24 Juni 2008

Belajar Sabar Atas Qodlo dan Qodar

Belajar Sabar Atas Qodlo dan Qodar
Oleh : Mochammad Moealliem

Seseorang diberitahu bahwa dia akan kehilangan sesuatu, dengan pemberitahuan itu akhirnya dia berusaha menjaga segala sesuatu yang dimilikinya, namun toh akhirnya dia kehilangan juga, dan dia baru sadar beberapa waktu setelah hal itu terjadi. Memang sesuatu yang diminta oleh-Nya tak akan ada yang mampu menghalangi, begitupun sesuatu yang diberikan oleh-Nya tak ada yang mampu menghalanginya pula.

Namun usaha adalah wasilah dari wasail segala yang terjadi, lapar ingin kenyang harus makan, miskin ingin kaya harus bekerja, bodoh ingin pintar harus belajar, adapun hasilnya adalah ketentuan yang tak bisa diganggu gugat. Alias jika makan tak membuat anda kenyang, jika bekerja tak membuat anda kaya, dan jika belajar tak membuat anda pintar, itulah mungkin qodlo dan qodar untuk anda.

Entah kenapa aku merasa senang sekali setelah membaca surat Al Qolam, bagiku Allah itu sangat penyayang, lembut dan mudah memaafkan, seolah aku diajari cara berargumen serta bersikap pada orang lain, atau bahkan lawan politik, atau bahkan kepada mereka yang berkata bahwa kita gila, dalam redaksinya adalah nabi Muhammad yang dianggap gila, namun dalam aturan yang dipakai dalam teori ulum qur'an, khitob yang tertuju pada nabi adakalanya khusus untuk beliau, adakalanya untukku juga, maksudnya untuk semua umatnya.

Dalam kisahnya nabi hampir emosi terhadap sebuah kaum yang mungkin tak menerima ajakan nabi, bahkan tak henti-hentinya menghujat dan mencaci maki (disesuaikan dengan bahasa realita saat ini) dengan hal itu nabi hendak berdoa agar mereka ditarik dari peredaran, namun apa kata Allah? Allah berfirman : Fasbir lihukmi robbika..Bersabarlah atas ketentuan tuhanmu..

Hal ini menarik kalau kita cermati, di negeri penulis rasanya kini banyak orang yang tak sabar untuk berdakwah, maka yang terjadi adalah mengobrak-abrik sesuatu tanpa pertimbangan, mungkin satu sisi hal itu benar namun seharusnya harus dipikir dulu madlorot dan manfaatnya, sebenarnya kalau kita mengikuti ketentuan syariah maka kita akan memakai fiqh seputar lingkungan, maka akan kita temukan kaidah-kaidah yang mengatur. Pun juga pengrusakan bukanlah jalan satu-satunya untuk menghentikan sesuatu.

Dalam menuntut ilmu pun terlihat ada juga orang-orang yang tak sabar, hingga banyak kabar seorang bunuhdiri gara-gara tak lulus UAN, ah begitu mahalkah harga UAN hingga harus dibeli dengan nyawa. Ada pula yang karena kemauan yang begitu tinggi dengan waktu yang telat dia ingin belajar Islam secara kilat, akhirnya apa saja dimakan tanpa tahu bagaimana memasaknya, yang terjadi malah dlollu waadlullu, sesat dan menyesatkan orang lain, Huh...semua salah kalau tak sesuai dengan yang dia tahu.

Maunya sih mendadak jadi ustad, sebab mungkin sebutan itu saat ini menjadi daya tarik seseorang untuk kehidupan yang begitu susah katanya, hingga kalau dilihat dari kacamata ihya'nya Al Ghozali hal demikian termasuk hubbuddunya, belum lagi kalau diuji dengan beberapa hadith hal ini sangat membahayakan, dimana menyerahkan sesuatu kepada bukan ahlinya adalah awal kehancuran.

Saling meyilang fatwa yang tidak pada tempatnya akan membuat masalah, contohnya, orang Indonesia bermadhab Syafii, maka janganlah memberi fatwa kepada mereka dengan fatwa madhab Hanafi atau Hanbali, nanti akan menjadi masalah. Orang India bermadhab Hanafi, begitu pula Pakistan, Orang Saudi bermadzhab Hanbali, maka setiap madzhab akan punya landasan masing-masing, kecuali fatwa-fatwa tersebut sebagai kesepakatan jumhur fuqoha' maka akan bisa untuk madzhab apapun.

Teks Al qur'an dan hadith adalah sebagaimana makanan, ada yang sudah siap saji, ada pula yang masih sebagai bahan untuk diolah, janganlah menelan yang mentah-mentah atau bahkan memaksa orang memakan barang mentah, itu akan membuat orang sakit. Pemasak teks yang terkenal dan diakui diantaranya, Imam Syafii, Maliki, Hanafi, dan Hanbali, semuanya punya murid yang mengembangkan teori racikan masing-masing.

Kembali lagi pada sikap nabi, kalau dalam analisa penulis, nabi punya i'tikad baik agar kaum itu beruntung dan menjadi lebih baik, namun kaum itu begitu bandel, ini seperti orang tua yang marah pada anaknya karena anaknya tak bisa mengikuti aturannya, diusir itu anaknya, dibiarkan memakan hati. Kalau kata orang jawa kebaikan itu ibarat bara api, digenggam erat akan kepanasan, tapi kalau tak digenggam bara akan mati, mungkin cinta juga begitu ha ha ha.

Maka bersabarlah kamu terhadap ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu seperti orang yang berada dalam ikan ketika ia berdo'a sedang ia dalam keadaan marah .QS.68:48

Menarik bukan cara Allah menasehati hambanya, dengan mengambil contoh pada yang telah terjadi pada yunus sebelum masa kenabiannya, ketika dia dimakan ikan hiu atau hut atau nun, maka dalam ayat lain disebut dzannun (yang punya Hiu) kenapa dia tidak mati dalam perut ikan hiu?

Begini ceritanya, penulis tertawa ketika membaca kisah ini, nabi yunus marah-marah pada kaumnya saat iya berdoa pada Allah agar dikeluarkan dari perut Hiu, dalam kitab tarikhul rusul wal muluk (sejarah para rosul dan para raja) karangan imam thobari, konon nabi yunus itu mengajak kaumnya untuk meng-esakan tuhan, namun kaumnya menantangnya, mereka berkata "datangkanlah bencana padaku jika kamu benar", akhirnya nabi yunus menetapkan tanggalnya, namun bencana tak datang juga. Akhirnya kaumnya memburunya, dan yunus pun lari dan berusaha keluar dari kaumnya karena dianggap penipu.

Akhirnya dia naik perahu menuju tempat lain, namun sayangnya ombak begitu besar dan perahu terasa kelebihan beban dan harus dikurangi satu orang untuk dibuang kelaut, kalau djadikan konsep jadi begini "mati satu hidup seribu lebih baik, dari pada mati semua", akhirnya diundi ternyata nabi yunus yang dapat undian.

Kalau anda dalam posisi nabi yunus saat itu, saya yakin anda lebih marah-marah, bahkan mungkin anda akan marah pada Allah, beruntung nabi yunus hanya marah pada kaumnya yang menuduhnya pembohong, serta marah karena harus dilempar kelaut, belum lagi dimakan Hiu, gelap lagi.

Dan Dzun Nun , ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya , maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap : "Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim."QS:21:87

Kayaknya nabi yunus suudzon pada Allah, sebab dia merasa sudah berdakwah tapi doanya tak dikabulkan, namun akhirnya dia sadar bahwa dia melakukan kekeliriuan yang harus dibayar dengan segala yang terjadi, dan Allah akhirnya memaafkan dan mengangkatnya menjadi nabi di tempat lain, zaman dulu setiap kaum ada nabinya, hanya saja nabi itu bertingkat-tingkat, yang terhitung rosul hanya 25, yang terhitung punya kemauan yang kuat Cuma 5 (ulul azmi), dan yang paling luas wilayahnya cuma 1.

Sebenarnya itu sudah menjadi qodlo dan qodar dari Allah, begini kisah sisi lainnya, Allah hendak mengutus yunus pada sebuah kaum yang lebih parah dari tempat yunus berada, dan yunus tentu lebih suka pada kaumnya sendiri untuk berdakwah, dan sebagai jalan agar yunus bisa keluar adalah dengan teori putergiling (aku lupa konsep ini) yang jelas segala sesuatu memang akan mengantar kita kepada yang Allah kehendaki.

Naik perahu terlalu lama untuk menempuh kaum yang begitu parah itu, maka jalan tercepat adalah naik kapal selam(ops kapal selam belum ada ya) ya udah akhrnya malaikat memaksa Hiu dengan membawa surat perintah dari Allah agar mengantar yunus ketempat tujuan dengan kontrak, bahwa dia bukan untuk dimakan oleh hiu. Hiu pun cemberut, emang gue pikirin ha ha ha. Dalam melaksanakan perintah yang tak bisa diganggu gugat mau gimana lagi, hiu pun mengikuti rambu-rambu yang dibawa jibril, ditengah perjalanan itulah nabi yunus berdoa dan bertobat atas kekeliruannya, dan ia minta segera dikeluarkan, padahal kalau saat itu langsung dikeluarkan dia akan berada di bumi yang tandus dan memalukan.

Maka akhirnya nabi yunus dilemparkan dari perut Hiu ditempat tujuan dengan selamat, meski agak parah. Kenapa harus begitu cepat? Ternyata disitu ada raja yang sakit, dan nabi yunuslah yang bisa mengobati, akhirnya nabi yunus dijamin oleh negara dan dakwahnya diterima raja dan kaumnya.

Itu aja ceritanya, yang jelas apa yang telah, sedang dan akan terjadi telah ditentukan sebelum kita lahir, hanya saja sabar dengan semua itu sangat sulit, padahal meskipun kita tidak sabar ketentuan tetap akan sesuai waktunya, sabar dengan usaha yang kita lakukan serta sabar dengan hasil yang Allah berikan adalah pelajaran yang begitu susah dan butuh kesabaran dan latihan.

6105 - حَدَّثَنَا أَبُو الْوَلِيدِ هِشَامُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ أَنْبَأَنِي سُلَيْمَانُ الْأَعْمَشُ قَالَ سَمِعْتُ زَيْدَ بْنَ وَهْبٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوقُ قَالَ إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا ثُمَّ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ يَكُونُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ يَبْعَثُ اللَّهُ مَلَكًا فَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعٍ بِرِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيدٌ فَوَاللَّهِ إِنَّ أَحَدَكُمْ أَوْ الرَّجُلَ يَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا غَيْرُ بَاعٍ أَوْ ذِرَاعٍ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا غَيْرُ ذِرَاعٍ أَوْ ذِرَاعَيْنِ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا قَالَ آدَمُ إِلَّا ذِرَاعٌ

HR.Bukhari hadith no 6105.

Inti dari hadith ini, bahwa kalau Allah menghendaki seseorang sebagai ahli syurga maka satu jengkal sebelum matinya dia akan beramal sebagaimana ahli surga meskipun sebelumnya beramal sebagaimana amalnya ahli neraka, begitu pula kalau Allah menetapkan seseorang menjadi ahli neraka maka satu jengkal sebelum matinya dia akan beramal sebagaimana ahli neraka walau sebelumnya beramal sebagaimana ahli syurga.

Jelas bahwa tak boleh anda merasa menjadi ahli syurga, begitupun tak boleh anda mengatakan seseorang ahli neraka, sebab semua terserah Allah dan kita hanya tahu ciri-ciri diantara keduanya, namun tak ada yang tahu apa yang dikehendaki-Nya. Semoga kita yang beramal dengan amalan ahli syurga diberi ketetapan hingga ajal menjemput kita, sementara jika kita beramal dengan amalan ahli neraka, kita diberi hidayah sebelum tertutup pintu tobat, dan semoga diterima tobat kita.

Alliem
Cairo, Selasa 24 Juni 2008
Belajar Sabar Dengan Alazhar


[+/-] Selengkapnya...

08 Juni 2008

Jubah-jubah Kekerasan

Jubah-jubah Kekerasan
Oleh : Mochammad Moealliem

Jubah adalah kata ganti dari sebuah nama pakaian yang umum dipakai oleh orang arab, atau mungkn bisa dikatakan gamis, meski asal kata aslinya qomis, hanya karena lidah arab tak mampu melafalkan abjad mereka secara sempurna maka mengalami perubahan, orang-orang arab khaliji akan mengucapkan huruf qof dengan G, sementara arab mesir dan bagian timur akan berubah menjadi ('), contoh, orang mesir akan berkata tho'su untuk kata toqsu, dan orang saudi akan berkata igamah dari kata asli iqomah, atau galbi untuk qolbi, kalau Mesir jadi 'albi.


Hari-hari ini jubah menjadi masalah dinegeri Indonesia, meski sebenarnya jubah tak bisa menjadi ukuran sebuah masalah, namun entah bagaimana jubah itu kini menjadi simbol sebuah kepentingan atau sebagaimana dikatakan beberapa orang preman sedang berjubah.

Penulis salut dengan budaya Indonesia yang mudah menerima benda dari luar, bahkan grup orkes dangdut pun pada saat ramadlan ikut berjubah dan bersorban, bukan hanya itu ternyata orang arab sendiri berjoget-joget pun dengan berjubah, bekerja disawah pun berjubah, menjadi kuli bangunan pun berjubah, bahkan berbuat anarkis pada orang asing pun memakai jubah, jadi kesimpulan yang penulis dapat bahwa jubah bukan jaminan dari kebaikan seseorang, sebab mayoritas orang arab memakainya, walau diantara mereka ada yang baik ada pula yang jelek.

Penulis mengenal jubah sejak kecil, sebab kakek penulis sering memakai jubah ketika jum'atan serta memakai sorban ala pangeran diponegoro, hanya saja kakek saya tak punya kebiasaan mengobrak-abrik atau memukul orang tak bersalah. Di pesantren pengasuh penulis pun sering memakai jubah ketika sholat, meski ketika dalam suasana normal memakai celana, pun juga tak pernah penulis diajarkan untuk memukul orang.

Di Mesir penulis mendapat gambaran jelas tentang jubah, penulis suka orang-orang yang berjubah dengan disertai kopyah merah yang dibalut sorban putih, merekalah guru-guru penulis baik formal dan non formal, penulis cukup percaya dengan mereka sebab mereka bisa dikenali bahwa mereka orang-orang Azhar.

Sementara jubah-jubah yang umum, bagi penulis punya banyak kisah sejak penulis datang di Mesir, watak arabisme adalah keras dan yang jelas mereka merasa lebih dari orang 'ajam (non arab), jadi banyak kisah yang mungkin masuk dalam kategori "preman berjubah".

Jubah bukanlah urusan akhirat, jubah adalah masalah dunia, maka dari itu Allah dan rosulnya tak pernah memerintahkan orang beriman untuk berjubah, bahkan nabi sendiri pernah mengatakan bahwa "ma kana min amri dun yakum faantum a'lamu bamri dun yakum" (musykilul atsar littohawi hadith no 1492).

"Idza kana Syaiun min amri dunyakum fasya'nukum" Jika sesuatu itu masalah dunia kalian, maka itu urusanmu, adapun kalau masalah akhirat itu urusanku. (Shohih ibu Hibban hadith no 22)

Dengan demikian manusia beriman boleh memilih pakaian yang disukai, hanya saja sesuai dangan aturan yang disepakati yaitu fungsi dari pakaian itu bisa menutup aurat.

Allah pun tak pernah mengusik soal jubah, sebab dalam Allah la yanduru ila suwarikum, walakin yanduru ila qulubikum, tidak melihat tampang luar, namun akan melihat hati hambanya.

عَنْ أَبي ثَعلَبَةَ الخُشَنيِّ - رضي الله عنه - ، عَن النَّبيِّ - صلى الله عليه وسلم - ، قالَ : (( إنَّ الله فَرَضَ فرائِضَ ، فَلا تُضَيِّعُوها ، وحَدَّ حُدُوداً فلا تَعْتَدوها ، وحَرَّمَ أَشْياءَ ، فلا تَنتهكوها ، وسَكَتَ عنْ أشياءَ رَحْمةً لكُم غَيْرَ نِسيانٍ ، فلا تَبحَثوا عَنْها

Hadith diatas dari daruqutni hadith no 4445, artinya : Allah telah mewajibkan beberapa kewajiban maka janganlah kalian mengabaikannya, dan membatasi batas-batas maka janganlah melampuinya, Mengharamkan beberapa hal maka janganlah merusaknya. Dan diam dari beberapa hal sebagai rahmat pada kalian selain lupa, maka janganlah kalian mencari-carinya.

Islam begitu mudah, kalau kita mau meneliti hadith-hadith, hanya saja islam menjadi sulit dan keras ketika kita hanya taklid buta, apalagi hanya tahu hadith-hadith yang sengaja dipilih untuk memperkuat madzhab tertentu dan menganggap yang berbeda adalah keliru dan harus diperangi dengan cara-cara kekerasan yang para sahabat tak pernah memberi contoh.

Kalau kita mau sedikit tadabbur dari hadith nabi, bahwa urusan dunia bukanlah urusan nabi dalam mengaturnya, maka kita akan menjadi muslim yang maju dan tidak kolot, apalagi mengimpor arabisme dalam masalah dunia, saya pikir tidak tepat, hanya saja itu tidak dilarang, asal jangan sampai dikatakan itu ajaran Islam.

Kalau kita melihat problem yang terjadi minggu-minggu ini maka, dalam masalah ahmadiyah adalah masalah akhirat, sedangkan masalah kekerasan yang dilakukan anggota FPI adalah masalah dunia, maka jika keputusan telah jelas bahwa Ahmadiyah melanggar aturan Islam sesuai dengan apa yang menjadi dasar syariat islam, maka pemerintah selaku ulil amri berhak melarang aliran yang telah dinyatakan tidak sesuai, adapun soal kekerasan FPI adalah urusan dunia, maka aturan yang dipakai adalah aturan setempat, tentunya UUD yang berlaku, adakah dibubarkan atau dihukum para pelakunya adalah hak dari aparat negara.

Kembali berjubah lagi, Nabi memang berjubah sebab itu pakaian orang arab, dan mungkin celana dan baju belum populer, atau mungkin yang trend dalam masa itu adalah jubah, dan pakaian cina kuno, sebab orang indonesia sendiri mengenal baju dan celana adalah efek dari penjajahan belanda, bahkan banyak kyai pada saat itu tidak mau memakai celana dan lebih memilih bersarung, dengan alasan celana itu adalah pakaian orang kafir, dan memakainya adalah tasabbuh, bahkan sistem pendidikan pesantren pun dulu tak mau meniru sistem penjajah, meskipun saat ini pendidikan pesantren sudah menerima, dan para kyai pun bercelana, sebab ternyata itu urusan duniawi.

Bahkan ada yang unik lagi, bercelana tapi setengah betis, katanya biar tidak isbal, tapi lucunya kalau musim dingin memakai kaos kaki, gimana tidak isbal kalau kakinya dibungkus, penulis pernah ngececk hadith tentang isbal, teks yang jelas adalah izar, dan qomis, dimana kedua pakaian ini jika sampai dibawah matakaki akan menyeret tanah dan kotor sehingga dalam hal itu ada kejadian seorang diperintah nabi untuk berwudlu lagi, itu menunjukkan bukan isbalnya yang membatalkan wudlu tapi adalah najis yang menempel pada pakaian mereka.

"Preman berjubah, mungkinkah?" kalau anda pernah kearab tentu jawabnya, "mungkin", Adakah Islam rugi jika FPI dibubarkan? Tentunya tidak, sebab Islam Indonesia adalah Islam yang masuk tanpa perang dan kekerasan.

Kesesatan dan kekerasan harus dibubarkan organisasinya dibumi Indonesia.

Alliem
Cairo, Ahad, 08 Juni 2008
Berusaha Berjubah Kelembutan



[+/-] Selengkapnya...

10 Artikel Populer