Tampilkan postingan dengan label Rak Tulisan 08. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Rak Tulisan 08. Tampilkan semua postingan

09 Oktober 2015

Meraih Pahala Haji dengan Mudah dan Murah

Meraih Pahala Haji dengan Mudah dan Murah
Oleh : H. Mohamad Mualim, Lc., MA.

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلهُْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
. أَمَّا بَعْدُ؛
فَيَا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ تَعَالَى حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
وقال تعالَى : الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِي الْحَجِّ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللَّهُ وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ

Jamaah Jum’at yang berbahagia
Pada jum’at yang berbahagia ini, marilah kita sama-sama memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wataala, yang telah memberikan berbagai kenikmatan, terutama kenikmatan Iman dan Islam  yang diberikan kepada kita. Shalawat dan salam kita berikan kepada nabi besar Muhammad Shallallaahu alaihi wa Salam yang telah mewariskan Al Qur’an kepada umatnya, sebuah ilmu yang senantiasa bermanfaat bagi khidupan umat manusia.
Marilah kita buktikan puji syukur kita atas semua karunia Allah kepada kita dengan meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah, dengan sebenar-benar takwa, serta menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya.

Allah berfirman :
“Haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi , barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats , berbuat fasik dan berbantah bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa  dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.

Jamaah Jum’at yang berbahagia
Saat ini kita telah berada dalam bulan mulia, bulan Dzulhijjah, bulan yang didalamnya terdapat berbagai keutamaan dan kemudahan dalam rangka meningkatkan ketakwaan kita dengan melakukan berbagai amalan-amalan yang luar biasa, maupun amalan-amalan sederhana yang bernilai luar biasa.
Sebagaimana kita tahu bahwa ibadah haji yang sedang ditempuh kaum muslimin dalam bulan ini adalah amalan yang luar biasa, karena ibadah tersebut bukan saja ibadah ruhiyah dan jasadiyyah semata, namun juga ibadah maliyah, atau dalam arti lain bukan hanya ibadah lahir dan bathin semata, namun juga pengorbanan harta yang tidak sedikit, belum lagi jika harus menunggu bertahun-tahun untuk mendapatkan kuota haji tersebut.
Haji adalah kewajiban bagi kaum muslimin yang telah memiliki harta, kemampuan, jaminan keamanan perjalanan menuju makkah, terlebih pada tahun-tahun terakhir harus menunggu antrian dari kuota yang terbatas. Maka dari itu, seyogyanya kaum muslimin berniat lebih awal untuk beribadah haji, lebih awal mempelajari ilmu ibadah haji, dan juga lebih awal menyisihkan hartanya untuk bekal ibadah haji.
Namun demikian, sebagaimana firman Allah, bahwa sebaik-baik bekal adalah ketakwaan kepada Allah, dan semoga ibadah haji yang telah, sedang maupun yang akan dilakukan oleh kaum muslimin menjadi penyempurna bekal ketakwaannya kepada Allah subhanahu wata’ala.

Jamaah Jum’at yang berbahagia
Tentu setiap kaum muslimin punya keinginan untuk melaksanakan ibadah haji, namun mungkin biaya dan kuota belum mereka dapatkan, lalu apa saja yang bisa dilakukan untuk mendapatkan pahala yang setara haji dalam rangka menambah bekal ketakwaan kepada Allah?
Diantara amal-amal ringan tapi berpahala besar adalah amal-amal yang pahalanya setara dengan pahala ibadah haji dan umrah. Amalan-amalan tersebut diantaranya:

1. KELUAR DARI RUMAH MENUJU SHALAT FARDHU DI MASJID DALAM KONDISI SUDAH BERSUCI.

عَنْ أَبِى أُمَامَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « مَنْ خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ مُتَطَهِّرًا إِلَى صَلاَةٍ مَكْتُوبَةٍ فَأَجْرُهُ كَأَجْرِ الْحَاجِّ الْمُحْرِمِ وَمَنْ خَرَجَ إِلَى تَسْبِيحِ الضُّحَى لاَ يُنْصِبُهُ إِلاَّ إِيَّاهُ فَأَجْرُهُ كَأَجْرِ الْمُعْتَمِرِ وَصَلاَةٌ عَلَى أَثَرِ صَلاَةٍ لاَ لَغْوَ بَيْنَهُمَا كِتَابٌ فِى عِلِّيِّينَ »

Dari Abu Umamah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Barang siapa keluar dari rumahnya dalam keadaan suci untuk menunaikan shalat fardhu, pahalanya seperti pahala haji orang berihram. Dan barangsiapa keluar shalat Dhuha dia tidak bermaksud kecuali itu, maka pahalanya seperti pahala orang yang berumrah. Dan shalat sesudah shalat yang tidak ada perbuatan sia-sia di antara keduanya diyulis di kitab'Illiyyin" ( Abu Dawud, no 558)

Jamaah Jum’at yang berbahagia
Dari hadits ini menunjukkan bahwa setiap orang diberikan kesempatan mendapatkan pahala haji, yang mudah, murah dan tidak melelahkan, bahkan bisa lima kali mendapatkan pahala haji dalam sehari semalam. Untuk itu marilah kita tingkatkan amaliah kita dalam melaksanakan sholat fardhu berjamaah di masjid dengan keadaan telah bersuci sejak berangkat dari rumah, jika hal itu memungkinkan.
Jika kita amati kenapa pahala bersuci di rumah berpahala besar? Maka bisa kita bayangkan bahwa orang yang datang dari rumahnya sudah dalam keadaan suci ketika masuk masjid pahalanya sudah terhitung, ketika menambah dengan sholat tahiyatul masjid sudah bertambah lagi, ketika membaca Al-Qur’an bertambah lagi, terlebih di musim kemarau atau di daerah-daerah yang sulit air, maka keberadaan suci seseorang sejak dari rumahnya akan mengurangi beban masjid untuk menyediakan air untuk bersuci.
Jamaah Jum’at yang berbahagia
Pahala haji yang juga bisa kita dapatkan yang kedua adalah: Sholat subuh berjamaah di masjid kemudian berdzikir hingga terbit matahari lalu sholat sholat 2 rakaat, Rasulullah bersabda :

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُعَاوِيَةَ الْجُمَحِىُّ الْبَصْرِىُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُسْلِمٍ حَدَّثَنَا أَبُو ظِلاَلٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِى جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ ». قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ ». قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ. قَالَ وَسَأَلْتُ مُحَمَّدَ بْنَ إِسْمَاعِيلَ عَنْ أَبِى ظِلاَلٍ فَقَالَ هُوَ مُقَارِبُ الْحَدِيثِ. قَالَ مُحَمَّدٌ وَاسْمُهُ هِلاَلٌ.

Dari Anas bin Malik, Rasulullah s.a.w bersabda, " Barangsiapa Shalat Subuh berjamaah lalu duduk berdzikir (mengingat) Allah sampai terbit matahari kemudian shalat 2 raka'at, maka baginya pahala seperti pahala haji dan umrah yang sempurna, sempurna, sempurna." (Sunan At-Tirmidzi 589).
Jamaah Jum’at yang berbahagia
Jika kita tidak mampu meraih pahala haji dengan amalan yang pertama, maka amalan yang kedua memberikan kesempatan, yaitu dengan sholat subuh berjamaah dan kemudian berdzikir hingga waktu matahari terbit, setelah itu melakukan sholat 2 rakaat, biasa disebut dengan sholat Isyraq, maka pahala haji yang sempurna kita dapatkan.
Namun jikalau amalan yang kedua ini pun kita tidak mampu lakukan, Allah masih memberikan kesempatan meraih pahala haji dengan:

MEMPELAJARI ATAU MENGAJARKAN KEBAIKAN DI MASJID

Rasulullah bersabda:
Dari Abu Umamah, Nabi saw bersabda," Barangsiapa pergi ke masjid, dia tidak menginginkan kecuali mempelajari suatu kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya pahala seperti pahala orang haji sempurna hajinya.". Dalam riwayat lain dengan redaksi, "Barangsiapa berangkat di pagi hari menuju masjid, ia tidak menginginkan kecuali untuk mempelajari suatu kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya pahala orang yang melaksanakan umrah dengan umrah yang sempurna. Dan barangsiapa berangkat sore hari menuju masjid, ia tidak menginginkan kecuali mempelajari suatu kebaikan atau mengajarkannya, maka ia mendapatkan pahala orang yang naik haji dengan haji yang sempurna."( At-Targhib wa AT-Tarhib no 82).
Maka dari itu mengikuti kajian-kajian ilmu di masjid-masjid, adalah kesempatan bagi yang mengajarkan maupun yang menerima pelajaran untuk mendapatkan pahala haji yang sempurna.

Jamaah Jum’at yang berbahagia
Betapa Allah memberi kemudahan bagi umat Islam untuk mendapatkan pahala yang begitu besar dengan amalan-amalan yang sangat ringan dibanding ibadah haji yang membutuhkan biaya besar, tenaga yang kuat, dan waktu yang lama. Meskipun amalan-amalan yang berpahala haji tidak dapat menggugurkan kewajiban haji bagi yang telah mampu, namun secara pahala hal itu sangat luar biasa.
Terlebih jika kita mampu melakukan ketiga amalan tersebut dalam satu waktu, seperti halnya berangkat ke masjid dalam keadaan sudah bersuci, lalu melakukan sholat subuh berjamaah, kemudian berdzikir hingga waktu terbit, dan sholat dua rakaat, setelah itu mengikuti kajian ilmu di masjid tersebut, maka sekali jalan mendapatkan pahala tiga kali berhaji.
Semoga kita diberikan kemampuan dan kemauan oleh Allah, untuk meraih pahala-pahala tersebut, memanfaatkan waktu sebaik mungkin dalam kebaikan dan ketakwaan dan tidak mensia-siakan waktu dan umur yang diberikan. Sehingga kitatidak termasuk orang-orang yang rugi di dunia dan di akherat.


وَالْعَصْرِ {1}إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ {2}إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ {3}
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

[+/-] Selengkapnya...

18 September 2015

Amalan Setara Haji

Amalan Setara Haji
Oleh : H. Mohamad Mualim, Lc., MA.

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلهُْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
. أَمَّا بَعْدُ؛
فَيَا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ تَعَالَى حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
وقال تعالَى : الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِي الْحَجِّ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللَّهُ وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ

Jamaah Jum’at yang berbahagia
Pada jum’at yang berbahagia ini, marilah kita sama-sama memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wataala, yang telah memberikan berbagai kenikmatan, terutama kenikmatan Iman dan Islam  yang diberikan kepada kita. Shalawat dan salam kita berikan kepada nabi besar Muhammad Shallallaahu alaihi wa Salam yang telah mewariskan Al Qur’an kepada umatnya, sebuah ilmu yang senantiasa bermanfaat bagi khidupan umat manusia.
Marilah kita buktikan puji syukur kita atas semua karunia Allah kepada kita dengan meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah yang selalu melihat gerak-gerik kita, dengan sebenar-benar takwa, serta menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya.
Allah berfirman :
“Haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi , barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats , berbuat fasik dan berbantah bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa  dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.

Jamaah Jum’at yang berbahagia
Saat ini kita telah berada dalam bulan mulia, bulan Dzulhijjah, bulan yang didalamnya terdapat berbagai keutamaan dan kemudahan dalam rangka meningkatkan ketakwaan kita dengan melakukan berbagai amalan-amalan yang luar biasa, maupun amalan-amalan sederhana yang bernilai luar biasa.
Sebagaimana kita tahu bahwa ibadah haji yang sedang ditempuh kaum muslimin dalam bulan ini adalah amalan yang luar biasa, karena ibadah tersebut bukan saja ibadah ruhiyah dan jasadiyyah semata, namun juga ibadah maliyah, atau dalam arti lain bukan hanya ibadah lahir dan bathin semata, namun juga pengorbanan harta yang tidak sedikit, belum lagi jika harus menunggu bertahun-tahun untuk mendapatkan kuota haji tersebut.
Haji adalah kewajiban bagi kaum muslimin yang telah memiliki harta, kemampuan, jaminan keamanan perjalanan menuju makkah, terlebih pada tahun-tahun terakhir harus menunggu kuota yang terbatas. Maka dari itu, seyogyanya kaum muslimin berniat lebih awal untuk beribadah haji, lebih awal mempelajari ilmu ibadah haji, dan juga lebih awal menyisihkan hartanya untuk bekal ibadah haji.
Namun demikian, sebagaimana firman Allah, bahwa sebaik-baik bekal adalah ketakwaan kepada Allah, dan semoga ibadah haji yang telah, sedang maupun yang akan dilakukan oleh kaum muslimin menjadi penyempurna bekal ketakwaannya kepada Allah subhanahu wata’ala.

Jamaah Jum’at yang berbahagia
Tentu setiap kaum muslimin punya keinginan untuk melaksanakan ibadah haji, namun mungkin biaya dan kuota belum mereka dapatkan, lalu apa saja yang bisa dilakukan untuk mendapatkan pahala yang setara haji dalam rangka menambah bekal ketakwaan kepada Allah?
Diantara amal-amal ringan tapi berpahala besar adalah amal-amal yang pahalanya setara dengan pahala ibadah haji dan umrah. Amalan-amalan tersebut diantaranya:

1. KELUAR DARI RUMAH MENUJU SHALAT FARDHU DI MASJID DALAM KONDISI SUDAH BERSUCI.
Dari ABu Umamah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Barang siapa keluar dari rumahnya dalam keadaan suci untuk menunaikan shalat fardhu, pahalanya seperti pahala haji orang berihram." (Shahih: Shahih Abu Dawud, no 558)
2. SHALAT BERJAMA'AH DI MASJID KEMUDIAN DUDUK BERDZIKIR SAMPAI TERBIT MATAHARI LALU SHALAT 2 RAKA'AT
مَنْ صَلَّى الْغَدَا ةَ فِي جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِحَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ قَالَ قَالَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ    
Dari Anas bin Malik, Rasulullah s.a.w bersabda, " Barangsiapa Shalat Subuh berjamaah lalu duduk berdzikir (mengingat) Allah sampai terbit matahari kemudian shalat 2 raka'at, maka baginya pahala seperti pahala haji dan umrah yang sempurna, sempurna, sempurna." (Hasan: Shahih At-Tirmidzi,. Dalam hadits lain, dari Abu Umamah dan 'Utbah bin 'Abd, Rasulullah bersabda, "Barangsiapa shalat Subuh dalam sebuah masjid secara berjama'ah lalu tinggal di dalamnya hingga ia Shalat Dhuha, maka ia mendapatkan pahala seperti pahalanya orang haji dan umrah yang sempurna haji dan umrahnya." (Hasan li ghairihi: Shahih At-Targhib wa At-Tarhib, no. 469).

3. MEMPELAJARI ATAU MENGAJARKAN KEBAIKAN DI MASJID
Dari Abu Umamah, Nabi saw bersabda," Barangsiapa pergi ke masjid, dia tidak menginginkan kecuali mempelajari suatu kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya pahala seperti pahala orang haji sempurna hajinya.". Dalam riwayat lain dengan redaksi, "Barangsiapa berangkat di pagi hari menuju masjid, ia tidak menginginkan kecuali untuk mempelajari suatu kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya pahala orang yang melaksanakan umrah dengan umrah yang sempurna. Dan barangsiapa berangkat sore hari menuju masjid, ia tidak menginginkan kecuali mempelajari suatu kebaikan atau mengajarkannya, maka ia mendapatkan pahala orang yang naik haji dengan haji yang sempurna."(Hasan Shahih: Shahih At-Targhib wa AT-Tarhib no 82).

4. MELAKSANAKAN SHALAT FARDHU BERJAMA'AH DAN SHALAT DHUHA DI MASJID
Dari Abu Umamah, Rasulullah s.a.w bersabda," Barangsiapa berjalan menuju berjama'ah sholat wajib, maka dia seperti berhaji. Dan barang siapa berjalan menuju shalat tathawwu'(sunnah) maka dia seperti berumrah yang nafilah (istilah lain sunnah)." (Hasan: Shahih Al-Jami' no. 6556), dalam hadits yang lainnya, Rasulullah bersabda," Barangsiapa keluar dari rumahnya dalam keadaan sudah bersuci untuk shalat fardhu maka pahalanya seperti pahala orang haji yang berihram, Dan barangsiapa keluar shalat Dhuha dia tidak bermaksud kecuali itu, maka pahalanya seperti pahala orang yang berumrah. Dan shalat sesudah shalat yang tidak ada perbuatan sia-sia di antara keduanya diyulis di kitab'Illiyyin."( Shahih: Shahih Sunan Abu Dawud, no. 522;Shahih Al-Jami' no. 6228)
Jamaah Jum’at yang berbahagia
Bagi kita dan kaum muslimin yang tidak berhaji saat ini, kesempatan emas tetap terbuka untuk meraih keutamaan di bulan Dzulhijjah. Memperbanyak ibadah dan meningkatkan kualitas ibadah pada tanggal 1 Dzulhijjah sampai dengan 10 Dzulhijjah merupakan pilihan yang cerdas, sebagaimana disampaikandalam beberapa hadits rasulullah. Amalan ibadah tersebut bisa berupa meningkatkan shadaqah, dzikir, tilawah, dan amal shalih lainnya.
Rasulullah SAW bersabda:  “Tidak ada hari-hari di mana amal shalih lebih disukai oleh Allah Azza wa Jalla dari pada hari-hari ini, yakni hari pertama hingga kesepuluh Dzulhijjah.” Para shahabat pun bertanya, “Ya Rasulullah, meskipun dibandingkan dengan berjihad fisabilillah?” Beliau menjawab, “ya memang, meskipun dibandingkan dengan berjihad fisabilillah, kecuali seorang yang pergi membawa nyawa dan hartanya, kemudian tidak satu pun diantara keduanya itu yang kembali (mati syahid).” (HR. Jamaah kecuali Muslim dan Nasai)
Dalam hadits yang lain Rasulullah SAW bersabda: "Tidak ada hari-hari yang dianggap lebih agung oleh Allah SWT dan lebih disukai untuk   digunakan   sebagai   tempat   beramal   sebagaimana   hari   pertama   hingga kesepuluh Dzulhijjah ini. Karenanya, perbanyaklah pada hari-hari itu bacaan tahlil, takbir, dan tahmid". (HR. Ahmad)
Ada juga hadits lain yang "Tidak   ada   hari-hari   yang   lebih   disukai   Allah   untuk   digunakan   beribadah sebagaimana halnya hari-hari sepuluh Dzulhijjah. Berpuasa pada siang harinya sama dengan berpuasa selama satu tahun dan shalat pada malam harinya sama nilainya dengan mengerjakan shalat pada malam lailatul qadar". (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Baihaqi)
Puasa Arafah.

Jamaah Jum’at yang berbahagia
Puasa arafah disunnahkan bagi kaum muslimim. Adapun bagi mereka para jamaah haji, Saat itu mereka harus wukuf di Arafah. Dengan demikian, keutamaan hari Arafah bisa dinikmati oleh orang yang sedang berhaji maupun yang tidak sedang berhaji.

Keutamaan puasa Arafah ini diriwayatkan oleh Abu Qatadah r.a. : Rasulullah SAW pernah ditanya tentang puasa hari Arafah, beliau menjawab,  
صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ
Puasa Arofah dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim no. 1162)

Hal demikian menunjukkan betapa besar pahala yang dapat diraih bagi kaum muslimin yang menunaikan puasa Arafah di bulan dzulhijjah ini. Dalam hadits lain dikuatkan bahwa rasul bersabda: "Tidak ada satu hari yang pada hari itu Allah membebaskan para hamba dari api neraka yang lebih banyak dibandingkan hari Arafah." (HR. Muslim)

Shalat Idul Adha
Jamaah Jum’at yang berbahagia
Amal utama di bulan Dzulhijjah berikutnya adalah Shalat Idul Adha. Jumhur ulama’ menjelaskan bahwa hukumnya sunnah muakkad, dan ada beberapa ulama’ yang berpendapat hukumnya wajib. Jika pada shalat idul fitri disunnahkan makan terlebih dahulu sebelum berangkat shalat, maka shalat idul adha adalah kebalikannya: disunnahkan makan setelah shalat id.
Amalan lain yang dapat dilakukan di bulan dzulhijjah adalah Berqurban Ibadah  qurban ini juga   sarat dengan nilai   pendidikan. sebagaimana   sejarah disyariatkannya  qurban  pada  masa  Nabi  Ibrahim adalah  sejarah  pengorbanan, ketaatan,  serta  bentuk ketaqwaan kepada Allah.  Kita  sekarang  tidak diperintahkan untuk menyembelih anak-anak kita, tetapi menyembelih kambing, domba, sapi, atau unta sebagai bentuk ketaatan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT.
Keutamaan qurban sebagaimana yang disebutkan dalam hadits:  "Tidak ada amalan yang diperbuat manusia pada Hari Raya Kurban yang lebih dicintai oleh Allah selain menyembelih hewan. Sesungguhnya hewan kurban itu kelak pada hari kiamat akan datang beserta tanduk-tanduknya, bulu-bulu, dan kuku kukunya. Sesungguhnya sebelum darah kurban itu mengalir ke tanah, pahalanya telah diterima Allah. Maka tenangkanlah jiwa dengan berkurban." (HR. Tirmidzi)
  
وَالْعَصْرِ {1}إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ {2}إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ {3}
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.


=================================
Khutbah kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْ لاَ أَنْ هَدَانَا اللهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ؛
فَيَا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ تَعَالَى حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
وَلِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ لِيَجْزِيَ الَّذِينَ أَسَاءُوا بِمَا عَمِلُوا وَيَجْزِيَ الَّذِينَ أَحْسَنُوا بِالْحُسْنَى (31) الَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الْإِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ إِلَّا اللَّمَمَ إِنَّ رَبَّكَ وَاسِعُ الْمَغْفِرَةِ هُوَ أَعْلَمُ بِكُمْ إِذْ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ وَإِذْ أَنْتُمْ أَجِنَّةٌ فِي بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سميع قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ. اَللَّهُمَ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ و أَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُبْتَدِعَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ.
اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.


[+/-] Selengkapnya...

23 Maret 2015

Malu Bertanya, Sesat dan Menyesatkan

            Malu adalah sifat yang mulia sebagaimana yang banyak disampaikan oleh ajaran agama, terlebih budaya nusantara yang kaya akan budaya yang seirama dengan ajaran Islam tentang bersifat malu, namun ada juga malu yang harus dibuang dalam kehidupan ini yaitu malu bertanya atas apa yang tidak diketahui.
            Banyak orang karena merasa malu untuk bertanya, maka akibatnya melakukan beberapa hal baik namun tidak sesuai aturan, bahkan merusak nilai kebaikan tersebut.
            Berkembangnya radikalisme dalam beragama adalah salah satu bentuk nyata dari sikap malu bertanya kepada ulama, hingga kemudian menyeret dalil-dalil agama sesuai kemauan mereka, memaknai ayat dengan sepotong-potong, dan berijtihad tanpa keakuratan yang layak, bahkan terkadang menganggap dia sendiri yang beriman dan yang lain dikafir-kafirkan, sementara rasulullah sendiri mewanti-wanti umat Islam untuk tidak menuduh orang lain terutama sesama muslim sebagai orang kafir, musyrik dan munafik.
            Kenapa demikian, karena barang siapa mengatakan saudaranya kafir, musyrik dan munafik namun ternyata yang dituduh tidak kafir, maka penuduhnyalah yang kafir sebagaimana pesan nabi:
            "Barangsiapa berkata kepada saudaranya, 'Hai kafir, maka sesungguhnya kalimat ini akan kembali kepada salah seorang di antara mereka."
            ( Muttafaq 'Alaih dari Ibn Umar,al-Lu'lu' wa al-Marjan, hal 39 )
            Maksud hadith diatas adalah kalau tuduhan kafir akan mengenai salah satu dari penuduh dan yang dituduh, jika yang dituduh tidak kafir maka penuduhlah yang menjadi tempat kembalinya kalimat itu.
            Satu hal yang sangat penting disini ialah kemampuan untuk membedakan tingkat kekufuran, kemusyrikan, dan kemunafikan. Setiap bentuk kekufuran, kemusyrikan dan kemunafiqan ini ada tingkat-tingkatnya.
            Akan tetapi, nash-nash agama menyebutkan kekufuran, kemusyrikan, dan kemunafikan hanya dalam satu istilah, yakni kemaksiatan; apalagi untuk dosa-dosa besar.
            Kita mesti mengetahui penggunaan istilah-istilah ini sehingga kita tidak mencampur adukkan antara berbagai istilah tersebut, sehingga kita tidak menuduh sebagian orang telah melakukan kemaksiatan berupa kekufuran yang paling besar (yakni ke luar dari agama ini) padahal mereka sebenarnya masih muslim.
            Orang yang mudah mengkafirkan orang lain, adalah contoh orang yang sesat di jalan aqidah karena malu bertanya kepada ulama yang ahli di bidangnya, sementara Allah jelas menganjurkan manusia untuk bertanya kepada Ahlinya jika memang manusia itu tidak mengetahui, dan agar tidak merusak sistem dan kehidupan ini.
            Dalam hal fiqh, terkadang juga banyak orang malu untuk bertanya tentang hukum-hukum fiqhiyah, akibatnya banyak inovasi dalam melakukan ibadah dan tidak menyadari bahwa hal itu merusak nilai-nilai ibadah bahkan membatalkan ibadah tersebut.
            Pernah terjadi di saat sujud seseorang bersujud, namun satu tangannya memegang mushaf namun tidak melengkapi syarat sahnya sujud, padahal orang itu punya dua tangan. Dalam hal ini mungkin orang tersebut belum tahu kalau sahnya sujud itu menempelkan tujuh hal, yaitu dahi, kedua telapak tangan, kedua lutut dan kedua telapak kaki walau sebagian. mungkin maksudnya menjaga mushaf yang ia baca atau dipakai menyimak bacaan saat berdiri, namun tidak muat dalam saku, sehingga dalam sujud pun masih ia genggam, namun mungkin ia belum tahu kalau sujudnya tidak sah, maka sholatnya juga tidak sempurna keabsahannya.
            Sebagaimana pula diketahui bahwa syarat sahnya sholat adalah sucinya badan, pakaian dan tempat sholat, maka kenapa kita membersihkan badan, mencuci baju dan menjaga lantai yang kita tempati bersujud maupun lantai yang kita lewati dalam kondisi suci, tidak lain adalah untuk menjaga sahnya ibadah kita.
            Dalam hal ini sepatu dan sandal membantu manusia menjaga kesucian badan agar tidak terkena najis dan kotoran, dan hal demikian juga tidak boleh malu bertanya, mana lantai yang suci dan mana lantai yang tidak suci, agar jelas dimana kita pakai sepatu dan dimana kita melepasnya.
            Penggunaan alas kaki, sepatu dan sandal sesuai fungsi dan manfaat, akan menjadikan badan suci, lantai suci dan hati suci, namun penggunaan sepatu dan sandal yang kotor  pada lantai yang suci akan mengotori kesucian lantai, mengotori kesucian badan orang lain. Jika hal itu terjadi maka keabsahan ibadah orang lain bisa rusak atau bahkan batal akibat ketidaksucian hati orang yang menggunakan sepatu dan sandal di lantai yang suci.
            Semoga kita tidak malu bertanya, agar tidak sesat di jalan akidah, dan tidak menyesatkan orang lain, juga menjaga kesucian dan keabsahan ibadah kita dan juga ibadah orang lain, dengan menempatkan sesuatu sesuai fungsi dan mafaatnya demi menyempurnakan syarat-syarat keabsahan amal ibadah kita semua.[]



[+/-] Selengkapnya...

03 Oktober 2014

Khutbah Jum'at 03 Oktober 2014

Khutbah Jum'at 03 Oktober 2014
Masjid Nabawi Pesantren Daarul Qur'an
Oleh : Mohamad Mualim,Lc

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلهُْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
. أَمَّا بَعْدُ؛
فَيَا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ تَعَالَى حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
وقال وَأَذِّنْ فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالًا وَعَلَى كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ

Jamaah Jum’at yang berbahagia.

Pada jum’at yang berbahagia ini, marilah kita sama-sama memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wataala, yang telah memberikan berbagai kenikmatan, terutama kenikmatan Iman dan Islam  yang diberikan kepada kita. Shalawat dan salam kita berikan kepada nabi besar Muhammad Shallallaahu alaihi wa Salam yang telah mewariskan Al Qur’an kepada umatnya, sebuah ilmu yang senantiasa bermanfaat bagi khidupan umat manusia.

Marilah kita buktikan puji syukur kita atas semua karunia Allah kepada kita dengan meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah yang selalu melihat gerak-gerik kita, dengan sebenar-benar takwa, serta menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya.

Allah berfirman
إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ فَمَنْ حَجَّ الْبَيْتَ أَوِ اعْتَمَرَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِ أَنْ يَطَّوَّفَ بِهِمَا وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَإِنَّ اللَّهَ شَاكِرٌ عَلِيمٌ

Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebahagian dari syi'ar Allah . Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber-'umrah, maka tidak ada dosa baginya  mengerjakan sa'i antara keduanya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri  kebaikan lagi Maha Mengetahui. (2:158)

Jamaah jumat yang berbahagia, dari ayat ini dapat kita fahami disekitar ka’bah yang menjadi titik arah qiblat umat umat Islam terdapat syiar-syiar Allah seperti halnya Shafa dan Marwa, maka bagi orang yang berhaji maupun umrah diizinkan bahkan diperintahkan untuk menghidupkan syiar-syiar Allah. Dengan begitu setidaknya kaum mukmin mengingat jerih payah nabi Ibrahim dalam menjalankan perintah Allah, berkorban demi kayakinan kepada Allah, dan membangun ka’bah dan menyeru umat manusia untuk melakukan ibadah haji.

Dari ayat ini pula kita dapat memahami perjuangan seorang ibu, yang berlari kesana-kemari demi mencari sarana penyambung kehidupan berupa air, tentunya ketabahan dan kesabaran seorang ibu yang bernama Hajar sungguh luar biasa, sabar karena harus ditinggalkan di lembah tanpa tumbuhan oleh suaminya yaitu nabi Ibrahim atas perintah Allah. Dan juga tabah untuk tetap berjuang untuk hidup meski secara logika hal itu sangan sulit karena berada di lembah tandus tanpa tumbuhan bahkan tanpa air. Sementara unsur-unsur penting dalam kehidupan adalah air, maka berlarilah ibunda nabi Ismail dari bukit shafa ke bukit marwa dengan harapan menemukan sumber air atau paling tidak tanda-tanda adanya sumber air yang terdekat.

Jamaah jumat yang berbahagia.

Dari kisah ini kita dapat mengerti bahwa orang sabar atas perintah Allah akan diberi kemudahan, namun begitu kemudahan tidak akan datang serta merta dengan berdiam diri, akan tetapi tetap berikhtiyar sebagaimana Hajar ibunda nabi Ismail berlari dari shafa dan marwa berkali-kali, dan di saat ikhtiar sudah dilakukan kemudahan itu datang dari tempat yang bukan dia kejar, begitu pula kehidupan ini, tugas kita adalah berikhtiyar adapun kemudahan dan rizki dan lain sebagainya terkadang bukan dari usaha dan ikhtiyar yang kita jalani.
Demikian itulah syiar-syiar Allah yang diabadikan dalam ibadah haji, sebagai bukti-bukti orang-orang beriman yang taat atas perintah Allah, bersabar dan terus berusaha sesuai dengan kemampuannya, dan pertolongan Allah akan datang melebihi yang diharapkan.
Dalam ayat lain Allah berfirman:
الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِي الْحَجِّ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللَّهُ وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ
haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi , barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats , berbuat fasik dan berbantah bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa  dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal. (2:197)

Jamaah jumat yang berbahagia

Dari ayat ini kita bisa fahami bahwa ibadah haji terletak pada bulan-bulan yang sudah diketahui, para mufassir sepakat bahwa Syawal dan dzulqo’dah adalah bulan ibadah haji, ibnu Abbas, Ibnu Umar menambahkan bahwa 10 hari pertama bulan dzul hijjah termasuk bulan haji. Namun ada juga dasar yang menunjukkan bahwa hari-hari penyembelihan qurban adalah termasuk bulan haji, hari penyembelihan itu tanggal 10, 11, 12 dan 13 dzulhijjah, dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa bulan-bulan haji itu adalah dari syawal hinggal 13 dzulhijjah.

Dari ayat ini pula ada pelajaran yang harus diambil bagi orang-orang yang sedang berniat melakukan haji, agar tidak rafats, berbuat fasiq dan tidak berdebat dalam melaksanakan ibadah haji.

Makna rafats adalah menggauli istri dan hal-hal yang berkaitan dengan itu baik perbuatan maupun ucapan, maka hal demikian dilarang bagi orang yang sedang melakukan ibadah haji hingga selesainya ibadah haji. Adapun fasiq adalah berbuat sesuatu diluar ketaatan kepada Allah, atau hal-hal yang bersifat maksiat kepada Allah. Dan juga berdebat juga dilarang disaat haji. Maka disaat haji dimana seluruh jamaah haji berkumpul dari segala penjuru dunia, dari berbagai madzhab, maka tidak perlu saling menyalahkan, atau bahkan mendebatnya, akan tetapi cukuplah fokus untuk beribadah dengan kualitas terbaik yang kita mampu melaksanakan, karena secara tidak langsung, rafats, fasiq dan berdebat akan membuang waktu dan mengurangi ibadah kita kepada Allah disaat haji.

Dalam ayat lain Allah berfirman:
إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِلْعَالَمِينَ (96) فِيهِ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ مَقَامُ إِبْرَاهِيمَ وَمَنْ دَخَلَهُ كَانَ آمِنًا وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ (97)
Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk  manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah  yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia .

Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata,  maqam Ibrahim ; barangsiapa memasukinya  menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu  orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah . Barangsiapa mengingkari , maka sesungguhnya Allah Maha Kaya  dari semesta alam. (Ali Imran: 96-97)

dari ayat ini dapat kita ambil point penting bahwa haji adalah kewajiban bagi manusia yang memiliki kemampuan, maka dari ayat ini semoga kita mampu berusaha dan memohon agar Allah menyempurnakan usaha kita untuk melaksanakan ibadah haji.

Dalam hadits disebutkan:
1521 - حَدَّثَنَا آدَمُ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ حَدَّثَنَا سَيَّارٌ أَبُو الْحَكَمِ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا حَازِمٍ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ - رضى الله عنه - قَالَ سَمِعْتُ النَّبِىَّ - صلى الله عليه وسلم - يَقُولُ « مَنْ حَجَّ لِلَّهِ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ »
Barangsiapa yang berhaji karena Allah, tidak rafats, tidak fasiq, maka pulang haji sebagaimana ia baru dilahirkan oleh ibunya. HR. Bukhari
Semoga Allah izinkan kita untuk dapat menunaikan ibadah haji yang mabrur dan diridhoi Allah.

Audlubillahi minas syaitonirrojiim, bismillahirohmanirrohim

إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ (1) فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ (2) إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ (3)

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah kedua


الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْ لاَ أَنْ هَدَانَا اللهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ؛
فَيَا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ تَعَالَى حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
وَلِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ لِيَجْزِيَ الَّذِينَ أَسَاءُوا بِمَا عَمِلُوا وَيَجْزِيَ الَّذِينَ أَحْسَنُوا بِالْحُسْنَى (31) الَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الْإِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ إِلَّا اللَّمَمَ إِنَّ رَبَّكَ وَاسِعُ الْمَغْفِرَةِ هُوَ أَعْلَمُ بِكُمْ إِذْ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ وَإِذْ أَنْتُمْ أَجِنَّةٌ فِي بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سميع قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ. اَللَّهُمَ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ و أَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُبْتَدِعَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ.
اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.


[+/-] Selengkapnya...

10 Artikel Populer