13 April 2011

Malaikat yang Menyamar


Malaikat yang Menyamar
Oleh : Mochammad Muallim

Sore itu gerimis turun dengan anggun diiringi oleh sorak sorai kemeriahan suara petir, langit makin gelap dan siang pun harus rela gantian untuk memberikan kesempatan malam mencari orang-orang yang percaya adanya malaikat. Suara adzan mulai berkumandang menandakan waktu maghrib menjelang, dengan speaker yang ada di puncak bangunan masjid dengan seni model masjid demak, adzan terus mengajak orang sekitar melaksanakan sholat berjamaah meskipun gerimis, dan sudah menjadi tabiat manusia memanfaatkan moment gerimis untuk alasan.

Adzan telah selesai, dan jamaah pun keliatannya masih terjerat sarung hangatnya, seperti biasa sang muadzin membaca "pujian" alias do'a atau sholawat atau apa saja yang bernilai ajakan kebaikan, tiba-tiba DUARRR petir menyambar.

Lalu apa yang terjadi, petir merambat melalui kabel speaker, menuju amplifier, juga aliran listrik yang lain, beberapa kipas angin langsung meledak, dan kabel penghubungnya terbakar dengan cepat, lalu bagaimana kondisi si muadzin yang masih "pujian" dan pegang mix? Apa ga kena petir?

Masyarakat sekitar, kaget dan khawatir begitu tahu petir menyambar di dekat lokasi, akhirnya masyarakat menjadi semangat berangkat untuk memastikan keselamatan muadzin tersebut, dan didapatinya muadzin baik-baik saja dan bahkan dia tidak mendengar petir yang menyambar begitu kerasnya, apa sebab?

Ketika petir menyambar, si muadzin melihat ada dua orang datang dan menutup telingannya, kemudian merasa mix yang dipegangnya panas akhirnya dia lemparkan, seperti setengah sadar tapi setelah kejadian orang itu tidak ada, dan tidak dikenal, dan memang suasana gerimis, dan yang tahu hanya muadzin itu, karena memang yang baru ada di Masjid baru dia sendiri.

Apakah itu malaikat? Itu bisa kita teliti dari kisah berikut

3. Aisyah r.a. berkata, Wahyu yang pertama kepada Rasulullah saw. adalah mimpi yang baik di dalam tidur. Beliau tidak pernah bermimpi melainkan akan menjadi kenyataan seperti merekahnya cahaya subuh. Kemudian beliau gemar bersunyi. Beliau sering bersunyi di Gua Hira. Beliau beribadah di sana, yakni beribadah beberapa malam sebelum rindu kepada keluarga beliau, dan mengambil bekal untuk itu. Kemudian beliau pulang kepada Khadijah. Beliau mengambil bekal seperti biasanya sehingga datanglah kepadanya (dalam riwayat lain disebutkan: maka datanglah kepadanya) kebenaran. Ketika beliau ada di Gua Hira, datanglah malaikat (dalam nomor 8/67) seraya berkata, 'Bacalah!' Beliau berkata, 'Sungguh saya tidak dapat membaca. Ia mengambil dan mendekap saya sehingga saya lelah. Kemudian ia melepaskan saya, lalu ia berkata, 'Bacalah!' Maka, saya berkata, 'Sungguh saya tidak dapat membaca:' Lalu ia mengambil dan mendekap saya yang kedua kalinya, kemudian ia melepaskan saya, lalu ia berkata, 'Bacalah!' Maka, saya berkata, 'Sungguh saya tidak bisa membaca' Lalu ia mengambil dan mendekap saya yang ketiga kalinya, kemudian ia melepaskan saya. Lalu ia membacakan, "Iqra' bismi rabbikalladzi khalaq. Khalaqal insaana min'alaq. Iqra' warabbukal akram. Alladzii 'allama bil qalam. 'Allamal insaana maa lam ya'lam. 'Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah. Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Lalu Rasulullah saw. pulang dengan membawa ayat itu dengan perasaan hati yang goncang (dalam satu riwayat: dengan tubuh gemetar). Lalu, beliau masuk menemui Khadijah binti Khuwailid, lantas beliau bersabda, 'Selimutilah saya, selimutilah saya!' Maka, mereka menyelimuti beliau sehingga keterkejutan beliau hilang. Beliau bersabda dan menceritakan kisah itu kepada Khadijah, 'Sungguh saya takut atas diriku.' Lalu Khadijah berkata kepada beliau, 'Jangan takut (bergembiralah, maka) demi Allah, Allah tidak akan menyusahkan engkau selamanya. (Maka demi Allah), sesungguhnya engkau suka menyambung persaudaraan (dan berkata benar), menanggung beban dan berusaha membantu orang yang tidak punya, memuliakan tamu, dan menolong penegak kebenaran.' Kemudian Khadijah membawa beliau pergi kepada Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul Uzza (bin Qushai, dan dia adalah) anak paman Khadijah. Ia (Waraqah) adalah seorang yang memeluk agama Nasrani pada zaman jahiliah. Ia dapat menulis tulisan Ibrani, dan ia menulis Injil dengan bahasa Ibrani (dalam satu riwayat: kitab berbahasa Arab. dan dia menulis Injil dengan bahasa Arab) akan apa yang dikehendaki Allah untuk ditulisnya. Ia seorang yang sudah sangat tua dan tunanetra. Khadijah berkata, Wahai putra pamanku, dengarkanlah putra saudaramu!' Lalu Waraqah berkata kepada beliau, Wahai putra saudaraku, apakah yang engkau lihat?' Lantas Rasulullah saw: menceritakan kepadanya tentang apa yang beliau lihat. Lalu Waraqah berkata kepada beliau, 'Ini adalah wahyu yang diturunkan Allah kepada Musa! Wahai sekiranya saya masih muda, sekiranya saya masih hidup ketika kaummu mengusirmu....' Lalu Rasulullah saw. bertanya, 'Apakah mereka akan mengusir saya?' Waraqah menjawab, 'Ya, belum pernah datang seorang laki-laki yang (membawa seperti apa yang engkau bawa kecuali ia ditolak (dalam satu riwayat: disakiti / diganggu). Jika saya masih menjumpai masamu, maka saya akan menolongmu dengan pertolongan yang tangguh.' Tidak lama kemudian Waraqah meninggal dan wahyu pun bersela, [sehingga Nabi saw. bersedih hati karenanya - menurut riwayat yang sampai kepada kami[1] - dengan kesedihan yang amat dalam yang karenanya berkali-kali beliau pergi ke puncak-puncak gunung untuk menjatuhkan diri dari sana. Maka, setiap kali beliau sudah sampai di puncak dan hendak menjatuhkan dirinya, Malaikat Jibril menampakkan diri kepada beliau seraya berkata, 'Wahai Muhammad, sesungguhnya engkau adalah Rasul Allah yang sebenarnya.' Dengan demikian, tenanglah hatinya dan mantaplah jiwanya. Kemudian beliau kembali pulang. Apabila dalam masa yang lama tidak turun wahyu, maka beliau pergi ke gunung seperti itu lagi. Kemudian setelah sampai di puncak, maka Malaikat Jibril menampakkan diri kepada beliau seraya berkata seperti yang dikatakannya pada peristiwa yang lalu - 6/68]." [Namus (yang di sini diterjemahkan dengan Malaikat Jibril) ialah yang mengetahui rahasia sesuatu yang tidak diketahui oleh orang lain 124/4]. HR. Bukhari no.3

Pembaca yang berbahagia, berhati-hatilah bersikap pada orang lain, sebab jika itu malaikat yang menyamar bisa kurang baik untuk kebaikan anda.

Allim
Jakarta, Rabu 13 April 2011
Jangan sok nyamar malaikat maut lah



[+/-] Selengkapnya...

10 Artikel Populer