03 Oktober 2014

Khutbah Jum'at 03 Oktober 2014

Khutbah Jum'at 03 Oktober 2014
Masjid Nabawi Pesantren Daarul Qur'an
Oleh : Mohamad Mualim,Lc

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلهُْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
. أَمَّا بَعْدُ؛
فَيَا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ تَعَالَى حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
وقال وَأَذِّنْ فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالًا وَعَلَى كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ

Jamaah Jum’at yang berbahagia.

Pada jum’at yang berbahagia ini, marilah kita sama-sama memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wataala, yang telah memberikan berbagai kenikmatan, terutama kenikmatan Iman dan Islam  yang diberikan kepada kita. Shalawat dan salam kita berikan kepada nabi besar Muhammad Shallallaahu alaihi wa Salam yang telah mewariskan Al Qur’an kepada umatnya, sebuah ilmu yang senantiasa bermanfaat bagi khidupan umat manusia.

Marilah kita buktikan puji syukur kita atas semua karunia Allah kepada kita dengan meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah yang selalu melihat gerak-gerik kita, dengan sebenar-benar takwa, serta menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya.

Allah berfirman
إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ فَمَنْ حَجَّ الْبَيْتَ أَوِ اعْتَمَرَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِ أَنْ يَطَّوَّفَ بِهِمَا وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَإِنَّ اللَّهَ شَاكِرٌ عَلِيمٌ

Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebahagian dari syi'ar Allah . Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber-'umrah, maka tidak ada dosa baginya  mengerjakan sa'i antara keduanya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri  kebaikan lagi Maha Mengetahui. (2:158)

Jamaah jumat yang berbahagia, dari ayat ini dapat kita fahami disekitar ka’bah yang menjadi titik arah qiblat umat umat Islam terdapat syiar-syiar Allah seperti halnya Shafa dan Marwa, maka bagi orang yang berhaji maupun umrah diizinkan bahkan diperintahkan untuk menghidupkan syiar-syiar Allah. Dengan begitu setidaknya kaum mukmin mengingat jerih payah nabi Ibrahim dalam menjalankan perintah Allah, berkorban demi kayakinan kepada Allah, dan membangun ka’bah dan menyeru umat manusia untuk melakukan ibadah haji.

Dari ayat ini pula kita dapat memahami perjuangan seorang ibu, yang berlari kesana-kemari demi mencari sarana penyambung kehidupan berupa air, tentunya ketabahan dan kesabaran seorang ibu yang bernama Hajar sungguh luar biasa, sabar karena harus ditinggalkan di lembah tanpa tumbuhan oleh suaminya yaitu nabi Ibrahim atas perintah Allah. Dan juga tabah untuk tetap berjuang untuk hidup meski secara logika hal itu sangan sulit karena berada di lembah tandus tanpa tumbuhan bahkan tanpa air. Sementara unsur-unsur penting dalam kehidupan adalah air, maka berlarilah ibunda nabi Ismail dari bukit shafa ke bukit marwa dengan harapan menemukan sumber air atau paling tidak tanda-tanda adanya sumber air yang terdekat.

Jamaah jumat yang berbahagia.

Dari kisah ini kita dapat mengerti bahwa orang sabar atas perintah Allah akan diberi kemudahan, namun begitu kemudahan tidak akan datang serta merta dengan berdiam diri, akan tetapi tetap berikhtiyar sebagaimana Hajar ibunda nabi Ismail berlari dari shafa dan marwa berkali-kali, dan di saat ikhtiar sudah dilakukan kemudahan itu datang dari tempat yang bukan dia kejar, begitu pula kehidupan ini, tugas kita adalah berikhtiyar adapun kemudahan dan rizki dan lain sebagainya terkadang bukan dari usaha dan ikhtiyar yang kita jalani.
Demikian itulah syiar-syiar Allah yang diabadikan dalam ibadah haji, sebagai bukti-bukti orang-orang beriman yang taat atas perintah Allah, bersabar dan terus berusaha sesuai dengan kemampuannya, dan pertolongan Allah akan datang melebihi yang diharapkan.
Dalam ayat lain Allah berfirman:
الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِي الْحَجِّ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللَّهُ وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ
haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi , barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats , berbuat fasik dan berbantah bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa  dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal. (2:197)

Jamaah jumat yang berbahagia

Dari ayat ini kita bisa fahami bahwa ibadah haji terletak pada bulan-bulan yang sudah diketahui, para mufassir sepakat bahwa Syawal dan dzulqo’dah adalah bulan ibadah haji, ibnu Abbas, Ibnu Umar menambahkan bahwa 10 hari pertama bulan dzul hijjah termasuk bulan haji. Namun ada juga dasar yang menunjukkan bahwa hari-hari penyembelihan qurban adalah termasuk bulan haji, hari penyembelihan itu tanggal 10, 11, 12 dan 13 dzulhijjah, dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa bulan-bulan haji itu adalah dari syawal hinggal 13 dzulhijjah.

Dari ayat ini pula ada pelajaran yang harus diambil bagi orang-orang yang sedang berniat melakukan haji, agar tidak rafats, berbuat fasiq dan tidak berdebat dalam melaksanakan ibadah haji.

Makna rafats adalah menggauli istri dan hal-hal yang berkaitan dengan itu baik perbuatan maupun ucapan, maka hal demikian dilarang bagi orang yang sedang melakukan ibadah haji hingga selesainya ibadah haji. Adapun fasiq adalah berbuat sesuatu diluar ketaatan kepada Allah, atau hal-hal yang bersifat maksiat kepada Allah. Dan juga berdebat juga dilarang disaat haji. Maka disaat haji dimana seluruh jamaah haji berkumpul dari segala penjuru dunia, dari berbagai madzhab, maka tidak perlu saling menyalahkan, atau bahkan mendebatnya, akan tetapi cukuplah fokus untuk beribadah dengan kualitas terbaik yang kita mampu melaksanakan, karena secara tidak langsung, rafats, fasiq dan berdebat akan membuang waktu dan mengurangi ibadah kita kepada Allah disaat haji.

Dalam ayat lain Allah berfirman:
إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِلْعَالَمِينَ (96) فِيهِ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ مَقَامُ إِبْرَاهِيمَ وَمَنْ دَخَلَهُ كَانَ آمِنًا وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ (97)
Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk  manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah  yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia .

Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata,  maqam Ibrahim ; barangsiapa memasukinya  menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu  orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah . Barangsiapa mengingkari , maka sesungguhnya Allah Maha Kaya  dari semesta alam. (Ali Imran: 96-97)

dari ayat ini dapat kita ambil point penting bahwa haji adalah kewajiban bagi manusia yang memiliki kemampuan, maka dari ayat ini semoga kita mampu berusaha dan memohon agar Allah menyempurnakan usaha kita untuk melaksanakan ibadah haji.

Dalam hadits disebutkan:
1521 - حَدَّثَنَا آدَمُ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ حَدَّثَنَا سَيَّارٌ أَبُو الْحَكَمِ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا حَازِمٍ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ - رضى الله عنه - قَالَ سَمِعْتُ النَّبِىَّ - صلى الله عليه وسلم - يَقُولُ « مَنْ حَجَّ لِلَّهِ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ »
Barangsiapa yang berhaji karena Allah, tidak rafats, tidak fasiq, maka pulang haji sebagaimana ia baru dilahirkan oleh ibunya. HR. Bukhari
Semoga Allah izinkan kita untuk dapat menunaikan ibadah haji yang mabrur dan diridhoi Allah.

Audlubillahi minas syaitonirrojiim, bismillahirohmanirrohim

إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ (1) فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ (2) إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ (3)

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah kedua


الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْ لاَ أَنْ هَدَانَا اللهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ؛
فَيَا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ تَعَالَى حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
وَلِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ لِيَجْزِيَ الَّذِينَ أَسَاءُوا بِمَا عَمِلُوا وَيَجْزِيَ الَّذِينَ أَحْسَنُوا بِالْحُسْنَى (31) الَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الْإِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ إِلَّا اللَّمَمَ إِنَّ رَبَّكَ وَاسِعُ الْمَغْفِرَةِ هُوَ أَعْلَمُ بِكُمْ إِذْ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ وَإِذْ أَنْتُمْ أَجِنَّةٌ فِي بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سميع قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ. اَللَّهُمَ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ و أَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُبْتَدِعَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ.
اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.


[+/-] Selengkapnya...

05 September 2014

Menjawab Adzan dan Iqamat

Menjawab Adzan dan Iqamat

الْأَذَان لُغَةً الْإِعْلَام ، قَالَ اللَّه تَعَالَى ( وَأَذَانٌ مِنْ اللَّه وَرَسُوله ) . وَاشْتِقَاقه مِنْ الْأَذَنِ بِفَتْحَتَيْنِ وَهُوَ الِاسْتِمَاع . وَشَرْعًا الْإِعْلَام بِوَقْتِ الصَّلَاة بِأَلْفَاظٍ مَخْصُوصَة .

Secara bahasa adzan adalah pemberitahuan, dan secara syariat adalah pemberitahuan waktu sholat dengan lafald tertentu.

Awal disyariatkannya terjadi pada tahun pertama hijriyah. Dalam riwayat Ibnu Umar yang berbunyi:

كَانَ الْمُسْلِمُونَ حِينَ قَدِمُوا الْمَدِينَةَ يَجْتَمِعُونَ فَيَتَحَيَّنُونَ الصَّلاةَ لَيْسَ يُنَادَى لَهَا فَتَكَلَّمُوا يَوْمًا فِي ذَلِكَ فَقَالَ بَعْضُهُمْ اتَّخِذُوا نَاقُوسًا مِثْلَ نَاقُوسِ النَّصَارَى وَقَالَ بَعْضُهُمْ بَلْ بُوقًا مِثْلَ قَرْنِ الْيَهُودِ فَقَالَ عُمَرُ أَوَلاَ تَبْعَثُونَ رَجُلاً يُنَادِي بِالصَّلاَةِ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ  يَا بِلاَلُ قُمْ فَنَادِ بِالصَّلاَةِ[1]

Kaum muslimin, dahulu ketika datang ke Madinah berkumpul, lalu memperkirakan waktu shalat, tanpa ada yang menyerunya. (Hingga) pada suatu hari, mereka berbincang-bincang tentang hal itu. Sebagian mereka berkata “gunakan saja lonceng seperti lonceng Nashara. Dan sebagian menyatakan “gunakan saja terompet seperti terompet Yahudi”. Maka Umar berkata: “Tidakkah kalian mengangkat seseorang untuk menyeru shalat?” Lalu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,”Wahai, Bilal. Bangun dan serulah untuk shalat.”

Hadits tentang menjawab Adzan

611 - حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ قَالَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنِ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَزِيدَ اللَّيْثِىِّ عَنْ أَبِى سَعِيدٍ الْخُدْرِىِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ « إِذَا سَمِعْتُمُ النِّدَاءَ فَقُولُوا مِثْلَ ما يَقُولُ الْمُؤَذِّنُ »[2]

Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,”Jika kalian mendengar adzan, maka jawablah seperti yang disampaikan muadzin

613 - قَالَ يَحْيَى وَحَدَّثَنِى بَعْضُ إِخْوَانِنَا أَنَّهُ قَالَ لَمَّا قَالَ حَىَّ عَلَى الصَّلاَةِ . قَالَ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ . وَقَالَ هَكَذَا سَمِعْنَا نَبِيَّكُمْ - صلى الله عليه وسلم - يَقُولُ . [3]
Hukum Menjawab Adzan

Tentang hukum menjawab adzan ini, ulama berbeda pendapat. Sebagian Hanafiyyah, ahlu zahir, Ibnu Wahb, dan yang lainnya berpendapat wajib menjawab adzan bagi yang mendengar adzan, dengan mengambil lahiriah hadits yang datang dengan lafadz perintah, sedangkan perintah menunjukkan wajib.

Adapun jumhur ulama berpendapat hukumnya sunnah, tidak wajib, dengan dalil hadits Anas bin Malik z yang menyebutkan bahwasanya:

سَمِعَ رَجُلًا يَقُولُ: اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ؛ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ: عَلَى الْفِطْرَةِ. ثُمَّ قَالَ: أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ: خَرَجْتَ مِنَ الناَّرِ

Rasulullah pernah mendengar seseorang yang adzan mengatakan, “Allahu Akbar, Allahu Akbar.” Rasulullah menjawab, “Dia di atas fithrah.” Kemudian muadzin itu berkata, “Asyhadu An Laa Ilaaha Illallah. Asyhadu An Laa Ilaaha Illallah.” Rasulullah berkata, “Engkau keluar dari neraka.”[4]

Dalam hadits di atas, Rasulullah mengucapkan ucapan yang berbeda dengan muadzin, berarti mengikuti ucapan muadzin tidaklah wajib.

Dalil lainnya adalah ucapan Nabi n kepada Malik ibnul Huwairits dan teman-temannya:

فَإِذَا حَضَرَتِ الصَّلاَةُ فَلْيُؤَذِّنْ لَكُمْ أَحَدُكُمْ

“Apabila datang waktu shalat, hendaklah salah seorang dari kalian menyerukan adzan untuk kalian.”[5]

Doa Setelah Adzan

Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang ketika (selesai) mendengar adzan berkata:

اللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلَاةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيلَةَ وَالْفَضِيلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا الَّذِي وَعَدْتَهُ

Maka mendapatkan syafaatku pada hari kiamat.[6]





[1] HR. Bukhari 604
[2] Shahih Bukhari
[3] Shahih Bukhari

[4] HR. Muslim no.845
[5] HR. Al-Bukhari no. 628, 7246 dan Muslim no. 1533
[6] HR. Bukhari

[+/-] Selengkapnya...

20 Mei 2014

Karena wakaf investasi abadiku

Oleh ; H. Mohamad Mualim
Tribun Jateng 13 Mei 2014


[+/-] Selengkapnya...

Ihya Ulumuddin (Perubahan istilah yang rancu) eps. 021


Mengaji dan Mengkaji Ihya Ulumuddin 
mengingat, menambah, dan mengamalkan ilmu

[+/-] Selengkapnya...

Ihya Ulumuddin (Perubahan istilah yang rancu) eps. 020


Mengaji dan Mengkaji Ihya Ulumuddin 
mengingat, menambah, dan mengamalkan ilmu

[+/-] Selengkapnya...

Ihya Ulumuddin (Ilmu yang Tercela) eps. 019

Mengaji dan Mengkaji Ihya Ulumuddin 
mengingat, menambah, dan mengamalkan ilmu

[+/-] Selengkapnya...

22 April 2014

Ihya Ulumuddin (Ilmu yang Tercela) eps. 018

Mengaji dan Mengkaji Ihya Ulumuddin 
mengingat, menambah, dan mengamalkan ilmu

[+/-] Selengkapnya...

Ihya Ulumuddin (Ilmu yang Tercela) eps. 017

Mengaji dan Mengkaji Ihya Ulumuddin 
mengingat, menambah, dan mengamalkan ilmu

[+/-] Selengkapnya...

Ihya Ulumuddin (Ilmu yang Fardhu) eps. 016

Mengaji dan Mengkaji Ihya Ulumuddin

mengingat, menambah, dan mengamalkan ilmu

[+/-] Selengkapnya...

08 April 2014

Ihya Ulumuddin (Ilmu yang Fardhu) eps. 015

Mengaji dan Mengkaji Ihya Ulumuddin

mengingat, menambah, dan mengamalkan ilmu

[+/-] Selengkapnya...

01 April 2014

Ihya Ulumuddin (Ilmu yang Fardhu) eps. 014

Mengaji dan Mengkaji Ihya Ulumuddin

mengingat, menambah, dan mengamalkan ilmu

[+/-] Selengkapnya...

24 Maret 2014

Ihya Ulumuddin (Ilmu yang Fardhu) eps. 013

Mengaji dan Mengkaji Ihya Ulumuddin

mengingat, menambah, dan mengamalkan ilmu

[+/-] Selengkapnya...

17 Maret 2014

Ihya Ulumuddin (Ilmu yang Fardhu) eps. 012

Mengaji dan Mengkaji Ihya Ulumuddin

mengingat, menambah, dan mengamalkan ilmu

[+/-] Selengkapnya...

10 Maret 2014

Ihya Ulumuddin (Ilmu yang Fardhu) eps. 011

Mengaji dan Mengkaji Ihya Ulumuddin

mengingat, menambah, dan mengamalkan ilmu

[+/-] Selengkapnya...

03 Maret 2014

Ihya Ulumuddin (Ilmu yang Fardhu) eps. 010

Mengaji dan Mengkaji Ihya Ulumuddin

mengingat, menambah, dan mengamalkan ilmu

[+/-] Selengkapnya...

24 Februari 2014

Ihya Ulumuddin (Ilmu yang Fardhu) eps. 009

Mengaji dan Mengkaji Ihya Ulumuddin

mengingat, menambah, dan mengamalkan ilmu

[+/-] Selengkapnya...

17 Februari 2014

Ihya Ulumuddin (Ilmu yang Fardhu) eps. 008


Mengaji dan Mengkaji Ihya Ulumuddin

mengingat, menambah, dan mengamalkan ilmu

[+/-] Selengkapnya...

10 Februari 2014

Ihya Ulumuddin (Ilmu yang Fardhu) eps. 007


Mengaji dan Mengkaji Ihya Ulumuddin

mengingat, menambah, dan mengamalkan ilmu

[+/-] Selengkapnya...

03 Februari 2014

Ihya Ulumuddin (Ilmu yang Fardhu) eps. 006


Mengaji dan Mengkaji Ihya Ulumuddin

mengingat, menambah, dan mengamalkan ilmu

[+/-] Selengkapnya...

20 Januari 2014

Ihya Ulumuddin (Ilmu yang Fardhu) eps. 005


Mengaji dan Mengkaji Ihya Ulumuddin

mengingat, menambah, dan mengamalkan ilmu

[+/-] Selengkapnya...

Ihya Ulumuddin (Ilmu yang Fardhu) eps. 004

Mengaji dan Mengkaji Ihya Ulumuddin

mengingat, menambah, dan mengamalkan ilmu

[+/-] Selengkapnya...

06 Januari 2014

Ihya Ulumuddin (Ilmu yang Fardhu) eps. 003


Mengaji dan Mengkaji Ihya Ulumuddin

mengingat, menambah, dan mengamalkan ilmu

[+/-] Selengkapnya...

10 Artikel Populer