07 April 2008

Jangan Berebut Mencintaiku

Jangan Berebut Mencintaiku
Oleh : Mochammad Moealliem


Apa jadinya jika kalimat diatas yang menyebutkan adalah penulis, pembaca boleh menebak dengan konsep positif thinking tentunya, sebab kalau pembaca memakai kacamata yang negative thinking akan masuk pada syuudzhon, padahal penulis hanya ingin dengan tulisan yang ditulisnya mengajak pembaca menjadi positif meskipun kebanyakan manusia kurang berminat.

Katakanlah: "Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan."QS.5:100

Sering kita dengar berita, bahwa ada seseorang membakar mantan pacarnya karena cemburu, ada yang bunuh diri juga karena cemburu, ada juga yang lebih dari itu, berbagai macam bentuk problematika yang berkembang di masyarakat tersebut tentunya ada sebab yang melatar-belakanginya sebuah peristiwa. Apalagi disaat harga berbagai kebutuhan membumbung tinggi, maka sesuai kodratnya orang lapar cenderung anarkis.

Salah satu sebab yang lain adalah berebut ruang istimewa dihati seseorang, dan tidak siap untuk mencari yang lebih baik dari yang pernah ada, atau mungkin ada hal yang telah terjadi antara keduanya hingga berpisah dengan orang itu akan sia-sia dan mengalami kerugian dalam berbagai aspek. Bahkan dalam novel pun begitu indah jika dibumbui seseorang yang cemburu, apapun akan dilakukan, bahkan metoda yang dipakai meminjam metodenya syeitan "Kalau bisa pesaing harus rugi, paling tidak pesaing tidak untung".

Memang tidak semua orang berani berprinsip "jangan berebut mencintaiku", namun manusia lebih bangga ketika menjadi rebutan, dengan adanya rebutan mereka merasa punya nilai jual yang sangat menguntungkan dalam segi materi, tentunya bukan hanya dalam persoalan hati saja, bahkan harga sembako pun akan menjadi mahal ketika untuk memperolehnya harus rebutan.

Mungkin dilihat dari kata "jangan berebut mencintaiku" terasa begitu sombongnya, bahkan memancing orang lain berkata, "koyok payu-payuo" alias dalam bahasa gaul "kayak laku aja". Apalagi bagi mereka yang tak punya modal yang layak jual, cakep tak nampak, pintar tak pasti, duit pun tak punya, tentunya tak akan setuju jika memakai prinsip tersebut, boro-boro dengan prinsip, ikut menjadi peserta berebut aja tak pernah menang, dan selalu bertahan dengan medali jomblo yang gagal.

Coba pembaca ingat, bukankah pembaca begitu bahagia ketika ada banyak orang yang mencintai anda? Bahkan pembaca pun akan terus-terusan menarik-ulur keputusan anda untuk menentukan siapa yang anda pilih? Atau bahkan melempar ujian-ujian yang begitu menghibur hati anda? What a pity they are.

Sekarang coba anda pindah tempat, anda harus berebut untuk mendapat jawaban dari seseorang, dan anda sedikit tahu lawan politik anda, kalau anda bisa merasakan keindahan berarti anda hebat, namun jika anda merasa sakit hati, membenci lawan politik, bahkan kalau saja semua doa anda terkabulkan maka bisa jadi anda akan berdoa buruk untuknya, atau bahkan jika anda punya kekuatan akan anda gerakkan untuk menggempur pihak lawan dengan berbagai dalih untuk membenarkan tindakan anda.

Kalau pun mungkin, apa yang menjadi sumber hukum dipihak lawan, anda sangkut pautkan dengan berbagai hal yang akan mencipta opini, sementara anda tak peduli apakah dokumen yang ada itu benar-benar bersangkutan, atau hanya meneruskan sebuah tuduhan tanpa bukti yang penting anda memberi kabar bahwa "si A" kejam. Sebagaimana yang terjadi belakangan yang dipraktekkan oleh orang belanda, hanya karena cemburu melihat populasi pihak lain yang begitu cepat, sementara populasi pada pihaknya malah menurun, sebab orang-orang dipihaknya lebih memilih non berpihak meski tidak masuk dipihak lawan.

Disisi lain, sebagai orang kecil tentu akan sangat sulit untuk unjuk diri untuk kepentingan tertentu, kecuali harus menjerit atau berteriak sekeras-kerasnya kalau bisa bahkan mengundang pro dan kontra, walaupun sebenarnya membahayakan kedamaian lingkungan. Tentunya akan memberikan kontribusi positif dalam periklanan dengan biaya yang semurah-murahnya.

Sebagaimana partai politik yang berebut gadis cantik bernama "suara rakyat", hati sang gadis semakin lama semakin berkapasitas luas, gadis bernama "suara rakyat" dari desa Indonesia, punya hati berkapasitas total sekitar 160 juta, kalau komputer mungkin 160 juta gigabith, Nah dari sekian itu setiap partai punya local drive, dan setiap local drive akan menyimpan beberapa folder, Anggap saja pemegang pemerintahan adalah local drive C.

Kebanyakan program yang diterapkan akan berhubungan dengan drive C, meski master aslinya dari drive lain, kesuksesan pelaksanaan program perlu dukungan semua pihak, baik software (pikiran) dan Hardware (kerja keras), kerusakan bidang hardware adalah kerusakan fisik, dan kerusakan software adalah kesalahan pengambilan keputusan yang sangat rentan dengan virus-virus yang memang hidup dan terus berkembang sesuai kebutuhan, setidaknya akan membuat instal ulang program pada drive C, atau bahkan partisi ulang dengan revolusi.

Sebagai rakyat tentunya punya harga jual yang tinggi, namun sayangnya rakyat hanya akan dimanja beberapa saat dan setelah itu di hidden seolah tidak ada, namun rakyat dalam keadaan terikat dan suatu saat akan ditarik kembali, kemudian di manja lagi, dan begitu seterusnya.

Memang butuh biaya yang sangat mahal untuk menjalankan program yang begitu cepat, aman, dan menguntungkan, bagaimana tidak jika hardisk berkapasitas 160 juta giga, sementara procesor komputer kita masih produk lama, dana pembelian VGA berkapasitas besar pun harus dipangkas untuk pembelian aksesoris yang tak begitu berguna.

Sementara virus-virus software didalam hardisknya tak pernah tidur, dimana ada kehidupan disitu ada virus, dan dimana ada virus akan ada obatnya, hanya saja obat sering tak berguna ketika virus bekerja keras sementara sang obat malas-malasan. Apalagi komputernya connect dengan dunia luas, tentu tidak mustahil akan menambah beban kerja komputer tersebut, belum lagi virus dari luar lebih canggih. Bisa jadi kita akan bilang ABCD.....(Aduh Bo' Capek Dech.....)

Bagitulah kerja virus yang cemburu dengan program komputer kita yang berjalan begitu indahnya, teori yang dipakai virus adalah yang penting orang lain rugi, atau minimal tidak untung. Bahkan terkadang pengrusakan tidak hanya pada software nya saja bahkan hingga hardwarenya, padahal hanya lewat alam pikiran yang diacak-acak fisik komputer pun terpaksa mengganti yang baru. Virus layaknya ombak lautan bagi pelaut, semakin bisa mengatasi ombak yang besar maka pelaut akan semakin hebat. Namun kalau tak bisa mengatasi mungkin regenerasi pelaut yang lebih cepat.

Kalau kata para pakar, dimana ada medan perang, maka disitulah akan terjadi perang, dumana ada lapangan, akan ada permainan, antara virus dan anti virus, dunia ini pun medan perang dan lapangan bermain antara kebaikan dan keburukan, antara nurani dan hawa nafsu, antara benci dan cinta, hingga saat yang telah ditentukan.

Seperti itu mungkin kalau kita bermain dilapangan, berebut ternyata memberi rasa lebih bagi yang mendapatkan porsi lebih banyak, apalagi untuk mendapat sesuatu yang cuma satu-satunya tentunya apapun akan dilakukan, bahkan diving pun dalam bermain bola terkadang merupakan sebuah cara untuk menjebol gawang lawan, tentunya siapapun akan mengalami gesekan. Namun semoga kita bisa berbagi kebenaran, dan berbagi kehidupan yang damai.

Dalam cinta, dalam politik, dalam bermain bola, kita memang berebut, sebab lapangan yang tersedia begitu sempit. dalam beragama pun kita saling berebut, saling tendang, saling telikung, padahal jalan begitu luas menuju satu tujuan pada Yang Maha Luas, orang-orang berkelompok-kelompok setiap kelompok punya pimpinan dan punya simbol masing-masing, kalau saja mulut dan hati mereka berdzikir tentu tak begitu lambat jalan mereka, dan tak perlu berhenti hanya untuk bercanda tentang jalan yang benar, sebab jalan itu begitu luas.

Hanya Allah mungkin yang patut untuk berkata "jangan berebut mencintai-Ku" Sebab Dialah Yang Maha Luas, Kalau diibaratkan seperti para jamaah haji menuju arafah, setiap ketua rombongan membawa jamaahnya, dengan tandanya masing-masing, mulutnya berdzikir, perjalanan begitu jauh ada yang sedang berhenti, ada yang berjalan pelan-pelan, bahkan ada yang berjalan, sendirian, dua orang, tiga orang dan macam-macamnya. Bahkan ada yang diantar bus dan berbagai macam mobil.

Berbagai macam madzhab, itu ibaratnya adalah bus-bus pengangkut jamaah menuju tujuan agar lebih mudah dan cepat, tidak harus memang bermadzhab, namun kalau ingin kemudahan lebih baik bermadzhab. Setiap madzhab punya peraturan, namun tidak mungkin satu orang menaiki dua bus. Begitulah madzhab, tujuan mereka adalah sama-sama menuju satu tujuan yang sangat luas.dengan kecepatan lebih dibanding yang berjalan sendiri-sendiri. Kalaupun sopir-sopir travel tiap madzhab kebut-kebutan atau bahkan zig-zag, dan mungkin ada gesekan disisi kendaraan, semoga saja kita selamat sampai tujuan. Kata pepatah cepat dan selamat lebih baik daripada sudah lambat tidak selamat lagi, kalau pepatah jawa alon-alon waton kelakon, pelan-pelan asal tercapai, terserah anda pilih yang mana?

Namun yang jelas kita harus bergerak, sebab tidur tak mengantar kemana-mana kecuali ke alam mimpi, tidur dan mimpilah setelah kita berada ditempat tujuan, dan kita semua akan tidur sepuasnya setelah jadwal perjalan kita tempuh sesuai waktu yang ada, tidurlah secukupnya dalam perjalanan ini, dan mari terus bergerak menciptakan langkah dengan karya yang positif.

Alliem
Cairo, Senin 07 April 2008
Berbagi Untuk Tidak Berebut

[+/-] Selengkapnya...

10 Artikel Populer