Bulan Sabit Di Barat Kota
Oleh : Mochammad Moealliem
Mnggu ini, suhu udara di Cairo sedang berselimut dingin yang memaksaku harus kedinginan meski baju telah kurangkap tiga dan masih dibungkus satu jaket, yang menjadi masalah sebenarnya bukan suhu udara yang dingin itu, akan tetapi adalah lamanya menunggu angkutan kota yang biasa mengantarku kembali ke asrama tempatku mencatat rasa.
Hal demikian terjadi sewaktu saya hendak kembali dari rumah kawan-kawanku yang menjadi saksi atas dinginnya malam, sementara sarana tranportasi begitu tidak teratur jam perjalanannya, sehingga jarak yang seharusnya saya tempuh dengan waktu 30 menit, berubah menjadi 90 menit. Meski ibukota namun rasanya tidak seperti di Jakarta, selama ini yang penulis anggap jam perjalanannya teratur hanyalah metro anfaq (kereta bawah tanah) namun sayangnya rumah tempat bermain penulis belum dijangkau oleh kereta ini.
Sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat sekitar untuk menunggu angkutan umum dengan waktu yang cukup lama, apalagi waktu kita berpergian tepat dengan waktu pergantian ship para sopir angkutan kota, biasanya sekitar waktu maghrib, tentu akan lebih lama menunggu angkutan tersebut, sebagaimana penulis alami beberapa waktu yang lalu.
Namun demikian hal itu bukanlah yang pertama, hanya saja penulis ingin berbagi kisah menjadi masyarakat Cairo dikelas menengah kebawah, sebab kalau menengah keatas mereka jarang merasakan pengalaman ini, sebab angkutan mereka bukan angkutan umum, tapi angkutan khusus. Apalagi ketika musim ujian, yach hari-hari ini juga musim ujian, hanya kebetulan penulis nggak ada ujian dihari-hari ini, jadi masih suka jalan-jalan menikmati lingkungan hidup yang akan menjadi kenangan. Dalam musim ujian, biasanya kawan-kawan yang bermukim di Madinat Nasr (Nasr City) akan berangkat begitu pagi walaupun ujian akan di mulai pukul 9.30, sebab kalau berangkat jam 9, bisa dipastikan akan terlambat dan tentu dapat musykilah di kampus nantinya.
Kendaraan yang mengangkut kawan-kawan menuju kampus azhar yang berada di lingkungan masjid khusein tidak banyak, waktu berangkat tidak teratur, penumpangnya terlalu banyak, jadi kalau mereka berada ditengah-tengah jarak yang ditempuh kendaraan tersebut akan mengalami gangguan susah naik, bus sudah miring kekanan, kalau di Indonesia miring kekiri, sebab pintu bus disini disebelah kanan mirip dieropa (kalau salah dikoreksi ya, soale belum pernah kesana).
Betapa nikmatnya duduk dikursi bus kota ini, sebab kursinya begitu terbatas sekali, hanya orang-orang yang berangkat melalui terminal pertama yang bisa leluasa memilh kursi tersebut, sebab bagi yang menunggu di mahattah (halte) bagian tengah sampai akhir hanya akan mendapat kesempatan berdiri kalau masih muat, dan tidak jadi naik kalau sudah penuh, coba anda bayangkan kawan, kursi bus kota begitu menggiurkan, apalagi kursi d DPR tentu lebih dari itu.
Dalam penantian penulis pada kendaraan umum itu, akhirnya datang juga bus kota dengan nomor perjalanan 65 putih, soalnya nomor 65 ada tiga macam, yang putih ada dua, yang kuning ada satu, itu warna begroundnya, 65 yang putih ada yang berjurusan dari terminal Ahmad hilmi-mansaah Nasir, dan ada yang berjurusan Hay Al Ashir-Sayidah Zainab, kalau yang kuning Hay Al Ashir-Sayidah Aisyah, tapi penulis lupa nama mahattah akhir dua yang terakhir itu, namun yang jelas tiga nomor perjalanan itu semuanya melewati asrama, hanya nomor yang pertama yang tidak melewati Hay al Ashir.
Karena malam begitu dingin, penulis yang menunggu di mahattah Mutsallats akhirnya masih bisa memilih kursi diantara kursi yang cukup reot dalam bis kota tua itu, meskipun sejak tahun 2006 ketika Mesir hendak menjadi tuan rumah piala Afrika, banyak pergantian bus tua, namun sisa-sisanya masih begitu banyak yang dioperasikan termasuk yang penulis naiki kemarin.
Ada hal-hal yang unik dalam bus kota itu, setidaknya penulis jadi mengenal orang arab bukan saja tahu, bahkan terkadang sempat menyita pikiran penulis untuk menemukan sebuah kesimpulan. Bukan soal kecantikan tentunya yang menyita pikiran itu, sebab semua juga sudah tahu kebanyakan orang Mesir cantik bila dibandingkan dengan cewek Indonesia yang ada di Mesir (tentu penilaian ini subjektif penulis) bahkan mahasiswa baru bisa terkecoh dengan pengemis, katanya "pengemis kok cakep banget" mungkin juga itu diukur dengan pengemis di Indonesia dibagian jalanan, kalau dibagian kantor pengemisnya tentu juga cakep rupawan.
"Ya Allah, ya rob'ah" tiba-tiba seorang lelaki berkata begitu dengan begitu semangat memberitahukan pada penumpang yang lain, kira-kira pembaca bisa memberi makna atas ucapan itu? Bagi yang mengenal masyarakat arab akan tahu, tapi bagi yang belum mengenal tak akan tahu, apalagi yang aliran terjemah letterlek akan marah.
Kita biasanya mengatakan "Ya Allah, ya Rahman etc" namun kok ada orang bilang "Ya Allah ya rob'ah", apa kira-kira orang ini musyrik yang menganggap Allah ya rob'ah, nah begitulah bahaya orang-orang yang suka terjemah leterlek, apalagi terjemah alqur'an secara leterlek, dia akan keliru dalam memahami kehendak Sang Pnecipta.
Silahkan anda temukan jawabannya, apa maksud orang berkata seperti diatas? sementara semua penumpang bus tidak bereaksi apa-apa, termasuk penulis, sebab orang itu tidak gila dan ucapan dia tidak salah. Sementara kita akan ngambil sampel tentang aliran Islam terjemah, penulis tidak tahu ini termasuk aliran sesat atau bukan, sebab yang penulis ambil disini adalah orang-orang yang hanya terfokus pada pemahaman ala terjemah leterlek, misalnya ada kata "nafsin wahidatin" dalam terjemah artinya diri yang satu, namun karena dia merasa tahu sedikit bahasa arab dia mengambil kesimpulan bahwa diri yang satu itu adalah perempuan, karena memakai wahidatin, ada tak marbutohnya.
Begitulah kebodohan sebagian manusia, padahal anak MI tempat saya dulu belajar imrity saja bisa tertawa dengan kesimpulan seperti itu, "nafsin wahidatin" kalau ada nafsin ya tentu pakai wahidatin, nggak mungkin pakai wahidin, sebab kata nafs itu muannats (feminin dlm bhs prancis) lha begitu kok sampai dipakai dasar bahwa manusia pertama adalah perempuan karena ayatnya nafsin wahidatin. Padahal semua kata nafsin dalam alqur'an selalu diberi dlomir muannats "wannafsi wama sawaha, etc. Cara berfikir terjemah seperti itu akan mengatakan malaikat itu perempuan, dan syetan adalah laki-laki, karena malaikat pakai tak marbutoh syetan tidak pakai. Maka dari itu penulis harap bagi orang-orang yang punya semangat yang besar untuk berguru dulu sebelum berfikir, agar hasil pikiran itu bisa cermat dan tepat.
Sepintar apapun anda bisa memahami bahasa tak akan mampu memberikan terjemah yang tepat atas kata "ya allah ya rob'ah" kecuali anda pernah bergulat dengan lingkungan bahasa tersebut tentu akan tahu makna yang sebenarnya.
Robi'ah adawiyah, dia seorang perempuan sufi, yang begitu terkenal hingga menjadi nama daerah di Mesir, yaitu daerah rob'ah, ditandai dengan masjid besar di bagian tengah daerah itu dengan namanya. Robiah adawiyah adalah termasuk pecinta gila (menurut penulis) sebab karena cintanya pada sesuatu dia tak membenci sesuatu. Penulis pernah membaca tulisan tentang cinta Rabiah adawiyah dan ditanyakan padanya, "jika kamu mencintai Allah, apakah kamu membenci Iblis?" apa jawabnya "tak ada ruang dalam hatiku untuk membenci siapapun". Berbeda dengan kita kalau mencintai sesuatu tentu kita membenci sesuatu yang lain, kalau kita cinta perempuan cantik, kita tentu membenci permpuan jelek, kalau kita cinta dengan agama kita, kita membenci agama lain, kalau cinta partai kita, kita benci partai lain, bahkan kalau kita cinta madzhab kita, kita benci madzhab yang lain, apakah kita sudah mencintai atau masih membenci.
Nah, ketika bus kota itu melewati masjid itu, orang tadi bertiriak memberi tahu penumpang yang lain, agar bagi siapa saja yang ingin turun dimahattah rob'ah segera mempersiapkan diri, karena bus hampir sampai pada mahattah yang berdekatan dengan masjid rab'ah. Jadi terjemahnya "ya Allah, bagi yang turun rob'ah", atau bisa jadi kata yaallah adalah kata tambahan, yang biasanya dipakai dalam mengajak orang, misalnya "yallah ta'al, yallah igri, yallah-yallah (ayo-ayo), atau untuk menyuruh, yallah iktib ba ah, (ayo nuliso po o) ayo menulis dong!!, jadi bisa jadi maksudnya adalah "ayo siapa yang mau turun di mahattah rob'ah.
Sesampainya diasrama, hatiku sedikit lega atas sebuah kata yang menyita pikirku selama di bus kota, ternyata bahasa itu begitu multi makna, intonasi dan situasi pengucapan akan memberi makna yang berbeda, maka Maha suci Allah yang mengajarkan nabi muhammad untuk tidak tergesa-gesa membaca KalamNya. Sementara itu bulan tersenyum melihatku gembira memasuki gerbang asrama dengan diiringi tahun baru dengan memakai peredaran bulan sebagai alat pengukurnya, sementara yang aku lihat hanyalah bulan sabit di barat kota.
Alliem
Cairo, Ahad 13 Januari 2008
Berusaha Untuk Menjadi Purnama
Om..... sedikit koment aja. Biar lebih kompak dan punya kekhasan, ada baiknya untuk penggunaan kata ganti orang pertama, saya sarankan memakai satu kata aja. Semisal kalau penulis ya penulis,kalo aku ya aku. Di tulisan ini, ketiga2nya kok dipakai(saya, penulis, ku), jadi kesannya gimana gitu. Jangan2 ntar ditambahin gue ,ane dll hehe.
BalasHapusAnyway..tambah lagi tulisannya.. ok Semangat. From your Friend in another room
Saudarauku iAb yang baik, memang usulmu menarik, namun ternyata satu itu membosankan, namun bukan berarti saya pro poligami loh, hanya saja selera itu berubah-ubah, saat ini suka tempe besok bisa suka tahu.
BalasHapusApalagi kalau ikut disesuaiakan dengan irama kata, lebih baik memakai semuanya, Allah mengajari demikian, kadang memakai Aku, Kamu, Dia dan bahkan Allah, disitulah pembaca akan diajak mencari jawabannya.