Metro Anfaq dan Busway
Oleh Muhammad muallim
Aku belum bisa menghayal di Cairo Mesir ada Busway, sebagaimana aku tak bisa berhayal Metro anfaq di Jakarta. Dua kota yang punya kekurangan masing-masing setelah banyak kelebihan yang tak perlu disebutkan, salah satu kekurangan kota Cairo adalah kurang hujan sehingga memungkinkan para kontraktor bermain petak umpet dengan terowongan yang tak kalah dengan terowongan tikus, mungkin saat ini mereka sedang menyelesaikan jalur 3 jurusan kota Ataba hingga Bandara, kata salah seorang yang pernah heran dengan penulis, waktu yang dibutuhkan ditaksir 4 tahun, semoga saja itu benar, sebab kebiasaan orang Mesir bilang “tunggu lima menit” tapi tidak benar.
Apa jadinya jika di Jakarta ada kereta bawah tanah? Apalagi banjir begitu akrab, mungkin asyik kalau air banjirnya bening, serasa didalam aquarium dan keretanya pun harus standar kapal selam, namun setidaknya penulis merasa asyikan di Busway daripada di metro anfaq Kairo, meski jika dibandingkan harga tiket busway dua kali lipat harga tiket metro bawah tanah itu.
Kata orang metro anfaq Kairo dibuat orang prancis jadi yach lumayan bagus tata ruangnya, apalagi stasiun untuk transit seperti ataba atau ramsis, yang membedakannya dengan busway adalah karcis busway hanya masuk mesin ketika masuk halte busway dan tak bisa keluar lagi, adapun kalau metro anfaq karcis masuk mesin dan keluar lagi, dan harus dibawa hingga nanti sampai halte tujuan, dan jika tak punya karcis dia tak akan bisa keluar halte, sebab untuk membuka pintu untuk keluar harus memasukkan karcisnya tadi dan akan ditelan mesin dan tak keluar lagi.
Lain dari itu, setiap stasiun metro bawah tanah Mesir ada peta kota dan halte-halte yang dilalui, berbeda dengan busway kita tak akan tahu dan hanya akan tahu ketika hampir sampai tujuan, meskipun ada suara yang terekam untuk memberitahu setiap halte yang ada didepan, itu pun kalau nggak rusak, kadang juga rusak, jadi untuk orang asing atau turis, akan mengalami kesulitan, turis lokal pun akan menambah tenaga untuk bertanya.
Asyiknya ketika naik busway adalah sejuk dan tak terasa macet, namun itu adalah penilaian pertamaku saat menaikinya di hari libur, namun akhirnya penulis terjebak kemacetan di halte Harmoni pada jum’at sore, dan hal itu memberikan penulis sebuah kesimpulan bahwa pada jum’at sore akan selalu terjadi hal demikian, bahkan hampir selama satu jam orang baru bisa masuk bus tujuan tertentu, seperti kalideres dan tujuan yang dipadati para pekerja yang hendak pulang berakhir pekan.
Tak beda jauh dengan Metro anfaq di Mesir, juga akan begitu penuh pada jam pulang kerja tiap harinya.
Alliem
Senin 11 Mei 2009
Jakarta macet itu pasti
Oleh Muhammad muallim
Aku belum bisa menghayal di Cairo Mesir ada Busway, sebagaimana aku tak bisa berhayal Metro anfaq di Jakarta. Dua kota yang punya kekurangan masing-masing setelah banyak kelebihan yang tak perlu disebutkan, salah satu kekurangan kota Cairo adalah kurang hujan sehingga memungkinkan para kontraktor bermain petak umpet dengan terowongan yang tak kalah dengan terowongan tikus, mungkin saat ini mereka sedang menyelesaikan jalur 3 jurusan kota Ataba hingga Bandara, kata salah seorang yang pernah heran dengan penulis, waktu yang dibutuhkan ditaksir 4 tahun, semoga saja itu benar, sebab kebiasaan orang Mesir bilang “tunggu lima menit” tapi tidak benar.
Apa jadinya jika di Jakarta ada kereta bawah tanah? Apalagi banjir begitu akrab, mungkin asyik kalau air banjirnya bening, serasa didalam aquarium dan keretanya pun harus standar kapal selam, namun setidaknya penulis merasa asyikan di Busway daripada di metro anfaq Kairo, meski jika dibandingkan harga tiket busway dua kali lipat harga tiket metro bawah tanah itu.
Kata orang metro anfaq Kairo dibuat orang prancis jadi yach lumayan bagus tata ruangnya, apalagi stasiun untuk transit seperti ataba atau ramsis, yang membedakannya dengan busway adalah karcis busway hanya masuk mesin ketika masuk halte busway dan tak bisa keluar lagi, adapun kalau metro anfaq karcis masuk mesin dan keluar lagi, dan harus dibawa hingga nanti sampai halte tujuan, dan jika tak punya karcis dia tak akan bisa keluar halte, sebab untuk membuka pintu untuk keluar harus memasukkan karcisnya tadi dan akan ditelan mesin dan tak keluar lagi.
Lain dari itu, setiap stasiun metro bawah tanah Mesir ada peta kota dan halte-halte yang dilalui, berbeda dengan busway kita tak akan tahu dan hanya akan tahu ketika hampir sampai tujuan, meskipun ada suara yang terekam untuk memberitahu setiap halte yang ada didepan, itu pun kalau nggak rusak, kadang juga rusak, jadi untuk orang asing atau turis, akan mengalami kesulitan, turis lokal pun akan menambah tenaga untuk bertanya.
Asyiknya ketika naik busway adalah sejuk dan tak terasa macet, namun itu adalah penilaian pertamaku saat menaikinya di hari libur, namun akhirnya penulis terjebak kemacetan di halte Harmoni pada jum’at sore, dan hal itu memberikan penulis sebuah kesimpulan bahwa pada jum’at sore akan selalu terjadi hal demikian, bahkan hampir selama satu jam orang baru bisa masuk bus tujuan tertentu, seperti kalideres dan tujuan yang dipadati para pekerja yang hendak pulang berakhir pekan.
Tak beda jauh dengan Metro anfaq di Mesir, juga akan begitu penuh pada jam pulang kerja tiap harinya.
Alliem
Senin 11 Mei 2009
Jakarta macet itu pasti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Katakan pendapatmu kawan