Ketika Hujan Berkabut
Oleh : Mochammad Moealliem
Hujan yang kurindukan selama ini akhirnya turun juga, hanya sayangnya udara yang begitu dingin mencegahku untuk bermain air atau bahkan melakukan kebiasaan diwaktu hujan sebagaimana dulu di pesantren, dimana ketika hujan turun disore hari maka dengan suka ria menikmatinya dengan bermain bola atau berlari-lari mengelilingi jalan raya yang seolah menjadi latihan marathon atau paling tidak mengukur kemampuan untuk berlari walau hal itu pelan sekali.
Hujan, memang perlu diterjemahkan kembali definisinya disaat aku tak pernah menemukan hujan di Kairo ini. Bagi orang Indonesia hujan adalah sahabat paling akrab saat musimnya, namun bagi orang Mesir hujan adalah hal yang asing, atau bahkan dikategorikan bencana, sebab jarang sekali mereka menikmati hujan sebagaimana aku menikmatinya dulu.
Karena hujan yang begitu jarang maka tak heran jika banyak orang mengatakan tidak ada hujan di Mesir, atau minimal qolilul adad yuaddu bil'adam (sorry kalau kurang tepat, aku ingatnya begitu) sesuatu yang sedikit itu dihitung tidak ada.
Hujan adalah gerimis di Indonesia, jadi kalau di Mesir orang bilang hujan maka maksudnya gerimis dengan definisi sesuai Indonesia, dengan begitu jangan tanyakan padaku apa bahasa arabnya gerimis? sebab gerimis itu tidak ada bagi orang Mesir yang ada cuman hujan yang seperti gerimisnya Indonesia.
Diawal waktu dulu ketika aku masih belajar memahami lingkungan Mesir, aku pernah mendengar ibu-ibu menjerit-jerit ketika hujan itu mirip di Indonesia (lebat) padahal hujan di Mesir tidak akan berjam-jam, paling 5 - 15 menit (selama yang aku tahu), namun kalau gerimis yang tak begitu lebat sama saja seperti di Indonesia, kadang juga berhari-hari, kalau kata orang jawa, gerimisnya wewe gombel (sebab biasanya banyak wewe gombel kalau gerimisnya model gituan). Dalam anilisaku kenapa orang mesir takut dengan hujan lebat dikarekanan rumah mereka adalah rumah susun, dan tanahnya pasir, kalau hujan sangat lebat bisa jadi akan ada erosi dan itu bisa membuat imarah (gedung apartemen yang berisi puluhan rumah) bisa miring atau bahkan roboh.
Karena takutnya orang Mesir dengan robohnya rumah mereka, maka kalau sedang marah dia akan berkata "yehrob baitak" (semoga roboh rumahmu), dan beberapa waktu yang lalu ada imarah roboh di Iskandariyah, namun mungkin penyebabnya gedungnya sudah terlalu tua, beruntunglah Mesir cukup tenang dari gempa bumi, coba kalau sering gempa bumi pasti pada bilang "capek deh!!"
Hujan, selama yang aku tandai sejak aku berada di ibu peradaban dunia ini, hujan adalah pembatas musim, musim panas mau pindah musim dingin biasanya ada hujan, musim dingin mau ganti lebih dingin biasanya hujan, musim dingin mau berkabut biasanya juga hujan, nanti kalau dingin sudah bosan dan mau ganti panas biasanya juga hujan, tapi itu yang aku tandai aja, sebab hujan yang tak menjadi pembatas juga ada.
Nah kemarin sore (21/01) hujan mulai berkabut, bahkan siang ini juga hujan lagi, jadi deh langit hari ini seperti murung dengan muka penuh mendung, padahal sebelumnya langit lebih sering bersih biru, bahkan kadang aku merasa kesepian melihat mendung tanpa awan sedikit pun, yang mungkin hal itu jarang kutemukan di Indonesia. Maka tak heran jika difoto Mesir itu indah dengan beground langitnya yang membiru, namun kalau dilihat dari dekat, tentu tak seindah fotonya, kalau dibaratkan pada manusia, Mesir itu photogenik
Ketika hujan dan kabut mulai turun, biasanya akan mengalami kemacetan tranportasi, jarak pandang terganggu, keindahan bidadari berkurang, dan biasanya juga sering ada kecelakaan kalau hujan, sebab para sopir itu jarang menemui fenomena itu, dan kebiasaan mereka menghentikan mobil pada jarak yang terlalu dekat, kalau hujan turun jalan licin dan biasanya sering nyeruduk.
Jalanan banjir, pernah kujumpai ketika hujan tiba, waktu itu jalanan nggak ada selokan, bahkan hampir kebanyakan jalan tanpa selokan layaknya di Indonesia, namun beberapa bulan kemudian ada proyek selokan (kayaknya waktu itu hujan agak lebat), namun sayangnya selokan itu sering penuh dengan pasir yang juga menghujani di musim panas, jadi kalau tak terawat selokan itu kembali percuma tanpa fungsi.
Banjir dijalanan terkadang bukan karena hujan, namun karena got mampet, sebab got pembuangan dipendam dibawah jalan, tentunya berdampingan dengan, kabel listrik, kabel telpon, dan pipa gas, juga saluran air, semuanya dipendam dengan barisan yang telah disepakati. Jadi akan sangat berbahaya seandainya dilakukan di Indonesia kalau banjir bisa konslet. Kalau digambarkan itu seperti film kura-kura ninja. Kalau boleh dikatakan perjalan air itu adalah dari nile kembali ke nile.
Air yang ada dirumah adalah air nile yang dibersihkan, sebab kehidupan masyarakat Mesir bergantung pada sungai nile, dalam istilah yang kutahu nahru nil nahrul hayat (sungai nil adalah sungai kehidupan) jadi kalau orang pernah hidup di mesir maka dia pernah minum air sungai nil, sebab airnya dari nil semua, kecuali air meneral botolan yang diambil dari sumbernya.
Begitulah kisah hujan dan kabut, dinegeri fir'aun terhanyut, disaat selimut begitu lembut, kala tidur menyambut, tidur akan begitu larut, serasa malam walau pagi menyambut, wahai orang-orang yang berselimut, bangunkan hati, pikiran dan tubuhmu yang kusut, bersihkanlah dan gunakanlah pelembut, ingatlah masa depan akan menyambut, janganlah engkau menjadi kalut, kala hujan tak lagi berkabut.
Alliem
Cairo, 22 Januari 2008
Hatiku Pun Masih Berkabut