09 Juli 2009

Manisnya Suramadu




Manisnya Suramadu
Oleh : Mohamad Mualim

Beberapa waktu yang lalu (24/6/2009) penulis mendapat kesempatan untuk melihat lebih dekat madu terpanjang di Asia, penulis telusuri dari ujung sampai ujung dan serasa begitu manis, manis itu begitu menusuk hatiku hingga membuat penulis bangga kepada negeri ini, ternyata manusia negeriku sudah mampu bikin jembatan yang sepanjang ini.

Suramadu begitu nama jembatan itu, yang menghubungkan pulau Jawa-Madura, namun demi sebuah keindahan diambilnya kata Suramadu singkatan dari Surabaya-Madura, mungkin kita tak akan pernah usil untuk usul agar namanya antar pulau jadi Jamadu (Jawa-Madura) atau antar kota (Surabang) Surabaya-Bangkalan, atau nama-nama yang lain yang mungkin akan menjadi nama sesuatu yang akan diciptakan.



Saat itu penulis meniti jalan di jembatan Suramadu dengan sepeda motor, dengan kecepatan yang lemah lembut, soalnya sayang kalau ngebut, kita tak akan bisa menikmati jembatan yang panjangnya hampir 5400 meter, dengan biaya pembangunan 4,5 T, ketepatan waktu itu langit begitu cerah dan kecepatan angin laut tak begitu tinggi, jadi nggak begitu tegang.

Hingga Akhirnya penulis dapat menginjakkan kaki di pulau Madura, dan terbesit dalam benak penulis, kalau saja masyarakat kreatif hal ini akan lebih indah dari sungai Nile di sekitar Garden City, ada perahu hias penuh lampu yang berkeliling dibawah jembatan, ada taman-taman ditepi pantainya, dan berbagai macam hal yang mungkin hal itu akan mendongkrak kegiatan ekonomi sekaligus pariwisata.

Adalah wajar jika biaya yang begitu mahal menjadikan tarif jembatan itu agak mahal untuk selain sepeda motor, minimal 10 kali lipat tarif sepeda motor, sepeda motor pun tarifnya 3.000 pada saat itu, dengan resiko kalau angin kencang harus berhenti atau bisa jadi terbang dan kecebur laut, tapi semoga saja tidak terjadi, dan selema ini tidak ada kejadian seperti itu.

Karena begitu panjang, ketika penulis mengambil gambar dari tepi pantai kurang bisa mendapat keindahan jembatan bentang tengah, penulis berharap suatu saat nanti di pantai itu ada teropongnya, apalagi jika ada kapal perang sedang lewat bawah jembatan itu, betapa bahagia penulis melihat kegagahan bangsa ini, sebagaimana impian Gajahmada dizaman Majapahit yang penulis baca dari beberapa kisah yang dikemas dalam novel sejarah.

Penulis membaca beberapa berita, bahwa tanah disisi jembatan bagian madura harganya mulai melambung tinggi hingga mencapai 1 juta per meter, padahal konon harga tanah di daerah itu sangat murah karena tandus, tapi ternyata tanah yang tandus itu kini bisa dirubah menjadi tanah yang subur yang bisa menghasilkan uang yang menjanjikan. Tentunya kesuburan itu bukan untuk menanam padi, tapi menanam Hotel, Taman Wisata, dan sebagainya. Jika kita bisa memahami sebuah ketentuan Allah, apa yang kita anggap remeh saat ini, mungkin bisa sangat berharga pada saatnya. Maka janganlah berputus asa dengan rahmat Allah, karena segala sesuatu telah ditetapkan sesuai dengan fungsinya.

Pemilihan presiden telah berlalu, semoga jembatan suramadu bukan satu-satunya jembatan antar pulau di Indonesia, tapi lebih menjadi sebab adanya jebatan-jembatan yang lain, misalnya Jawa-Bali, Jawa-Sumatera, apalagi bisa membuat terowongan bawah laut untuk menghubungkan Jawa-Kalimantan-Sulawesi-Papua, meskipun itu masih mimpi namun semua itu mungkin terjadi. Jika orang jepang aja mampu membuat seperti itu, tentu kita bisa belajar dari mereka.

Beberapa mimpi Gajahmada adalah menyatukan pulau-pulau menjadi satu kesatuan, dan memiliki pasukan maritim yang kuat, mungkin sebagian mimpi itu sudah menjadi kenyataan, namun untuk pasukan maritim yang kuat, kita belum bisa, maka tak aneh jika kita sering dikerjai para tetangga. Harusnya pemimpin itu seperti Gajahmada yang berani melakukan sumpah palapa, setidaknya punya janji tak akan hidup bermewah-mewah sebelum negeri ini punya nama di dunia.

Mungkin nasionalisme kita termakan oleh nafsu korupsi yang begitu besar, sebagaimana rayap yang mengikis pilar-pilar kayu rumah yang bernama Indonesia, hanya genteng mungkin yang akan bertahan dari ganasnya makhluk yang bernama rayap itu, bahkan beberapa hari setelah diresmikannya Suramadu, dikabarkan beberapa lampu dan besinya mulai dimakan rayap, betapa hebat rayap saat ini, bukan lagi kayu yang dimakan tapi besi pun bisa dimakan dengan ganasnya.

Jika sikap kita masih seperti rayap, bersiap-siaplah kita akan jatuh tenggelam dalam keterpurukan, anak-cucu kita hanya akan mendapat kenangan yang membuatnya menangis sejak lahir hingga hidupnya berakhir, semua tinggal genteng yang sudah terpecah-belah menjadi kereweng, rumah yang megah itu, kayu dan besinya sudah dimakan rayap.

Ya Allah...Jadikanlah lumpur lapindo sebagai obat untuk mengurangi nafsu makan rayap, jika Engkau tidak berkenan menghapus makhluk bernama rayap yang korup dan membahayakan rakyat.

Alliem
Tangerang, Kamis 09 Juli 2009
Bangunlah dengan jiwa membangun






[+/-] Selengkapnya...

10 Artikel Populer