereka mengatakan semua adalah hakiki dengan catatan "bila kaifa". Yang menjadikan saya menganggap keliru ketika ada ayat, kullu syaiin ha likun illa wajhah. (segala sesuatu akan rusak kecuali wajahNya) Jika itu tangan hakiki, dan wajah hakiki. Maka ayat ini menurut teori wahabi akan bermakna, bahwa tangan Allah akan rusak, padahal Allah tak akan rusak. Silahkan dijawab?

Untuk orang Sufi, janganlah mengunggulkan terlalu tinggi pada mursyid anda, jika anda terlalu mengunggulkannya, bukankah anda termasuk yang tertipu. Ingatlah dalam sufi lebih banyak rintangan dan jebakan, janganlah karena menempuh hakikat meninggalkan syariat, hal demikian juga penipuan. Ingatlah Syariat tanpa hakikat adalah bangkai, dan hakikat tanpa syariat adalah hantu. Bersufilah namun fiqh harus dipakai, pun juga berfiqihlah namun jangan lupa bertasawuf atau tazkiyatun nafs.

Untuk yang suka ziarah qubur, ziarahlah tapi jangan seperti mereka yang meminta pada orang mati, jika tak mampu menemui janganlah minta bantuan padanya, cukuplah berikan hadiah doa yang kamu baca, sebab jika kamu menangis, merengek diatas kuburnya, kamu seperti orang gila yang minta pada yang tak mampu berbuat apa-apa. Ziarahlah sebagai bahan untuk ingat bahwa kamu akan menyusulnya, ziarahlah sebagai penghormatan, ziarahlah sebagai rasa kasih sayang, diterima atau tidak hadiah doa yang kamu baca, adalah hak Allah, setidaknya kamu telah membaca kalam-Nya.

Untuk pedagang dipasar, tepatkan timbanganmu, entah kenapa aku tak mampu mengingatkan para pedagang yang mengurangi timbangan didekat penulis belajar. Untuk tahu, cobalah anda lihat timbel timbangan akan tetap ada diatas timbangan itu, meskipun kosong, penulis pernah tak sengaja mengangkat timbel untuk diganti yang lain, namun ternyata belum diganti timbangan tidak stabil, dan ternyata itu dilakukan mayoritas, pedagang buah, dan sejenisnya, ketika penulis tanya orang itu bilang "kena angin" aku tersenyum, malah kawanku yang memarahinya, namun tak bisa merubahnya. Ini juga aku titipkan buat kawan semua.

Itulah mungkin yang harus saya sampaikan, meski saya tetap kecewa kapada mereka yang membuat kita menjadi berlawanan dari yang asalnya hanya berlainan pendapat. Semuanya itu terjadi akibat perebutan kekuasaan setelah Nabi Muhammad, hingga saat ini, setiap golongan akan terus menyimpan luka sejarah, dan terus berlomba meraih pendukung sebanyak-banyaknya, serta wilayah yang seluas-luasnya, agar bisa meraih apa yang disebut kebenaran yang tunggal.

Demikianlah ketika agama dijadikan alat politik, maka terjadi adalah pembenaran-pembenaran yang berpihak, doktrin-doktrin paling benar sendiri, saling menghalalkan darah lawan politik dengan kedok agama, terus menyimpan rasa dendam karena hatinya bukan untuk Allah tapi masih keruh dengan madzhab atau partai yang mereka suka.

Bukankah contohnya masih bisa dilihat dengan jelas di Timur Tengah? Dan juga mungkin dalam diri kita sendiri, apakah kita akan bahagia jika semua umat islam bermadzhab syiah? Apakah akan bahagia jika semua bermadzhab wahabi? Ataukah kita satukan saja menjadi ahli sunnah, namun toh begitu, kita tetap akan berebut siapa yang ahlisunnah, kalau begitu marilah kita murnikan hati kita, jika kita telah mampu memurnikan hati kita, kita berasal dari madzhab manapun tak akan butuh embel-embel apapun kecuali bahwa kita adalah islam yang Islam, (umat muhammad yang mencapai kepasrahan kepada Allah), atau mungkin akan merasa tak ada apa-apa kecuali Allah dalam hatinya.

Bukankah itu tauhid yang murni, dihati hanya ada Sang Satu, yang lain hanya di mata, ditelinga, dimulut, namun yang jelas hati tak boleh ada yang lain, harta cukup ditangan tak perlu masuk dihati, tahta cukup dipundak, wanita cukup dimata, bukankah iman itu bersemayam dihati, haruskah kita membiarkan harta, tahta dan wanita menjadi hal yang sejajar dengan Allah? Bukankah itu yang disebut syirik, apalagi masih ditambah partai, ditambah madzhab yang kita sejajarkan dengan Allah, kita taati, kita hormati, kita puja, bukankah hal demikian adalah keliru?

Mungkin itulah hakikat tauhid, dan memang hati kita perlu dimurnikan, maka jika ingin memurnikan tauhid, mulailah menurunkan kedudukan selain Allah dalam hati kita, dan kalau bisa menaruh diluar, kalau belum bisa yach kta kurangi waktu keberadaan didalamnya. Dengan tetap mencari harta, mencari tahta, mencari wanita sesuai aturan yang berlaku, tetap berpartai misalnya, atau tetap bermadzhab dan lain sebagainya.

Ketika mulut kita diam, bukankah hati kita masih bisa berkata? Sementara ini kita hanya berdzikir dengan mulut kita yang bisa berbusa, maka maukah anda saya ajak untuk menyebut Allah dengan mulut yang tak akan berbusa? Jika mau, cobalah lakukan, diamkan mulut kita, dan ajari mulut hati kita berucap "ALLAH, ALLAH, ALLAH....." nabi Muhammad hatinya selalu berdzikir seperti itu, nabi Isa seperti itu, maka jangan salah faham jika nabi Isa berkata,"aku didalamNya, dan Dia didalam diriku".

Daripada mulut kita tersenyum tapi hati kita mencacimaki, bukankah lebih baik mulut kita tersenyum dan hati kita bertakwa, untuk yang ingin tauhid murni, cobalah sekarang juga, atau setidaknya anda lakukanlah sekali ini.

"Ala bidzikrillahi tatmainnul qulub" ingatlah bahwa dengan dzikir hati akan tenang.

Alliem
Kairo, Kamis 07 Agustus 2008
Hatiku pun masih keruh


[+/-] Selengkapnya...

06 Agustus 2008

Bid'ah Menurut Ahli Hadith

Bid'ah Menurut Ahli Hadith
Oleh : Mochammad Moealliem

Dalam tulisan sebelumnya saya penasaran dengan hadith riwayat dari imam nasai, yang menyebutkan kata, "wakullu dlolalatin fin nar" dimana pada Shohih Bukhari dan Shohih Muslim kalimat itu tidak ada, sebenarnya sudah cukup saya mengambil yang punya kekuatan yang lebih tinggi dalam hadith itu, namun ternyata yang menjadi pegangan banyak orang untuk justifikasi bid'ah adalah dari hadith riwayat nasai.

Alhamdulillah setelah saya telusuri di masing-masing syarah (penjelasan) dari beberapa kitab hadith, khususnya 3 kitab tersebut penulis mendapat gambaran yang jelas, bahwa bid'ah adalah hal umum yang dikhususkan, bahkan banyak para sahabat ketika tidak tahu hal baru mereka akan berkata bid'ah, misalnya ketka melihat sahabat yang lain melakukan sholat dhuha, dan yang belum tahu itu bertanya pada yang belum tahu juga, ketika ditanya sholat apaan tuh dia? jawabannya bid'ah.

Imam malik ketika ditanya apa makna "Arrahmanu alal arsy istawa" Maka jawabannya, bahwa iman padaNya wajib dan bertanya demikian adalah bid'ah, demikian juga dosen penulis suatu ketika saya tanyakan hal demikian, jawaban dosen saya ternyata mencontek jawaban imam malik, yaitu pertanyaan itu adalah bid'ah, padahal menurut penulis dosen itu nggak punya jawaban, namun dia tak berani mengarang jawaban meski pada anak kecil seperti penulis.

Tarawih adalah buatan Umar, Adzan pertama dalam jum'at buatan utsman, titik yang membedakan antara qof dan fa', ba' ta', tsa.dst, adalah buatan abul aswad, harokat buatan hajjaj bin yusuf, bahkan alqur'an yang begitu rapi sekarang ini adalah model yang dibuat al azhar, dan sekarang anda dengan mudah tahu, jus berapa, ayat berapa, surat apa dan sebagainya.

Baiklah sekarang kita lihat pendapat ahli hadith, pemberi syarh shohih bukhori (Ibnu Hajar) misalnya dalam memberi penjelasan tentang bid'ah yang dimaksud dalam hadith Bukhari 6735,

وَقَدْ بَيَّنْت ذَلِكَ فِي " كِتَاب الْأَدَب " فِي بَاب الْهَدْي الصَّالِح ، و " الْمُحْدَثَات " بِفَتْحِ الدَّالّ جَمْع مُحْدَثَة وَالْمُرَاد بِهَا مَا أُحْدِث ، وَلَيْسَ لَهُ أَصْل فِي الشَّرْع وَيُسَمَّى فِي عُرْف الشَّرْع " بِدْعَة " وَمَا كَانَ لَهُ أَصْل يَدُلّ عَلَيْهِ الشَّرْع فَلَيْسَ بِبِدْعَةٍ ، فَالْبِدْعَة فِي عُرْف الشَّرْع مَذْمُومَة بِخِلَافِ اللُّغَة فَإِنَّ كُلّ شَيْء أُحْدِث عَلَى غَيْر مِثَال يُسَمَّى بِدْعَة سَوَاء كَانَ مَحْمُودًا أَوْ مَذْمُومًا ، وَكَذَا الْقَوْل فِي الْمُحْدَثَة وَفِي الْأَمْر الْمُحْدَث الَّذِي وَرَدَ فِي حَدِيث عَائِشَة " مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمَرْنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدّ

Menurut beliau definisi bid'ah adalah segala sesuatu yang baru atau diperbarui yang tidak ada contoh sebelumnya dinamakan bid'ah, baik itu mahmudah atau madzmumah. Akan tetapi ketika disesuaikan dengan hadith yang lain, tentang hal-hal yang baru yang diriwayatkan Aisyah : "Barang siapa membuat pembaharuan dalam masalah kita ini, sesuatu yang tidak darinya adalah tertolak".

Dari sini bahwa sholat tarawih berubah menjadi amru yang maqbul, sebab tarawih punya hal yang termasuk "minhu", sebab nabi pernah melakukan hanya saja untuk menghindari kesalahfahaman sahabatnya beliau tidak melakukan secara kontinyu, sebab nanti dikira tarawih adalah wajib, Lha wong anjuran jenggot aja dianggap wajib.

Kalau orang NU tahlilan, itu juga termasuk "minhu" membaca la ilaha illa Allah, membaca tasbih, membaca ayat qur'an, semuanya termasuk minhu, hanya mungkin yang jadi masalah kirim do'a pada orang mati banyak perbedaan pendapat, jumhur sepakat pahalanya sampai, imam syafii tidak sepakat, namun nabi sendiri pernah mendoakan sahabatnya yang mati, Allah pun menyuruh kita beristigfar buat diri kita dan orang mukmin yang lain, bukankah orang-orang yang mati dijalan Allah adalah hidup? Hanya kita tidak peka kepada mereka, balhum ahyau walakin la tasy'urun.

Peristiwa yang lain yang dianggap bid'ah adalah khutbah jum'at di mimbar, dimasa nabi di mekah kalau khutbah di pintu ka'bah, namun sekarang di masjidil haram khutbahnya di mimbar portable, kata beberapa ulama itu juga bid'ah. Namun jangan langsung diseret pasti dlolalah, baiklah kita buka pendapat imam nawawi dalam memberi penjelas atas hadith riwayat imam Muslim 1691.

: " كُلّ مُحْدَثَة بِدْعَة وَكُلّ بِدْعَة ضَلَالَة " ، وَأَنَّ الْمُرَاد بِهِ الْمُحْدَثَات الْبَاطِلَة وَالْبِدَع الْمَذْمُومَة ، وَقَدْ سَبَقَ بَيَان هَذَا فِي كِتَاب صَلَاة الْجُمُعَة ، وَذَكَرْنَا هُنَاكَ أَنَّ الْبِدَع خَمْسَة أَقْسَام : وَاجِبَة وَمَنْدُوبَة وَمُحَرَّمَة وَمَكْرُوهَة وَمُبَاحَة .
Menurut Imam nawawi bid'ah yang dimaksud dalam hadith ini adalah pembaharuan yang bathil dan bid'ah yang madzmumah, dan imam nawawi telah menjelaskannya di bab sholat jum'at. Dan disana disbutkan bahwa bid'ah terbagi 5 macam : Wajibah, mandzubah(sunnah), muhrimah (haram), makruhah, dan mubahah.

Maka bid'ah bisa aja jadi wajib, bisa aja jadi sunnah, bisa aja jadi haram,dan sebagainya, anda bisa gunakan nalar dan hati anda dalam hal ini, bukankah sekuat-kuat hadith adalah shohih bukhori+Muslim?

Namun jika anda merasa kurang puas karena dalam riwayat nasai ada teks yang berbeda, baiklah kita akan lihat syarh (penjelasan) dari kitab syarh sunan nasai penjelasan hadith nomor 1560.

يُرِيد الْمُحْدَثَات الَّتِي لَيْسَ فِي الشَّرِيعَة أَصْلٌ يَشْهَد لَهَا بِالصِّحَّةِ وَهِيَ الْمُسَمَّاة بِالْبِدَعِ كَذَا ذَكَرَهُ الْقُرْطُبِيّ وَالْمُرَاد الْمُحْدَثَات فِي الدِّين وَعَلَى هَذَا فَقَوْله وَكُلّ بِدْعَة ضَلَالَة عَلَى عُمُومه

Menururtnya bid'ah adalah, sesuatau yang tidak punya akar atau sumber awal dari syariah yang dianggap sohih. Qurtubi pun demikian bahwa pada umumnya bid'ah adalah dlolalah.

Disisi lain beliau juga sepakat dengan Imam Nawawi, bahwa bid'ah terbagi dalam hokum taklifi.

( وَكُلّ بِدْعَة ضَلَالَة ) قَالَ النَّوَوِيّ هَذَا عَامّ مَخْصُوص ، وَالْمُرَاد غَالِب الْبِدَع قَالَ أَهْل اللُّغَة الْبِدْعَة كُلّ شَيْء عُمِلَ عَلَى غَيْر مِثَال سَابِق قَالَ الْعُلَمَاء : الْبِدْعَة خَمْسَة أَقْسَام : وَاجِبَة وَمَنْدُوبَة وَمُحَرَّمَة وَمَكْرُوهَة وَمُبَاحَة ؛ فَمِنْ الْوَاجِبَة نَظْم أَدِلَّة الْمُتَكَلِّمِينَ لِلرَّدِّ عَلَى الْمَلَاحِدَة الْمُبْتَدِعِينَ وَمَا أَشْبَهَ ذَلِكَ وَمِنْ الْمَنْدُوبَة تَصْنِيف كُتُب الْعِلْم وَبِنَاء الْمَدَارِس وَالرُّبُط وَغَيْر ذَلِكَ وَمِنْ الْمُبَاحَة التَّبَسُّط فِي أَلْوَان الْأَطْعِمَة وَغَيْر ذَلِكَ وَالْحَرَام وَالْمَكْرُوه ظَاهِرَانِ وَإِذَا عُرِفَ ذَلِكَ عُلِمَ أَنَّ الْحَدِيث وَمَا أَشْبَهَهُ مِنْ الْعَامّ الْمَخْصُوص يُؤَيِّدهُ

Kata Imam Nawawi, ini adalah 'am yang makhsus, yang dimaksud adalah mayortas bid'ah, menurut ahli bahasa bid'ah adalah segala sesuatu yang dilakukan atas ketidak adaanya contoh sebelumnya. Bid'ah 5 macam, wajibah, mandzubah, muhrimah, makruhah dan mubahah, contoh bid'ah wajibah penataan dalil untuk melawan atheisme, dan semacamnya, bid'ah yang sunnah, mengarang buku keilmuan, membangun madrasah, pondok dan sebagainya, yang mubah, sederhana dalam warna-warni makanan dan sebagianya.

Sudah jelas kiranya para pembaca memahami, kalau pembaca masih memaksa bahwa bid'ah semuanya dlolalah, bukankah pembaca termasuk ahlinya? Mengarang buku, membaca buku, membeli buku, membangun madrasah, sekolah, universitas, dan pembaca sebagai orang yang ada didalamnya adalah ahlu bid'ah.

Islam itu mudah dan rahmah, hanya kebodohan kita saja yang terkadang membuat kita dan orang lain terganggu.

Alliem
Rabu, 06 Agustus 2008
Beragamalah dengan ilmunya


[+/-] Selengkapnya...

05 Agustus 2008

Definisi Bid'ah Menurut Alqur'an

Definisi Bid'ah Menurut Alqur'an
Oleh : Mochammad Moealliem

Selama ini banyak orang mudah berucap bid'ah tanpa tahu definisi yang jelas, serta tanpa teliti membabi buta semua hal yang tidak dilakukan dizaman rosul, atau bahkan lebih keras lagi sesuatu yang tidak dilakukan oleh nabi, mereka katakan itu bid'ah. Misalnya ada orang menyebut nabi dengan kata, sayidina Muhammad adalah bid'ah sebab nabi tak pernah begitu. Namun anehnya mereka memanggil profesor, atau doktor, atau imam, atau syeikh kepada ulama-ulama saat ini.

Sebutan frofesor, sebutan doktor, dan sebagainya adalah barang baru yang tak pernah dikenal dizaman nabi, dari itu bisa dikatakan hal itu adalah termasuk bid'ah, alias kemunculannya baru-baru ini jauh setelah zaman nabi, namun apakah hal demikian dlolalah?

Dalam alqur'an ada kata "ma kuntu bid'an minnar rusul...."QS.46:9, Secara bahasa bid'ah adalah sesuatu yang baru dimana sebelumnya tidak ada, atau hal-hal yang dikatakan pertama kali. Dalam terma agama adalah hal-hal baru yang tidak tercakup dalam hukum yang telah sempurna (Alqur'an hadith).

Dalam kamus banyak dikatakan bahwa kata bada'a dan bid'ah bermakna penciptaan hal-hal yang baru, dalam hal ini Allahlah yang paling banyak melakukan bid'ah atau penciptaan hal-hal baru yang sebelumnya tidak ada. Misalnya menciptakan langit dan bumi, badi'us samawati wal arld....kata badi' maknanya adalah yang banyak menciptakan hal baru, ada shigoh mubalagohnya, jadi kalau dibahasakan dalam bahasa Indonesia menjadi yang maha mencipta hal yang baru.

Dalam tulisan sebelumnya telah saya sampaikan secara rinci contoh-contoh bid'ah sesuai hukum yang mencakupnya, ada yang wajib, sunnah, mubah, makruh dan haram.

Contoh khitan pertama adalah dilakukan oleh nabi ibrahim, maka dalam hal ini nabi ibrahim termasuk pembuat bid'ah, akan tetapi kemudian hal itu masuk menjadi syariat yang wajib bagi umat nabi-nabi setelahnya hingga umat nabi muhammad, maka dalam ayat al ahqof disebutkan, bahwa nabi disuruh berkata pada umatnya yang kurang percaya, bahwa dirinya bukanlah pencipta syariat baru akan tetapi menyempurnakan syariat yang telah lewat dari semua nabi yang ada.

Budaya menabung dikenalkan oleh nabi yusuf pada kali pertama, dalam hal ini bisa dikatakan bahwa nabi yusuf membuat bid'ah menabung, dimana sebelumnya tidak ada yang melakukan, hanya saja sepengetahuan saya tidak menjadi wajib dalam syariat islam, namun menjadi sunnah, yang penulis tahu pesan Allah agar tidak terlalu dermawan dan tidak terlalu pelit QS.17:29.

Poligami, siapa hayo yang melakukan pertama kali? Setidaknya nabi adam masih monogami, nabi dawud beristri seribu, dan banyak nabi yang berpoligami.Penulis belum tahu siapa pelaku pertamanya, yang jelas pada syariat islam hal demikian di konvert menjadi poligami empat saja, menurut penulis bid'ah ini menjadi mubah.

Itu semua adalah bid'ah yang ada sebelum Islam, akan tetapi pada akhirnya Allah menguatkan hal demikian dan dijadikan sebagai sarana beribadah untuk umat Islam, sementara zaman terus berkembang.

Dan bid'ah akan terus lahir, penemu listrik, penemu komputer, dan berbagai penemuan adalah termasuk barang baru yang belum ada dizaman rosul, misalnya bagaimana hukumya menonton tv? Bagaimana hukumnya menjadikan internet sebagai media dakwah? Dan masih banyak lagi.

Penulis pernah menemui fatwa dari seorang ulama, tentang larangan menggunakan internet dawal penulis datang di Mesir, mungkin pemahaman ulama juga terpaku pada kata kullu bid'ah dlolalah, jadi mengatakan bahwa internet itu dlolalah, namun pada akhirnya ada fatwa lagi yang mendorong umat islam menggunakan internet sebagai media dakwah, nah kan siapa yang pertama menjadikan internet media dakwah, dialah pembuat bid'ahnya, kalau baik dan ada yang niru, otomatis seperti yang dimaksud dalam hadith, man sanna sanatan hasanatan...etc.

Siapakah pembuat film untuk sarana dakwah pertama kali? Siapa pencipta novel untuk dakwah pertma kali? Siapakah pencipta tahlilan pertama kali? Siapakah pencipta sholawatan pertama kali?

Semua itu bid'ah hanya bisa hasanah bisa dlolalah, kalau semua dlolalah kenapa banyak yang membuat film untk dakwah, membuat musik untuk dakwah, membuat partai untuk dakwah, membuat tahlilan unuk dakwah, membuat sholawatan untuk berdakwah.

Sekarang coba anda pikir, orang melakukan tahlilan dengan menjadi aktor film untuk dakwah besar mana pahalanya? Orang tahlilan akan membaca la ilaha illa Allah, orang main film akan melakukan sesuai peran yang ditentukan, bukankah film itu tidak jujur, alias apa yang dilakukan oleh pemeran bukanlah watak aslinya, begitu pula novel, apakah novel itu tsiqoh? Bukankah novel itu cerita bohongan? Kalau barzanji misalnya, adalah sejarah yang lagukan, bukankah selama ini kita tahu bahwa masyarakat muslim lebih suka yang bohongan, dari film, novel, sastra, sementara yang jujur dikatakan bid'ah dan masuk neraka, mungkin dunia kita adalah dunia yang hampir terbalik, yang benar dianggap salah, yang salah diperbuat tanpa salah.

Yang memperihatinkan bahwa pelajar-pelajar kita hanya berburu title, tanpa peduli faham atau tidak, pemahaman keagamaan diangkat hingga hanya permukaan saja yang difahami, padahal mutiara Islam ada didalam lautan keilmuan itu. Adakah kita tak mampu menyelam? Ataukah kita telah tertipu oleh mutiara-mutiara palsu yang mengambang dipermukaan?

Memang segala sesuatu yang baru akan menimbulkan banak resiko, namun dalam shohih muslim nabi tidak menyebutkan bahwa bid'ah pasti masuk neraka, namun hanya memberitahukan bahwa hal itu adalah sesuatu yang buruk.

1435 - و حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ بْنُ عَبْدِ الْمَجِيدِ عَنْ جَعْفَرِ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا خَطَبَ احْمَرَّتْ عَيْنَاهُ وَعَلَا صَوْتُهُ وَاشْتَدَّ غَضَبُهُ حَتَّى كَأَنَّهُ مُنْذِرُ جَيْشٍ يَقُولُ صَبَّحَكُمْ وَمَسَّاكُمْ وَيَقُولُ بُعِثْتُ أَنَا وَالسَّاعَةُ كَهَاتَيْنِ وَيَقْرُنُ بَيْنَ إِصْبَعَيْهِ السَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى وَيَقُولُ أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ ثُمَّ يَقُولُ أَنَا أَوْلَى بِكُلِّ مُؤْمِنٍ مِنْ نَفْسِهِ مَنْ تَرَكَ مَالًا فَلِأَهْلِهِ وَمَنْ تَرَكَ دَيْنًا أَوْ ضَيَاعًا فَإِلَيَّ وَعَلَيَّ

Hal ini memberi ruang bahwa bid'ah akan mengikuti ketentuan hokum yang lima, dari beberapa point yang saya temukan pada kitab matan hadith, hanya satu hadith yang mencantumkan kullu dlolalatin fin nar (dalam konteks bid'ah) hadith itu ada di sunan Nasai.

Kalau diambil kekuatan tentunya riwayat imam muslim lebih kuat, maka dalam hal ini, saya berpegang pada hadith riwayat Muslim, dan sepakat dengan Imam syafii serta ulama yang lain yang berpendapat bahwa bid'ah itu terbagi dua, mahmudah (terpuji) dan madzmumah (tercela), terpuji akam masuk hukm taklifi, wajib, sunnah dan mubah, sementara yang tercela akan masuk hokum makruh dan haram.

Jika pembaca sekalian menekuni studi hadith, saya mohon perbandingan antara riwayat Muslim dan Nasai, dari para rowinya, serta keakuratan matan hadithnya.

Alliem
Cairo, Selasa 05 Agustus 2008
Ma kuntu bid'an fi hadzihil qodliyah
Aku bukanlah yang pertama dalam hal ini.

[+/-] Selengkapnya...

Sunnah-sunnah Yang Terlewatkan

Sunnah-sunnah Yang Terlewatkan
Oleh : Mochammad Moealliem

Penulis kaget ketika dituduh membenci jenggot, katanya meninggalkan sunnah, untuk itu penulis kali ini akan menyampaikan sunnah-sunnah yang mungkin belum dilakukan oleh mereka, juga penulis secara sempurna. Bagi penulis sunnah tidak memaksa, sebab dalam terma hukum saja sunnah itu bukan hal yang wajib.

Tulisan yang saya sampaikan disini bukanlah segudang sunnah secara komplit, sebab sunnah terlalu banyak, baiklah akan saya sampaikan beberapa daftar sunnah, yang mungkin sebagian orang menganggap sunnah hanyalah memelihara jenggot.

1. Membaca istigfar setiap hari 70 kali, (Hr Bukhari 5832)

5832 - حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ قَالَ أَخْبَرَنِي أَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَ قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ وَاللَّهِ إِنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فِي الْيَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً
(HR.Abi dawud 4496)
4496 - حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ سَعِيدٍ الْهَمْدَانِيُّ وَأَحْمَدُ بْنُ عَمْرِو بْنِ السَّرْحِ وَهَذَا حَدِيثُ الْهَمْدَانِيِّ وَهُوَ أَتَمُّ قَالَا حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ قَالَ أَخْبَرَنِي أَبُو هَانِئٍ الْخَوْلَانِيُّ عَنْ الْعَبَّاسِ بْنِ جُلَيْدٍ الْحَجْرِيِّ قَالَ سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ يَقُولُ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَمْ نَعْفُو عَنْ الْخَادِمِ فَصَمَتَ ثُمَّ أَعَادَ عَلَيْهِ الْكَلَامَ فَصَمَتَ فَلَمَّا كَانَ فِي الثَّالِثَةِ قَالَ اعْفُوا عَنْهُ فِي كُلِّ يَوْمٍ سَبْعِينَ مَرَّةً
(HR.Sunan Tirmidzi 3182)
3182 - حَدَّثَنَا عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ { وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ } فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ فِي الْيَوْمِ سَبْعِينَ مَرَّةً قَالَ هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَيُرْوَى عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَيْضًا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ فِي الْيَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ وَقَدْ رُوِيَ مِنْ غَيْرِ وَجْهٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ فِي الْيَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ وَرَوَاهُ مُحَمَّدُ بْنُ عَمْرٍو عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
Hadith yang serupa bisa anda cari di, Sunan Ibnu majah, 3806, 3807, Musnad ahmad, 7461, 8137 Shohih Ibnu Hibban, 926, 927

2. Membaca Istigfar setiap hari 100 kali
3. membaca la ilaha illa allah…dst. Setiap hari 100 kali (Muatho 437, Bukhari 3050)
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
4.Membaca Tasbih setiap hari 100 kali (muatho 438)
5.Menyebut Allah dalam hati setiap waktu (Muslim 4870, 1294)
6. Bertaubat setiap hari 100 kali (muslim 4871)
7. Membaca Tasbih disetiap pagi dan setiap sore masing-masing 100 kali (Muslim 4858)
8. Membaca Yasin buat jenazah (Abi Dawud 2714, Musnad Ahmad 19416, 19427)
9. Ziarah qubur (Nasai 2010)
10. Memberi makan orang miskin
11. Membaca tahlil untuk jenazah (Muslim 1523, 1524)
12. Sholat dhuha, sholat malam, sholat rawatib.
13. Mandi
14. Gosok gigi atau siwakan
15. Makan dengan jari
16. Menikah
17. Belajar
18. Membaca qur'an
19. Menyebarkan kedamaian (salam)
20. Berkata baik atau diam

Dan masih banyak kesunahan yang tak akan mampu penulis sebutkan, hanya saja sebagian dari kita tak tahu, karena keterbatasan pengetahuan, hingga yang terjadi sementara adalah taqlid pada seseorang yang dianggap patut, akan tetapi hal itu pun tetap memiliki nilai ibadah, akan tetapi mengetahui dan mampu melaksanakan adalah lebih baik.

Ingatlah bahwa melakukan kesunnahan adalah kesempatan tambahan untuk beribadah, namun janganlah memburu kesunnahan hingga menomorduakan kewajiban, dalam istilah jawa "mburu uplik, kilangan obor" Memburu lilin kehilangan obor.

Seorang sahabat pernah mengeluh dengan benyaknya kesunahan nabi, sebab dia merasa tidak akan mampu meniru nabi, apalagi orang zaman sekarang, meskipun mereka mengaku ansor sunnah (penolong sunnah), tentunya tak akan mampu melakukan seperti nabi, setiap muslim boleh memilih kesunahan yang ada, sesuai kemampuannya, kalau belum mampu memelihara jenggot karena khawatir riya, atau karena istrinya tidak suka misalnya, demikian juga jika belum mampu melakukan sholat malam, karena khawatir diwaktu kerja pagi harinya akan ngantuk, kalau belum mampu memberi makan orang miskin, sebab dia sendiri masih miskin, maka lakukanlah yang kita mampu dan janganlah mengatakan orang yang belum mampu saat ini adalah tak akan mampu dimasa selanjutnya.

HR.Bukhari 19
19- حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَلَامٍ قَالَ أَخْبَرَنَا عَبْدَةُ عَنْ هِشَامٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَمَرَهُمْ أَمَرَهُمْ مِنْ الْأَعْمَالِ بِمَا يُطِيقُونَ قَالُوا إِنَّا لَسْنَا كَهَيْئَتِكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ قَدْ غَفَرَ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ فَيَغْضَبُ حَتَّى يُعْرَفَ الْغَضَبُ فِي وَجْهِهِ ثُمَّ يَقُولُ إِنَّ أَتْقَاكُمْ وَأَعْلَمَكُمْ بِاللَّهِ أَنَا

Bahwa sesungguhnya setakwa-takwanya umat islam, dan yang paling tahu tentang Allah adalah nabi Muhammad, maka janganlah kita merasa lebih bertakwa ketika kita merasa mampu melaksanakan beberapa sunnah, yang kadang kita pun meninggalkannya. Jika makan dengan jari, serta melumat jari-jemari setelah makan berakhir, terasa tak sesuai dengan zaman modern, bukankah demi menghormati tamu, kita makan dengan sendok lebih baik. Jika memelihara jenggot membuat kita dianggap teroris, bukankah tidak memelihara jenggot lebih menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang penuh rahmat bagi semesta alam?

Apakah sunnah memeliharanya hilang? Tentu tidak, jenggot selalu tumbuh dan berkembang, kesempatan melakukan kesunahan masih terbuka, untuk apa memaksa kesunahan dengan mengharamkan memotongnya? Seperti yang dikarang seorang yang memaksakan sebuah kesunahan, misalnya kitab, tahrimu halqi lihay, anda bisa simak pada tulisan saya sebelumnya di blog saya.

Alliem
Cairo, 05 Agustus 2008
Sunnah adalah pilihan bukan paksaan


[+/-] Selengkapnya...

02 Agustus 2008

Bid'ah-bid'ah Yang Menjadi Sunnah

Bid'ah-bid'ah Yang Menjadi Sunnah
Oleh : Mochammad Moealliem

Akhir-akhir ini sering kita mendengar orang mengatakan sesuatu dengan kata bid'ah, meskipun sebenarnya bid'ah telah ada sejak dulu, namun hal itu begitu menjadi kata yang populer bahkan menjadi hal yang tanpa teliti dipakai untuk membabibuta hukum, atas dasar pengetahuan yang sempit serta potensi taqlid buta atas fatwa-fatwa yang tidak bermutu.

Diantara pembaca mungkin sudah ada yang marah dengan paragraf diatas, namun perlu pembaca ketahui bahwa jika anda marah, itu berarti anda masih belum lengkap dalam membaca, apalagi baru membaca judul aja anda langsung merasa lebih baik dan mengatakan orang lain salah, itu adalah prinsip iblis "ana khoirun minhu" aku lebih baik darinya.

Baiklah untuk mengurangi keterbatasan pemikiran mereka yang suka berkata bid'ah, ada baiknya kita lihat realita, namun setidaknya kita harus tahu apa devinisi bid'ah. Bid'ah adalah barang baru yang tidak ada contohnya, anda bisa telusuri dikamus lisanul arab pada huruf ain, kata bada'a. Dalam terma keagamaan bid'ah adalah membuat proyek baru yang tidak pernah ada dasar pada aturan yang telah sempurna.

Menurut ibnul Atsir bid'ah ada dua, bid'ah hidayah (huda) atau bid'ah dlolalah, hal demikian bisa dipilah dengan cara memperhatikan kaidah bahwa, bid'ah-bid'ah yang tidak bertentangan dengan Alqur'an dan Hadith maka masuk pada bid'ah hasanah, sementara jika bertentangan akan masuk bid'ah dlolalah.

Contohnya bid'ah hasanah, kodifikasi Alqur'an, pemberian titik-titik pada ayat Al qur'an, pemberian Harokat pada ayat Al qur'an, semua itu bisa dikatakan bid'ah, akan tetapi bid'ah mempunyai kewajiban mengikuti hukum taklifi, jadi bid'ah bisa masuk wajib, sunnah, mubah, makruh, dan haram. Contoh diatas adalah bid'ah yang wajib dilakukan, sebab jika tidak maka akan membahayakan.

Bid'ah yang haram, contohnya mengaku nabi setelah nabi Muhammad, membuat waktu haji diluar waktu yang ada, dan hal itu bisa anda lihat dan pikir bahwa hal itu jelas bertentangan dengan Alqur'an dan Hadith.

Bid'ah yang sunnah, contohnya melakukan dzikir dengan hitungan tertentu, misalnya membaca istigfar 100 kali setiap ba'da sholat dan sebagainya, meskipun nabi sendiri juga pernah melakukan pembatasan dengan hitungan, hanya saja berbeda dengan yang dilakukan beberapa orang. Atau berdzikir dengan tasbih, zaman nabi belum ada tasbih, tapi nabi menghitungnya dengan batu kerikil, dan hal demikian penulis masih pernah mengikuti dan melakukan berdzikir dengan hitungan dengan batu.

Dulu berperang dengan pedang, naik kuda, sekarang ada bid'ah dalam perang dengan tank, dengan peluru, dengan bom, dengan rudal, bukankah orang-orang yang berjihad zaman ini sudah termasuk ahli bid'ah?

Bisakah bid'ah menjadi sunnah? Menurut penulis bisa, sunnah kan bisa diciptakan siapa saja, ada sunnatullah, ada sunnatu rosul, ada sunnatu khulafaurrosidun, ada pula sunnahnya ulama, ada juga sunnah penulis. Apakah pembaca keberatan jika penulis bisa menciptakan sunnah? Nabi aja nggak keberatan kok jika umatnya membuat sunnah, dengan catatan sunnahnya itu bukan sunnah sebagai hukum, namun sunnah sebagai istilah terhadap apa yang dilakukan seseorang secara kontinue. Maka bid'ah itu adalah ide baru seseorang atau sunnah seseorang, jadi secara otomatis bid'ah itu sama dengan sunnah seseorang, hanya nanti akan dipilah baik dan buruk, dan setiap bid'ah yang baik akan dapat pahala, serta pahala orang yang mengikutinya, sementara yang buruk akan mendapat dosa, serta dosa dari orang-orang yang mengikuti.

Penulis telah menyiapkan landasan yang perlu anda pelajari, jika pemahaman anda ingin lebih dalam bisa anda lihat dan pelototi sendiri pada kitab-kitab hadith yang saya sebut dibawah ini.

HR ( Hadith Riwayat : ) Muslim, 1691, 4830. Sunan nasai 2507. Ibnu majah, 199, 200, 201, 202, 203. Musand 18367, 18381, 18404, 18406. Sunan dzarimi 521, 523. Shohih ibnu hibban 3377

Masih banyak sebenarnya, dalam perpustakaan dikomputer penulis baru menemukan sekitar 50an, dan hadithnya panjang-panjang mungkin akan melelahkan jika membaca semuanya, tapi setidaknya akan penulis sampaikan sedikit sebagai bukti, bahwa apa yang dilakukan seseorang adalah sunnahnya, apa yang dilakukan Allah adalah sunnatullah, apa yang dilakukan nabi adalah sunnah nabi. Sunnah Allah dan nabi tentu saja baik, akan tetapi sunnah seseorang selain Allah dan Nabi, bisa baik dan bisa buruk, jika baik dan anda mengikuti maka anda dapat pahala, pun pencipta perbuatan itu mendapat pahala, akan tetapi jika sunnahnya buruk dan anda mengikuti, anda dapat dosa dan penciptanya pun kebagian.

Hadith riwayat imam Muslim nomor 1691 ( inti dalil berwarna merah )

1691 - حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى الْعَنَزِيُّ أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ عَوْنِ بْنِ أَبِي جُحَيْفَةَ عَنْ الْمُنْذِرِ بْنِ جَرِيرٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ كُنَّا عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي صَدْرِ النَّهَارِ قَالَ فَجَاءَهُ قَوْمٌ حُفَاةٌ عُرَاةٌ مُجْتَابِي النِّمَارِ أَوْ الْعَبَاءِ مُتَقَلِّدِي السُّيُوفِ عَامَّتُهُمْ مِنْ مُضَرَ بَلْ كُلُّهُمْ مِنْ مُضَرَ فَتَمَعَّرَ وَجْهُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمَا رَأَى بِهِمْ مِنْ الْفَاقَةِ فَدَخَلَ ثُمَّ خَرَجَ فَأَمَرَ بِلَالًا فَأَذَّنَ وَأَقَامَ فَصَلَّى ثُمَّ خَطَبَ فَقَالَ { يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ إِلَى آخِرِ الْآيَةِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا } وَالْآيَةَ الَّتِي فِي الْحَشْرِ { اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ }

تَصَدَّقَ رَجُلٌ مِنْ دِينَارِهِ مِنْ دِرْهَمِهِ مِنْ ثَوْبِهِ مِنْ صَاعِ بُرِّهِ مِنْ صَاعِ تَمْرِهِ حَتَّى قَالَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ قَالَ فَجَاءَ رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ بِصُرَّةٍ كَادَتْ كَفُّهُ تَعْجِزُ عَنْهَا بَلْ قَدْ عَجَزَتْ قَالَ ثُمَّ تَتَابَعَ النَّاسُ حَتَّى رَأَيْتُ كَوْمَيْنِ مِنْ طَعَامٍ وَثِيَابٍ حَتَّى رَأَيْتُ وَجْهَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَهَلَّلُ كَأَنَّهُ مُذْهَبَةٌ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءٌ وَمَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ

Kalau menurut terjemahan saya, man sanna…dst. Barang siapa membuat kebiasaan dalam Islam sebuah kebiasaan yang baik, baginya pahala plus pahala tambahan dari orang-orang yang melakukan hal serupa setelahnya tanpa mengurangi pahala mereka (orang-orang yang melakukan sesudahnya), dan barang siapa membuat kebiasaan dalam Islam kebiasaan yang buruk, maka baginya dosa plus dosa tambahan dari orang-orang yang melakukan sesudahnya, tanpa mengurangi dosa pelaku setelahnya sedikitpun.

Contoh sunnah buruk, dalam pengethuan penulis tentang tafsir, menusia yang melakukan pembunuhan pertama adalah qobil, maka sesuai hadith ini qobil berdosa dan selalu mendapat dosa ketika ada orang melakukan pembunuhan, maka semakin banyak yang melakukan pembunuhan, qobil semakin banyak mendapat dosa. Sementara dosa orang yang melakukan tidak berkurang.

Contoh sunnah baik, mengarang tafsir, mengarang fiqh, maka mereka mendapat pahala, dan setiap ada yang melakukan akan semakin banyak pahala mereka, contoh lain sholat tarawih, hal itu temasuk juga bid'ah, sebab zaman nabi tidak teratur seperti itu, soal rokaatnya berapa setiap madzhab boleh memilih, mau 8 rokaat, 20 rokaat, atau 36 rokaat, di Indonesia orang Muhammadiyah memakai 8 rokaat, orang NU memakai 20 rokaat, dan sejarah sejak sahabat masjidil haram memakai 20 rokaat, hingga beberapa waktu terakhir sampai sekarang berganti memakai 8 rokaat, dan yang 36 rokaat penulis belum menemukan pengikutnya.

Demikianlah bid'ah-bid'ah yang menjadi sunnah seseorang, jadi janganlah membabi buta, dan berkata setiap bid'ah pasti dlolalah, kalau setiap bid'ah dlolalah apakah anda yakin bahwa anda bukan ahli bid'ah, sekolah bid'ah, kuliyah bid'ah, apalagi berpartai tentunya lebih bid'ah, tapi semoga saja seperti apapun kecintaan anda pada sebuah partai, tidak menjadikan anda beranggapan bahwa partai anda itu sebagai agama Islam.

Partai besar pertama dalam Islam menurut penulis adalah partai pendukung Ali bin abu tholib yaitu partai Syiah, sebagian dari mereka ada yang tergelincir bahwa selain madzhab partainya adalah bukan Islam, Oposisi pertama dalam Islam adalah Khawarij yang akan selalu menentang pemerintahan sebelum mereka mengusai pemerintahan itu, maka jika ada yang ingin membubarkan NKRI mungkin termasuk mengikuti sunnahnya khawarij, Ahlu sunnah waljamaah adalah mereka yang tidak berpartai namun tetap menghargai keputusan pemerintahan alias masih menggunakan hak pilihnya.

Kemudian lahir partai baru pendukung keluarga Saud, yaitu partai wahabiyah kata bebarapa orang ini pengikut sunnahnya khawarij atau bisa disebut khawarij al jadidah. Hal demikian bias dilihat betapa wahabiyah akan sangat bermusuhan dengan syiah, terlihat seperti menyimpan luka sejarah.

Di Temur Tengah tampak sekali kutub-kutub yang tak akan menyatu dengan diwakili oleh Negara-negara arab, Syiah oleh Iran, Wahabi Oleh Saudi, sementara non blok oleh Mesir. Bahkan Indonesia menurut penulis punya sikap sangat tepat, semua bias hidup tanpa tanpa tekanan partai tertentu serta madzhab yang tertentu, rasanya Indonesia pengikut sunnah rosulillah disaat mengendalikan madinah. Bahwa perlindungan bukan hanya untuk satu agama, akan tetapi untuk semua manusia, dengan catatan sesuai dengan peraturan yang ditetapkan untuk mengatur suatu negara.

Alliem
Cairo, Sabtu 02 Agustus 2008
Kutulis Untuk Bid'ah Hasanah


[+/-] Selengkapnya...

14 Juli 2008

Isbal dan Fenomena Yang Janggal

Isbal dan Fenomena Yang Janggal
Oleh Mochammad Moealliem

Bercelana "cingkrang" entah apa bahasa Indonesia yang tepat untuk mengatakan celana yang tidak ma'ruf dalam lingkungan kita, celana yang ma'ruf dipakai adalah celana yang setara dengan matakaki, atau celana resmi manusia berperdaban. Penulis tidak akan melarang anda memakai celana yang anda sukai, penulis hanya akan mengupas tentang isbal (ngelembreh) atau berlebihan hingga jika berjalan akan menyeret tanah.

Dalam banyak hadith yang penulis temukan, hal demikian terjadi dalam pakaian jubah dan izar (sarung), dan penulis tidak menemukan hadith tentang celana harus tinggi seperti kebanjiran, yang mungkin saat ini sering kita lihat dilakukan oleh sebagian orang. Penulis pada awalnya penasaran dengan dasar hukum yang dipakai oleh mereka, adakah mereka melakukan hal demikian sesuai dasar agama, ataukah taqlid buta pada orang lain, atau bahkan mereka melakukan bid'ah hasanah.


Untuk melihat fenomena serta menerobos realita dari hadith tentang isbal, penulis cukup bahagia bisa belajar di Mesir, sebab ternyata orang mesir masih memakai jubah, bahkan mungkin lebih lebar modelnya daripada jubah negara arab yang lain. Apalagi jubah itu menjadi pakaian satu-satunya, alias kondisi ekonomi yang tidak mendukung menjadikan jubah mereka adalah pakaian satu-satunya, dan ini sesuai pada zaman nabi, dimana para sahabat rata-rata miskin, dan pakaian mereka cuma jubah yang satu-satunya, maka tak heran ketika jubah itu mengalami pengelembrehan akan menyebabkan najis menempel.

Suatu jum'at, saya menemukan dua isbal yang berbeda, isbal yang pertama adalah isbal karena sombong, dan isbal yang kedua adalah isbal karena najis.

543 - حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَعِيلَ حَدَّثَنَا أَبَانُ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ أَبِي جَعْفَرٍ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ بَيْنَمَا رَجُلٌ يُصَلِّي مُسْبِلًا إِزَارَهُ إِذْ قَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اذْهَبْ فَتَوَضَّأْ فَذَهَبَ فَتَوَضَّأَ ثُمَّ جَاءَ ثُمَّ قَالَ اذْهَبْ فَتَوَضَّأْ فَذَهَبَ فَتَوَضَّأَ ثُمَّ جَاءَ فَقَالَ لَهُ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا لَكَ أَمَرْتَهُ أَنْ يَتَوَضَّأَ ثُمَّ سَكَتَّ عَنْهُ فَقَالَ إِنَّهُ كَانَ يُصَلِّي وَهُوَ مُسْبِلٌ إِزَارَهُ وَإِنَّ اللَّهَ تَعَالَى لَا يَقْبَلُ صَلَاةَ رَجُلٍ مُسْبِلٍ إِزَارَهُ
HR.Abu Dawud 543.

Hadith diatas ini, adalah tentang larangan isbal karena najis, ini bisa kita pahami bahwa nabi berulangkali memerintahkan dia berwudlu, padahal dia sudah sholat (dalam artian dia sudah punya wudlu) maka yang menjadi point penting didalam hadth tersebut bukanlah cara berpakaiannya, akan tetapi pakaian itu tidak sah untuk dipakai sholat karena ada najisnya, kalau anda mau jeli, bahwa nabi tak pernah menyuruh orang tersebut memotong jubahnya atau sarungnya.

Kalau kita pernah belajar dipesantren biasanya kita pernah bersarung yang agak isbal, ada dua juga modelnya, yang pertama biasanya sarungnya bermerek, yang kedua biasanya memang masih anak-anak kalau pakai sarung "klombrot", dua macam orang yang berpakaian seperti itu biasanya kurang cekatan kalau diajak ro'an (kerja bakti), sebab kalau sarungnya bermerek dia akan begitu takut kalau debu menempel disarungnya, sedangkan jika yang bersarung "klombrot" biasanya nggak bisa jalan cepat sebab kalau jalan cepat dia akan "kesrimpet" (terjerat) oleh sarungnya.

Kalau kita melihat santri pesantren salaf (model kuno) biasanya kalau bersarung agak tinggi, yach setengah betis lah, sebab biasanya sering hujan, becek, dan tentunya porsi untuk terpercik najis agak tinggi, maka sesuai hadith diatas dia agak tinggi, begitu pula jubah bagi orang arab yang masih kotor lingkungannya, alias masih banyak tahi khimar disitu, harus hati-hati jika hujan tiba atau air menggenang, sebab dalam aturan fiqh seingat saya seperti itu.

Namun entah kenapa, penulis merasa janggal jika ada orang yang bercelana setengah betis, padahal penulis tidak janggal jika ada orang bersarung setengah betis ataupun jubah setengah betis, apalagi hadith memang mendukung dua pakaian itu sarat menyeret najis, tapi kalau celana menurut penulis lebih ma'ruf kalau standar saja, alias sebatas matakaki, bukankah yang ma'ruf (diketahui umum) itu diperintahkan alias amar ma'ruf (memerintahkan yang standar).

Untuk fenomena tentang isbal untuk kesombongan, penulis menemukan disaat ziarah ke makam sayidah zainab, disana dua orang yang menjadi catatan penulis, pertama orangnya cakep, jubahnya bagus, masih dibalut dengan jubah tambahan, namun tambahan jubahnya menyeret tanah lumayan panjang. Dan satu orang lagi, orangnya tua, jubahnya agak robek (compang-camping), agak kumuh, isbal juga jubahnya karena ada yang robek, kedua orang itu punya hubungan sementara penulis berada dalam jarak keduanya.

Orang yang cakep tadi membagi-bagi duit bagi orang-orang yang minta, sementara orang yang kedua adalah orang yang berhak menerima, dan penulis diantara keduanya, jadinya penulis dilangkahi oleh pak tua dengan jubahnya yang kumal dan isbal, dan membuat penulis terbesit dalam hati seraya berkata "mungkin inilah isbal yang dimaksud dalam hadith tersebut".

1423 - و حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الَّذِي يَجُرُّ ثَوْبَهُ خُيَلَاءَ لَا يَنْظُرُ اللَّهُ إِلَيْهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
HR.Muatho 1423.

Itu adalah kisah isbal pada kaum laki-laki, untuk isbal perempuan mungkin contohnya terlalu mudah kita jumpai, yang jelas motif dari isbalnya ada dua, yang pertama sholatnya tidak diterima kerena najis dhohir (badan, pakaian & tempat), dan yang kedua sholatnya tidak diterima karena najis bathin ( sombong, riya' dsb).

Dalam kitab
مطالب أولي النهى في شرح غاية المنتهى:
{ أَنَّ النَّبِيَّ ، صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ رَأَى بَعْضَ أَصْحَابِهِ يَمْشِي بَيْنَ الصَّفَّيْنِ يَخْتَالُ فِي مِشْيَتِهِ قَالَ : إنَّهَا لَمِشْيَةٌ يَبْغَضُهَا اللَّهُ إلَّا فِي هَذَا الْمَوْطِنِ } وَذَلِكَ ؛ لِأَنَّ الْخُيَلَاءَ مَذْمُومٌ فِي غَيْرِ الْحَرْبِ لِحَدِيثِ { مَنْ جَرَّ ثَوْبَهُ خُيَلَاءَ لَمْ يَنْظُرْ اللَّهُ إلَيْهِ } مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ .
( فَإِنْ أَسْبَلَ ) ثَوْبَهُ ( لِحَاجَةٍ : كَسِتْرِ ) سَاقٍ ( قَبِيحٍ ، وَلَا خُيَلَاءَ وَلَا تَدْلِيسَ ) عَلَى النِّسَاءِ : ( أُبِيحَ ) . قَالَ أَحْمَدُ فِي رِوَايَةِ حَنْبَلٍ : جَرُّ الْإِزَارِ وَإِسْبَالُ الرِّدَاءِ فِي الصَّلَاةِ ، إذَا لَمْ يُرِدْ الْخُيَلَاءَ فَلَا بَأْسَ ، وَكَذَلِكَ إذَا لَمْ يُرِدْ التَّدْلِيسَ ، فَإِنْ أَرَادَهُ ، ( كَ ) امْرَأَةٍ ( قَصِيرَةٍ ) لَمْ يَرْغَبْ فِيهَا ، فَ ( اتَّخَذَتْ رِجْلَيْنِ مِنْ خَشَبٍ ) ، فَلَمْ تُعْرَفْ : حَرُمَ عَلَيْهَا ذَلِكَ ؛ لِأَنَّهُ مِنْ الْغِشِّ ، وَفِي الْخَبَرِ { مَنْ غَشَّنَا فَلَيْسَ مِنَّا }

Dalam kitab itu dijelaskan, bahwa menyombongkan pakaian itu dilarang kecuali dalam perang, dan juga isbal itu diperbolehkan jika diperlukan untuk menutupi kekuranga, misalnya matakaki anda kena borok, celana diturunin hingga kebawah tidak apa-apa, begitu pula larangan isbal juga bagi perempuan.

Nah sekarang, kalau anda telah mampu menjaga pakaian anda dari najis, masih ada satu najis lagi yang perlu anda bersihkan, yaitu hati yang terkena najis, maka benarlah firman Allah, bahwa sesungguhnya sholat mencegah kekejian dan kemungkaran.
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah adalah lebih besar . Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.QS.29:45
Hanya saja banyak dari sholat kita tidak diterima, karena masih membawa najis, najis dlohir bisa dibersihkan dengan mensucikan tubuh, pakaian, dan tempat untuk sholat jasad kita, sementara najis bathin bisa dibersihkan dangan mensucikan jiwa, otak dan hati tempat sholat jiwa kita.
Kalau dalam ayat diatas disebutkan bahwa mengingat Allah adalah lebih besar, sebab jika kita selalu ingat Allah, kita tak akan korupsi, tak akan mencuri, tak akan melakukan kejahatan, dan kemungkaran, namun memang kebanyakan hanya ingat lima kali dalam sehari semalam, bahkan dalam masa sholat pun masih lupa, bahkan terkadang mengingatnya masih terpaksa, maka janganlah berharap kemungkaran dan kekejian akan berkurang jika sholat saja masih tak mengingat-Nya.

Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, orang-orang yang lalai dari shalatnya, QS,107:4-5

Alliem
Cairo, Senin 14 Juli 2008
Berusaha Selalu Ingat Dalam Sholat

Referensi,
Sunan Abu Dawud, 542, 543, 3562, 3563, 3564, 3565.
Musnad Ahmad, 6131, 19717, 19718, 7310, 17114.
Muatho' Malik, 1423, 1424, 1425, 1426, 1427.
Shohih Muslim 154, 155
Sunan Nasai, 5237. 5238, 5239, 5240





[+/-] Selengkapnya...

24 Juni 2008

Belajar Sabar Atas Qodlo dan Qodar

Belajar Sabar Atas Qodlo dan Qodar
Oleh : Mochammad Moealliem

Seseorang diberitahu bahwa dia akan kehilangan sesuatu, dengan pemberitahuan itu akhirnya dia berusaha menjaga segala sesuatu yang dimilikinya, namun toh akhirnya dia kehilangan juga, dan dia baru sadar beberapa waktu setelah hal itu terjadi. Memang sesuatu yang diminta oleh-Nya tak akan ada yang mampu menghalangi, begitupun sesuatu yang diberikan oleh-Nya tak ada yang mampu menghalanginya pula.

Namun usaha adalah wasilah dari wasail segala yang terjadi, lapar ingin kenyang harus makan, miskin ingin kaya harus bekerja, bodoh ingin pintar harus belajar, adapun hasilnya adalah ketentuan yang tak bisa diganggu gugat. Alias jika makan tak membuat anda kenyang, jika bekerja tak membuat anda kaya, dan jika belajar tak membuat anda pintar, itulah mungkin qodlo dan qodar untuk anda.

Entah kenapa aku merasa senang sekali setelah membaca surat Al Qolam, bagiku Allah itu sangat penyayang, lembut dan mudah memaafkan, seolah aku diajari cara berargumen serta bersikap pada orang lain, atau bahkan lawan politik, atau bahkan kepada mereka yang berkata bahwa kita gila, dalam redaksinya adalah nabi Muhammad yang dianggap gila, namun dalam aturan yang dipakai dalam teori ulum qur'an, khitob yang tertuju pada nabi adakalanya khusus untuk beliau, adakalanya untukku juga, maksudnya untuk semua umatnya.

Dalam kisahnya nabi hampir emosi terhadap sebuah kaum yang mungkin tak menerima ajakan nabi, bahkan tak henti-hentinya menghujat dan mencaci maki (disesuaikan dengan bahasa realita saat ini) dengan hal itu nabi hendak berdoa agar mereka ditarik dari peredaran, namun apa kata Allah? Allah berfirman : Fasbir lihukmi robbika..Bersabarlah atas ketentuan tuhanmu..

Hal ini menarik kalau kita cermati, di negeri penulis rasanya kini banyak orang yang tak sabar untuk berdakwah, maka yang terjadi adalah mengobrak-abrik sesuatu tanpa pertimbangan, mungkin satu sisi hal itu benar namun seharusnya harus dipikir dulu madlorot dan manfaatnya, sebenarnya kalau kita mengikuti ketentuan syariah maka kita akan memakai fiqh seputar lingkungan, maka akan kita temukan kaidah-kaidah yang mengatur. Pun juga pengrusakan bukanlah jalan satu-satunya untuk menghentikan sesuatu.

Dalam menuntut ilmu pun terlihat ada juga orang-orang yang tak sabar, hingga banyak kabar seorang bunuhdiri gara-gara tak lulus UAN, ah begitu mahalkah harga UAN hingga harus dibeli dengan nyawa. Ada pula yang karena kemauan yang begitu tinggi dengan waktu yang telat dia ingin belajar Islam secara kilat, akhirnya apa saja dimakan tanpa tahu bagaimana memasaknya, yang terjadi malah dlollu waadlullu, sesat dan menyesatkan orang lain, Huh...semua salah kalau tak sesuai dengan yang dia tahu.

Maunya sih mendadak jadi ustad, sebab mungkin sebutan itu saat ini menjadi daya tarik seseorang untuk kehidupan yang begitu susah katanya, hingga kalau dilihat dari kacamata ihya'nya Al Ghozali hal demikian termasuk hubbuddunya, belum lagi kalau diuji dengan beberapa hadith hal ini sangat membahayakan, dimana menyerahkan sesuatu kepada bukan ahlinya adalah awal kehancuran.

Saling meyilang fatwa yang tidak pada tempatnya akan membuat masalah, contohnya, orang Indonesia bermadhab Syafii, maka janganlah memberi fatwa kepada mereka dengan fatwa madhab Hanafi atau Hanbali, nanti akan menjadi masalah. Orang India bermadhab Hanafi, begitu pula Pakistan, Orang Saudi bermadzhab Hanbali, maka setiap madzhab akan punya landasan masing-masing, kecuali fatwa-fatwa tersebut sebagai kesepakatan jumhur fuqoha' maka akan bisa untuk madzhab apapun.

Teks Al qur'an dan hadith adalah sebagaimana makanan, ada yang sudah siap saji, ada pula yang masih sebagai bahan untuk diolah, janganlah menelan yang mentah-mentah atau bahkan memaksa orang memakan barang mentah, itu akan membuat orang sakit. Pemasak teks yang terkenal dan diakui diantaranya, Imam Syafii, Maliki, Hanafi, dan Hanbali, semuanya punya murid yang mengembangkan teori racikan masing-masing.

Kembali lagi pada sikap nabi, kalau dalam analisa penulis, nabi punya i'tikad baik agar kaum itu beruntung dan menjadi lebih baik, namun kaum itu begitu bandel, ini seperti orang tua yang marah pada anaknya karena anaknya tak bisa mengikuti aturannya, diusir itu anaknya, dibiarkan memakan hati. Kalau kata orang jawa kebaikan itu ibarat bara api, digenggam erat akan kepanasan, tapi kalau tak digenggam bara akan mati, mungkin cinta juga begitu ha ha ha.

Maka bersabarlah kamu terhadap ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu seperti orang yang berada dalam ikan ketika ia berdo'a sedang ia dalam keadaan marah .QS.68:48

Menarik bukan cara Allah menasehati hambanya, dengan mengambil contoh pada yang telah terjadi pada yunus sebelum masa kenabiannya, ketika dia dimakan ikan hiu atau hut atau nun, maka dalam ayat lain disebut dzannun (yang punya Hiu) kenapa dia tidak mati dalam perut ikan hiu?

Begini ceritanya, penulis tertawa ketika membaca kisah ini, nabi yunus marah-marah pada kaumnya saat iya berdoa pada Allah agar dikeluarkan dari perut Hiu, dalam kitab tarikhul rusul wal muluk (sejarah para rosul dan para raja) karangan imam thobari, konon nabi yunus itu mengajak kaumnya untuk meng-esakan tuhan, namun kaumnya menantangnya, mereka berkata "datangkanlah bencana padaku jika kamu benar", akhirnya nabi yunus menetapkan tanggalnya, namun bencana tak datang juga. Akhirnya kaumnya memburunya, dan yunus pun lari dan berusaha keluar dari kaumnya karena dianggap penipu.

Akhirnya dia naik perahu menuju tempat lain, namun sayangnya ombak begitu besar dan perahu terasa kelebihan beban dan harus dikurangi satu orang untuk dibuang kelaut, kalau djadikan konsep jadi begini "mati satu hidup seribu lebih baik, dari pada mati semua", akhirnya diundi ternyata nabi yunus yang dapat undian.

Kalau anda dalam posisi nabi yunus saat itu, saya yakin anda lebih marah-marah, bahkan mungkin anda akan marah pada Allah, beruntung nabi yunus hanya marah pada kaumnya yang menuduhnya pembohong, serta marah karena harus dilempar kelaut, belum lagi dimakan Hiu, gelap lagi.

Dan Dzun Nun , ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya , maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap : "Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim."QS:21:87

Kayaknya nabi yunus suudzon pada Allah, sebab dia merasa sudah berdakwah tapi doanya tak dikabulkan, namun akhirnya dia sadar bahwa dia melakukan kekeliriuan yang harus dibayar dengan segala yang terjadi, dan Allah akhirnya memaafkan dan mengangkatnya menjadi nabi di tempat lain, zaman dulu setiap kaum ada nabinya, hanya saja nabi itu bertingkat-tingkat, yang terhitung rosul hanya 25, yang terhitung punya kemauan yang kuat Cuma 5 (ulul azmi), dan yang paling luas wilayahnya cuma 1.

Sebenarnya itu sudah menjadi qodlo dan qodar dari Allah, begini kisah sisi lainnya, Allah hendak mengutus yunus pada sebuah kaum yang lebih parah dari tempat yunus berada, dan yunus tentu lebih suka pada kaumnya sendiri untuk berdakwah, dan sebagai jalan agar yunus bisa keluar adalah dengan teori putergiling (aku lupa konsep ini) yang jelas segala sesuatu memang akan mengantar kita kepada yang Allah kehendaki.

Naik perahu terlalu lama untuk menempuh kaum yang begitu parah itu, maka jalan tercepat adalah naik kapal selam(ops kapal selam belum ada ya) ya udah akhrnya malaikat memaksa Hiu dengan membawa surat perintah dari Allah agar mengantar yunus ketempat tujuan dengan kontrak, bahwa dia bukan untuk dimakan oleh hiu. Hiu pun cemberut, emang gue pikirin ha ha ha. Dalam melaksanakan perintah yang tak bisa diganggu gugat mau gimana lagi, hiu pun mengikuti rambu-rambu yang dibawa jibril, ditengah perjalanan itulah nabi yunus berdoa dan bertobat atas kekeliruannya, dan ia minta segera dikeluarkan, padahal kalau saat itu langsung dikeluarkan dia akan berada di bumi yang tandus dan memalukan.

Maka akhirnya nabi yunus dilemparkan dari perut Hiu ditempat tujuan dengan selamat, meski agak parah. Kenapa harus begitu cepat? Ternyata disitu ada raja yang sakit, dan nabi yunuslah yang bisa mengobati, akhirnya nabi yunus dijamin oleh negara dan dakwahnya diterima raja dan kaumnya.

Itu aja ceritanya, yang jelas apa yang telah, sedang dan akan terjadi telah ditentukan sebelum kita lahir, hanya saja sabar dengan semua itu sangat sulit, padahal meskipun kita tidak sabar ketentuan tetap akan sesuai waktunya, sabar dengan usaha yang kita lakukan serta sabar dengan hasil yang Allah berikan adalah pelajaran yang begitu susah dan butuh kesabaran dan latihan.

6105 - حَدَّثَنَا أَبُو الْوَلِيدِ هِشَامُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ أَنْبَأَنِي سُلَيْمَانُ الْأَعْمَشُ قَالَ سَمِعْتُ زَيْدَ بْنَ وَهْبٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوقُ قَالَ إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا ثُمَّ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ يَكُونُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ يَبْعَثُ اللَّهُ مَلَكًا فَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعٍ بِرِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيدٌ فَوَاللَّهِ إِنَّ أَحَدَكُمْ أَوْ الرَّجُلَ يَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا غَيْرُ بَاعٍ أَوْ ذِرَاعٍ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا غَيْرُ ذِرَاعٍ أَوْ ذِرَاعَيْنِ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا قَالَ آدَمُ إِلَّا ذِرَاعٌ

HR.Bukhari hadith no 6105.

Inti dari hadith ini, bahwa kalau Allah menghendaki seseorang sebagai ahli syurga maka satu jengkal sebelum matinya dia akan beramal sebagaimana ahli surga meskipun sebelumnya beramal sebagaimana amalnya ahli neraka, begitu pula kalau Allah menetapkan seseorang menjadi ahli neraka maka satu jengkal sebelum matinya dia akan beramal sebagaimana ahli neraka walau sebelumnya beramal sebagaimana ahli syurga.

Jelas bahwa tak boleh anda merasa menjadi ahli syurga, begitupun tak boleh anda mengatakan seseorang ahli neraka, sebab semua terserah Allah dan kita hanya tahu ciri-ciri diantara keduanya, namun tak ada yang tahu apa yang dikehendaki-Nya. Semoga kita yang beramal dengan amalan ahli syurga diberi ketetapan hingga ajal menjemput kita, sementara jika kita beramal dengan amalan ahli neraka, kita diberi hidayah sebelum tertutup pintu tobat, dan semoga diterima tobat kita.

Alliem
Cairo, Selasa 24 Juni 2008
Belajar Sabar Dengan Alazhar


[+/-] Selengkapnya...

08 Juni 2008

Jubah-jubah Kekerasan

Jubah-jubah Kekerasan
Oleh : Mochammad Moealliem

Jubah adalah kata ganti dari sebuah nama pakaian yang umum dipakai oleh orang arab, atau mungkn bisa dikatakan gamis, meski asal kata aslinya qomis, hanya karena lidah arab tak mampu melafalkan abjad mereka secara sempurna maka mengalami perubahan, orang-orang arab khaliji akan mengucapkan huruf qof dengan G, sementara arab mesir dan bagian timur akan berubah menjadi ('), contoh, orang mesir akan berkata tho'su untuk kata toqsu, dan orang saudi akan berkata igamah dari kata asli iqomah, atau galbi untuk qolbi, kalau Mesir jadi 'albi.


Hari-hari ini jubah menjadi masalah dinegeri Indonesia, meski sebenarnya jubah tak bisa menjadi ukuran sebuah masalah, namun entah bagaimana jubah itu kini menjadi simbol sebuah kepentingan atau sebagaimana dikatakan beberapa orang preman sedang berjubah.

Penulis salut dengan budaya Indonesia yang mudah menerima benda dari luar, bahkan grup orkes dangdut pun pada saat ramadlan ikut berjubah dan bersorban, bukan hanya itu ternyata orang arab sendiri berjoget-joget pun dengan berjubah, bekerja disawah pun berjubah, menjadi kuli bangunan pun berjubah, bahkan berbuat anarkis pada orang asing pun memakai jubah, jadi kesimpulan yang penulis dapat bahwa jubah bukan jaminan dari kebaikan seseorang, sebab mayoritas orang arab memakainya, walau diantara mereka ada yang baik ada pula yang jelek.

Penulis mengenal jubah sejak kecil, sebab kakek penulis sering memakai jubah ketika jum'atan serta memakai sorban ala pangeran diponegoro, hanya saja kakek saya tak punya kebiasaan mengobrak-abrik atau memukul orang tak bersalah. Di pesantren pengasuh penulis pun sering memakai jubah ketika sholat, meski ketika dalam suasana normal memakai celana, pun juga tak pernah penulis diajarkan untuk memukul orang.

Di Mesir penulis mendapat gambaran jelas tentang jubah, penulis suka orang-orang yang berjubah dengan disertai kopyah merah yang dibalut sorban putih, merekalah guru-guru penulis baik formal dan non formal, penulis cukup percaya dengan mereka sebab mereka bisa dikenali bahwa mereka orang-orang Azhar.

Sementara jubah-jubah yang umum, bagi penulis punya banyak kisah sejak penulis datang di Mesir, watak arabisme adalah keras dan yang jelas mereka merasa lebih dari orang 'ajam (non arab), jadi banyak kisah yang mungkin masuk dalam kategori "preman berjubah".

Jubah bukanlah urusan akhirat, jubah adalah masalah dunia, maka dari itu Allah dan rosulnya tak pernah memerintahkan orang beriman untuk berjubah, bahkan nabi sendiri pernah mengatakan bahwa "ma kana min amri dun yakum faantum a'lamu bamri dun yakum" (musykilul atsar littohawi hadith no 1492).

"Idza kana Syaiun min amri dunyakum fasya'nukum" Jika sesuatu itu masalah dunia kalian, maka itu urusanmu, adapun kalau masalah akhirat itu urusanku. (Shohih ibu Hibban hadith no 22)

Dengan demikian manusia beriman boleh memilih pakaian yang disukai, hanya saja sesuai dangan aturan yang disepakati yaitu fungsi dari pakaian itu bisa menutup aurat.

Allah pun tak pernah mengusik soal jubah, sebab dalam Allah la yanduru ila suwarikum, walakin yanduru ila qulubikum, tidak melihat tampang luar, namun akan melihat hati hambanya.

عَنْ أَبي ثَعلَبَةَ الخُشَنيِّ - رضي الله عنه - ، عَن النَّبيِّ - صلى الله عليه وسلم - ، قالَ : (( إنَّ الله فَرَضَ فرائِضَ ، فَلا تُضَيِّعُوها ، وحَدَّ حُدُوداً فلا تَعْتَدوها ، وحَرَّمَ أَشْياءَ ، فلا تَنتهكوها ، وسَكَتَ عنْ أشياءَ رَحْمةً لكُم غَيْرَ نِسيانٍ ، فلا تَبحَثوا عَنْها

Hadith diatas dari daruqutni hadith no 4445, artinya : Allah telah mewajibkan beberapa kewajiban maka janganlah kalian mengabaikannya, dan membatasi batas-batas maka janganlah melampuinya, Mengharamkan beberapa hal maka janganlah merusaknya. Dan diam dari beberapa hal sebagai rahmat pada kalian selain lupa, maka janganlah kalian mencari-carinya.

Islam begitu mudah, kalau kita mau meneliti hadith-hadith, hanya saja islam menjadi sulit dan keras ketika kita hanya taklid buta, apalagi hanya tahu hadith-hadith yang sengaja dipilih untuk memperkuat madzhab tertentu dan menganggap yang berbeda adalah keliru dan harus diperangi dengan cara-cara kekerasan yang para sahabat tak pernah memberi contoh.

Kalau kita mau sedikit tadabbur dari hadith nabi, bahwa urusan dunia bukanlah urusan nabi dalam mengaturnya, maka kita akan menjadi muslim yang maju dan tidak kolot, apalagi mengimpor arabisme dalam masalah dunia, saya pikir tidak tepat, hanya saja itu tidak dilarang, asal jangan sampai dikatakan itu ajaran Islam.

Kalau kita melihat problem yang terjadi minggu-minggu ini maka, dalam masalah ahmadiyah adalah masalah akhirat, sedangkan masalah kekerasan yang dilakukan anggota FPI adalah masalah dunia, maka jika keputusan telah jelas bahwa Ahmadiyah melanggar aturan Islam sesuai dengan apa yang menjadi dasar syariat islam, maka pemerintah selaku ulil amri berhak melarang aliran yang telah dinyatakan tidak sesuai, adapun soal kekerasan FPI adalah urusan dunia, maka aturan yang dipakai adalah aturan setempat, tentunya UUD yang berlaku, adakah dibubarkan atau dihukum para pelakunya adalah hak dari aparat negara.

Kembali berjubah lagi, Nabi memang berjubah sebab itu pakaian orang arab, dan mungkin celana dan baju belum populer, atau mungkin yang trend dalam masa itu adalah jubah, dan pakaian cina kuno, sebab orang indonesia sendiri mengenal baju dan celana adalah efek dari penjajahan belanda, bahkan banyak kyai pada saat itu tidak mau memakai celana dan lebih memilih bersarung, dengan alasan celana itu adalah pakaian orang kafir, dan memakainya adalah tasabbuh, bahkan sistem pendidikan pesantren pun dulu tak mau meniru sistem penjajah, meskipun saat ini pendidikan pesantren sudah menerima, dan para kyai pun bercelana, sebab ternyata itu urusan duniawi.

Bahkan ada yang unik lagi, bercelana tapi setengah betis, katanya biar tidak isbal, tapi lucunya kalau musim dingin memakai kaos kaki, gimana tidak isbal kalau kakinya dibungkus, penulis pernah ngececk hadith tentang isbal, teks yang jelas adalah izar, dan qomis, dimana kedua pakaian ini jika sampai dibawah matakaki akan menyeret tanah dan kotor sehingga dalam hal itu ada kejadian seorang diperintah nabi untuk berwudlu lagi, itu menunjukkan bukan isbalnya yang membatalkan wudlu tapi adalah najis yang menempel pada pakaian mereka.

"Preman berjubah, mungkinkah?" kalau anda pernah kearab tentu jawabnya, "mungkin", Adakah Islam rugi jika FPI dibubarkan? Tentunya tidak, sebab Islam Indonesia adalah Islam yang masuk tanpa perang dan kekerasan.

Kesesatan dan kekerasan harus dibubarkan organisasinya dibumi Indonesia.

Alliem
Cairo, Ahad, 08 Juni 2008
Berusaha Berjubah Kelembutan



[+/-] Selengkapnya...

30 Mei 2008

Ayat-ayat Tahlil


(1) إلى حَضْرَةِ سَيِّدِنَا وَحَبِيْبِنَا وَشَفِيْعِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَإِلَى أَرْوَاحِ آبَائِهِ وَإِخْوَانِهِ مِنَ الأَنْبِيَاءِ وَالمُرْسَلِيْنَ ، صَلَوَاتُ اللهِ وَسَلاَمُهُ عَلَيْهِ وَعَلَيْهِمْ أَجْمَعِيْنَ . وَعَلَى آلِ كُلٍّ وَالصَّحَابَةِ وَالقَرَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ ، وَتَابِعِيْ التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن ، وَإِلَى أَرْوَاحِ وَالِدِيْنَا وَمُعَلِّمِيْنَا وَذَوِيْ الحُقُوْقِ عَلَيْنَا أَجْمَعِيْنَ - الفاتحة
(2) سورة الفاتحة
(3) سورة الإخلاص (3 مرات) – لا إله إلا الله والله أكبر
(4) سورة الفلق (مرة) - لا إله إلا الله والله أكبر
(5) سورة الناس (مرة) - لا إله إلا الله والله أكبر
(6) سورة الفاتحة

(7) بسم الله الرحمن الرحيم
الم . ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ . الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ . والَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنزِلَ مِن قَبْلِكَ وَبِالآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ . أُوْلَـئِكَ عَلَى هُدًى مِّن رَّبِّهِمْ وَأُوْلَـئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ .


(8) وَإلهُكُمْ إِلهٌ وَاحِدٌ . لآ إِلهَ اِلاَّ هُوَ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم . اللهُ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ لَّهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأَرْضِ مَن ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلاَ يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَاء وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ وَلاَ يَؤُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ .

(9) للهِ ما فِي السَّمَاواتِ وَمَا فِي الأَرْضِ وَإِن تُبْدُواْ مَا فِي أَنفُسِكُمْ أَوْ تُخْفُوهُ يُحَاسِبْكُم بِهِ اللّهُ فَيَغْفِرُ لِمَن يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَن يَشَاءُ وَاللّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ .

(10) آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ بِاللّهِ وَمَلآئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لاَ نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّن رُّسُلِهِ وَقَالُواْ سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ . لاَ يُكَلِّفُ اللّهُ نَفْساً إِلاَّ وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِن نَّسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْراً كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَا لاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ
وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ (3 مرات)

(11) يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْن – اِرْحَمْنَا . يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْن – اِرْحَمْنَا . يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْن – اِرْحَمْنَا . وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ البَيْتِ إِنَّهُ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ . إِنَّمَا يُرِيْدُ الله لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ البَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيْرًا . إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيّ . يَا أيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا .

(12) اللَّهُمَّ صَلِّ أَفْضَلَ الصَّلاَةِ عَلَى أَسْعَدِ مَخْلُوْقَاتِكَ حَبِيْبِ اللهِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ ، عَدَدَ مَعْلُوْمَاتِكَ وَمِدَادَ كَلِمَاتِكَ ، كُلَّمَا ذَكَرَكَ الذَّاكِرُوْنَ وَغَفَلَ عَنْ ذِكْرِكَ الغَافِلُوْنَ .

(13) اللَّهُمَّ صَلِّ أَفْضَلَ الصَّلاَةِ عَلَى أَسْعَدِ مَخْلُوْقَاتِكَ شَمْسِ الضُّحَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ ، عَدَدَ مَعْلُوْمَاتِكَ وَمِدَادَ كَلِمَاتِكَ ، كُلَّمَا ذَكَرَكَ الذَّاكِرُوْنَ وَغَفَلَ عَنْ ذِكْرِكَ الغَافِلُوْنَ .

(14) اللَّهُمَّ صَلِّ أَفْضَلَ الصَّلاَةِ عَلَى أَسْعَدِ مَخْلُوْقَاتِكَ بَدْرِ الدُّجَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ ، عَدَدَ مَعْلُوْمَاتِكَ وَمِدَادَ كَلِمَاتِكَ ، كُلَّمَا ذَكَرَكَ الذَّاكِرُوْنَ وَغَفَلَ عَنْ ذِكْرِكَ الغَافِلُوْنَ .

(15) وَسَلِّمْ وَرَضِيَ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى عَنْ سَادَاتِنَا أَصْحَابِ رَسُوْلِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ . وَحَسْبُنَا اللهِ وَنِعْمَ الوَكِيْلُ وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ العَلِيِّ العَظِيْمِ .

(16) اَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ – (3 مرات)

(17) أفْضَلُ الذِّكْرِ فَاعْلَمْ أنَّهُ لآ إِلهَ إِلاَّ الله
لآ إله إلاَّ الله (حَيُّ بَاق)
لآ إله إلاَّ الله (حَيُّ مَوْجُوْدٌ)
لآ إله إلاَّ الله (حَيُّ مَقْصُوْدٌ)

دُعَاءُ تَهْلِيْل

بسم الله الرحمن الرحيم
(1) الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْن حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَه , يَـا رَبَّنَا لَكَ الحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلاَلِ وَجْهِكَ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِك . اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلاَةً تُنْجِيْـنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ الأَهْوَالِ وَالآفَاتِ . وَتَقْضِيْ لَنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ الحَاجَات . وَتُطَهِّرُنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ السَّيِّئَاتِ . وَتَرْفَعُنَا بِهَا عِنْدَكَ أَعْلَى الدَّرَجَات . وَتُبَلِّغُنَا بِهَا اَقْصَى الغَايَاتِ مِنْ جَمِيْعِ الخَيْرَاتِ فِيْ الحَيَاةِ وَبَعْدَ المَمَاتِ . سُبْحَانَكَ لاَ نُحْصِيْ ثَنَاءً عَلَيْكَ كَمَا اَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ . فَلَكَ الحَمْدُ حَتَّى تَرْضَى وَلَكَ الحَمْدُ إِذَا رَضِيْتَ وَلَكَ الحَمْدُ بَعْدَ الرِّضَى .

(2) اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ فِيْ الأَوَّلِيْنَ . وَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ فِيْ الآخِرِيْنَ. وَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ فِيْ المَلاَءِ الأَعْلَى إِلَى يَوْمِ الدِّيْن . وَصَلِ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ حَتَّى تَرِثَ الأَرْضَ وَمَنْ عَلَيْهَا وَأنْتَ خَيْرُ الوَارِثِيْن .

(3) اللَّهُمَّ اجْعَلْ وَأَوْصِلْ وَتَقَبَّلْ ثَوَابَ مَا قَرَأْنَاهُ مِنَ القُرْآنِ العَظِيْمِ وَمَا هَلَّلْنَاهُ مِنْ لاَ إلَهَ إِلاَّ الله . وَمَا اسْتَغْفَرْنَاهُ وَمَا قُلْنَاهُ مِنْ يَا اللهُ. وَمَا صَلَّيْنَاهُ عَلَى النَّبِيّ مُحَمَّدٍ r فِيْ هَذِهِ السَّاعَةِ المُبَارَكَةِ هَدِيَّةً مِنَّا وَاصِلَة وَرَحْمَةً مِنْكَ نَازِلَةً وَبَرَكَةًً شَامِلَةً وَصَدَقَةً مُتَقَبَّلَةً نُقَدِّمُهَا وَنُهْدِيْهَا إِلَى حَضْرَةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ r. ثُمَّ إِلَى أَرْوَاحِ أَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّاتِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِيْ التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن .

(4) اللَّهُمَّ ثَوَابًا مِثْلَ ثَوَابِ ذَلِكَ مَعَ مَزِيْدِ بِرِّكَ وَاِحْسَانِكَ إِلَى أَرْوَاحِ مَنِ اجْتَمَعْنَا هَهُنَا بِسَبَبِهِمْ وَخُصُوْصًا إِلَى رُوْحِ المَرْحُوْمِ .......... وَأُصُوْلِهِ وُفُرُوْعِـهِ وَمَنْ يَنْتَسِبُ إِلَيْهِ أَجْمَعِيْنَ . (جيك فرمفوان ) إِلَى رُوْحِ المرحُوْمَة .......... وَأُصُوْلِهَا وَفُرُوْعِهَا وَمَنْ يَنْتَسِبُ إِلَيْهَا أَجْمَعِيْن .

(5) اَوْصِلِ اللَّهُمَّ ثَوَابَ ذَلِكَ مِنَّا إِلَيْهِمْ وَاجْعَلْهُ نُوْرًا يَسْعَى وَيَتَلألأ بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ . ضَاعِفِ اللَّهُّمَّ رَحْمَتَكَ وَرِضْوَانَكَ عَلَيْنَا وَعَلَيْهِمْ . اللَّهُّمَّ اجْعَلْهُ فَكَاكًا لَهُمْ مِنَ النَّارِ ، وَنَجَاةً لَهُمْ مِنَ النَّارِ ، وَسِـتْرًا لَهُمْ مِنَ النَّارِ ، وَفِدَاءً لَهُمْ مِنَ النَّارِ .

(6) اللَّهُمَّ اغْفِرْلَهُمْ وَارْحَمْهُمْ وَعَافِهِمْ وَاعْفُ عَنْهُمْ . (3 مرات)

(7) ثُمَّ ثَوَابًا مِثْلَ ثَوَابِ ذَلِكَ اَرْوَاحِ وَالِدِيْنَا وَمَشَائِخِنَا وَوَالِدِيْهِمْ وَمَشَائِخِهِمْ وَجَمِيْعِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ مَشَارِقِ الأَرْضِ إِلَى مَغَارِبِهَا .

(8) اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا فِيْ صَحَائِفِنَا وَصَحَائِفِ وَالِدِيْنَا وَالسَّادَاتِ الحَاضِرِيْنَ وَوَالِدِيْهِمْ عُمَّ الْجَمِيْعِ بِالرَّحْمَةِ وَالرِّضْوَانِ . وَأَدْخِلْنَا وَاِيَّاهُمْ فِيْ فَسِيْحِ الْجِنَانِ . يَا حَنَّانُ يَا مَنَّانُ يَا بَدِيْعَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ .

(9) اللَّهُمَّ انْقُلْهُمْ مِنْ ضِيْقِ القَبْرِ وَاللُّحُوْدِ ، إِلَى جَنَّتِكَ جَنَّاتِ الْخُلُوْدِ ، إِلَى ظِلٍّ مَمْدُوْدٍ ، وَمَاءٍ مَسْكُوْبٍ ، وَفَاكِهَةٍ كَثِيْرَةٍ ، لاَ مَقْطُوْعَةٍ وَلاَ مَمْنُوْعَةٍ ، وَفُرُشٍ مَرْفُوْعَةٍ ، مَعَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ . وَحَسُنَ اُولئِكَ رَفِيْقًا يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ .

(10) وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى الِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ . وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالمَِيْنَ .

الفاتحة .

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا دُعَاءَنَا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ ، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ ، وَلاَ تُؤَاخِذْنَا بِالعَظَائِمِ وَالْجَرَائِمِ يَا كَرِيْم ، وَآخِرُ دَعْوَاهُمْ أنِ الْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ .


Tahlilan sama halnya membaca ayat-ayat qur'an yang dipilih sesuai maksud dan fadlilah ayat-ayat qur'an, sesuai hadith yang ada.







[+/-] Selengkapnya...

10 Artikel Populer