28 Mei 2008

Ziarah Qubur Sunah Rosul

Ziarah Qubur Sunah Rosul
Oleh : Mochammad Moealliem

Suatu ketika nabi Muhammad diutus untuk ziarah qubur para sahabatnya di baqi' (nama sebuah daerah pemakaman) kejadian itu direkam oleh sayidah Aisyah, kalau mau kita teliti kapan hal itu terjadi maka kita akan menemukan bahwa hal itu terjadi setelah hijrah, atau setelah masa wafatnya khadijah.

Meskipun penulis bukan mahasiswa bagian studi hadith, namun setidaknya penulis bisa memakai metode matematik dan memanfaatkan sebuah momen untuk meneropong serta mengambil gambaran, bahwa kejadian tersebut menunjukkan sikap seorang nabi bagaimana cara ziarah qubur yang baik, serta apa saja yang boleh dilakukan.

Nabi pernah melarang umatnya berziarah qubur, hanya saja kemudian hal itu dicabut, kalau dalam konsep nasakh mansukh, seingat penulis ada konsep, Al amru ba'da nahyi fahuwa jaiz, perintah yang datang setelah dilarang hukumnya adalah jaiz (boleh).

Ada hadith panjang dalam shohih Muslim, Sunan Nasai, Musnad Ahmad, Sunan tirmidzi, dan yang lain yang mungkin akan merepotkan jika saya sebutkan semuanya disini, anda bisa searching sendiri baik melalui internet atau program maktabah, dalam kitab-kitab matan hadith yang ada dalam komputer saya, ada sekitar 60 hadith tentang perintah setelah sebelumnya dilarang.

Hadith itu berbunyi "kuntu nahaitukum 'an ziarotil qubur, fazuruha" artinya : Dulu aku telah melarang kalian ziarah qubur, Maka berziarahlah. Sebagian orang mengatakan hal itu bid'ah, tapi menurut penulis hal itu bukan bid'ah, sebab nabi melakukannya dan memerintahkannya, kalau saja mereka yang bilang bid'ah itu, mau adil dalam mengambil hukum dari text hadith, maka seharusnya mereka bilang wajib, karena ada kata perintah, apalagi kata perintah itu menggunakan huruf "fa".

Mungkin hal itu adalah termasuk attasaru' ala isdaril ahkam, atau tergesa-gesa dalam menentukan hukum, padahal al isti'jal min amalis syaithon, dan mungkin orang-orang yang tergesa-gesa untuk menghukumi orang dengan cap kafir, musyrik dan munafik itu adalah orang-orang yang masih dalam kategori paranoid dengan sejarah dirinya dimasa silam.

Orang-orang yang baru mengenal beberapa text hadith entah kenapa begitu kaget hingga seolah hanya dia yang tahu, dan mengatakan "pokoknya yang beda dengan ini bid'ah", tapi cobalah anda sampaikan padanya bahwa sahabat nabi jumlah sekitar 124.000 sahabat, siapa saja yang mengikuti satu dari sahabat nabi penulis yakin itu benar. Hanya saja perlu diketahui kecerdasan para sahabat itu tidak sama, bahkan nabi pun memberi perintah dan larangan disesuaikan dengan kemampuan sahabatnya, namun itu dalam kesunahan, tapi kalau dalam kewajiban yang telah ditetapkan oleh Allah maka tidak pandang bulu.

Meskipun kisah para sahabat itu terkadang, menjadi sebab peringanan tugas dari Allah, misalnya perintah perang, ada sahabat bernama ummi maktum (orang buta), dia nyeletuk "bagaimana dengan saya", kemudian ayat yang turun memberi penjelasan pengecualian pada yang ulidloror (cacat) dan sebagainya.

Bukan hanya itu, nabi pun pernah melarang sahabatnya menulis kata-katanya (hadith) selain Alqur'an, namun diantara sahabat adapula yang diperkenankan menulis hadith. Tahukah pembaca kenapa nabi begitu fleksibel? Karena nabi tahu kemampuan orang yang diajak bicara, dan hal ini menjadi konsep "kallimin nas biqodri uqulihi" Berbicaralah pada manusia sesuai kecerdasannya.

Kembali berziarah qubur ala Nabi, silahkan anda chek di sunan nasai, hadith nomor 2010, Kalau anda kesulitan, maafkan saya jika saya tampilkan disini,

2010أَخْبَرَنَا يُوسُفُ بْنُ سَعِيدٍ قَالَ حَدَّثَنَا حَجَّاجٌ عَنْ ابْنِ جُرَيْجٍ قَالَ أَخْبَرَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي مُلَيْكَةَ أَنَّهُ سَمِعَ مُحَمَّدَ بْنَ قَيْسِ بْنِ مَخْرَمَةَ يَقُولُ سَمِعْتُ عَائِشَةَ تُحَدِّثُ قَالَتْ أَلَا أُحَدِّثُكُمْ عَنِّي وَعَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُلْنَا بَلَى قَالَتْ لَمَّا كَانَتْ لَيْلَتِي الَّتِي هُوَ عِنْدِي تَعْنِي النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ انْقَلَبَ فَوَضَعَ نَعْلَيْهِ عِنْدَ رِجْلَيْهِ وَبَسَطَ طَرَفَ إِزَارِهِ عَلَى فِرَاشِهِ فَلَمْ يَلْبَثْ إِلَّا رَيْثَمَا ظَنَّ أَنِّي قَدْ رَقَدْتُ ثُمَّ انْتَعَلَ رُوَيْدًا وَأَخَذَ رِدَاءَهُ رُوَيْدًا ثُمَّ فَتَحَ الْبَابَ رُوَيْدًا وَخَرَجَ رُوَيْدًا وَجَعَلْتُ دِرْعِي فِي رَأْسِي وَاخْتَمَرْتُ وَتَقَنَّعْتُ إِزَارِي وَانْطَلَقْتُ فِي إِثْرِهِ حَتَّى جَاءَ الْبَقِيعَ فَرَفَعَ يَدَيْهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ فَأَطَالَ ثُمَّ انْحَرَفَ فَانْحَرَفْتُ فَأَسْرَعَ فَأَسْرَعْتُ فَهَرْوَلَ فَهَرْوَلْتُ فَأَحْضَرَ فَأَحْضَرْتُ وَسَبَقْتُهُ فَدَخَلْتُ فَلَيْسَ إِلَّا أَنْ اضْطَجَعْتُ فَدَخَلَ فَقَالَ مَا لَكِ يَا عَائِشَةُ حَشْيَا رَابِيَةً قَالَتْ لَا قَالَ لَتُخْبِرِنِّي أَوْ لَيُخْبِرَنِّي اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ بِأَبِي أَنْتَ وَأُمِّي فَأَخْبَرْتُهُ الْخَبَرَ قَالَ فَأَنْتِ السَّوَادُ الَّذِي رَأَيْتُ أَمَامِي قَالَتْ نَعَمْ فَلَهَزَنِي فِي صَدْرِي لَهْزَةً أَوْجَعَتْنِي ثُمَّ قَالَ أَظَنَنْتِ أَنْ يَحِيفَ اللَّهُ عَلَيْكِ وَرَسُولُهُ قُلْتُ مَهْمَا يَكْتُمُ النَّاسُ فَقَدْ عَلِمَهُ اللَّهُ قَالَ فَإِنَّ جِبْرِيلَ أَتَانِي حِينَ رَأَيْتِ وَلَمْ يَدْخُلْ عَلَيَّ وَقَدْ وَضَعْتِ ثِيَابَكِ فَنَادَانِي فَأَخْفَى مِنْكِ فَأَجَبْتُهُ فَأَخْفَيْتُهُ مِنْكِ فَظَنَنْتُ أَنْ قَدْ رَقَدْتِ وَكَرِهْتُ أَنْ أُوقِظَكِ وَخَشِيتُ أَنْ تَسْتَوْحِشِي فَأَمَرَنِي أَنْ آتِيَ الْبَقِيعَ فَأَسْتَغْفِرَ لَهُمْ قُلْتُ كَيْفَ أَقُولُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ قُولِي السَّلَامُ عَلَى أَهْلِ الدِّيَارِ مِنْ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُسْلِمِينَ يَرْحَمُ اللَّهُ الْمُسْتَقْدِمِينَ مِنَّا وَالْمُسْتَأْخِرِينَ وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللَّهُ بِكُمْ لَاحِقُونَ

Hadith diatas itu sangat menarik bagi penulis, cobalah anda renungkan sejenak setelah membaca hadith itu, atau kalau kesulitan marilah saya coba menterjemahkannya dengan gaya terjemah yang saya punya.

"Aisyah berkata : Bukankah telah kuceritakan pada kalian tentang aku dan Nabi?"

"Kami berkata : Iya benar"

"Aisyah berkata : Di suatu malam yang telah lalu, dimana dia (Nabi) bersamaku, Dia lalu membalikkan badannya dan memasang sandal pada kedua kakinya, lalu membeber kain sarungnya diatas tempat tidurnya, dan belum berpakaian ketika mengira aku telah tidur, kemudian dia berjalan dengan perlahan, mengambil selendangnya perlahan, membuka pintu pun dengan perlahan dan keluar secara berlahan pula. Lalu tutupkan lenganku dikepala, dan kupakai baju brukut dan kujadikan sarungu untuk menutup mukaku, lalu kuikuti arahnya hingga di baqi'. Dia mengankat tangan tiga kali dan memanjangkannya, setelah itu dia menyingkir dari sana, dan aku juga, dia mempercepat jalannya, aku pun juga, dia berlari, akupun juga, sampailah dia dirumah, akupun juga. Hanya saja aku sampai lebih dulu, dan dia tidak tahu kecuali aku dalam keadaan berbaring.

Lalu dia datang dan berkata "Kamu kenapa Aisyah?kok berbantal tumpukan?

"Aisyah berkata :Nggak kok"

Nabi berkata : Beritahukan padaku atau Dzat yang maha lembut yang memberitahu

"Aisyah berkata :Ya rosulullah bi abi anta wa ummi, dan aku katakan apa yang terjadi.

Nabi berkata : Oh jadi hitam yang kulihat didepanku tadi itu kamu?

"Aisyah berkata : Iya, dan membuat hatiku deg-degan (lahazani lahzatan awja'atni)

Kemudian Nabi berkata : Apa kamu mengira Allah dan rosulnya tidak tahu?

"Aisyah berkata :Selama manusia merahasiakan Allah tetaplah tahu"

"Nabi berkata : Sesungguhnya Malaikat Jibril tadi datang padaku disaat kamu telah melepas baju, dan dia tidak jadi masuk, lalu memanggilku, dan aku pelankan darimu dan kujawab dengan pelan agar tak mengganggu tidurmu, sebab aku mengira kamu sudah tidur, dan aku tidak suka membuat kamu bangun, sebab aku khawatir akan hal ini akan membuatmu takut. Dan memerntahkan aku pergi kebaqi' dan aku mohonkan mereka ampunan.

"Aisyah berkata : apa yang harus aku katakan saat ziarah?

Nabi berkata : Katakanlah, Assalam atas penduduk rumah-rumah dari orang-orang mukmin, dan orang-orang muslim, semoga Allah merahmati mereka yang mendahului kita, begitu juga orang-orang yang lebih akhir dari kita, dan insyaallah kita dengan kalian akan bertemu.

السَّلَامُ عَلَى أَهْلِ الدِّيَارِ مِنْ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُسْلِمِينَ يَرْحَمُ اللَّهُ الْمُسْتَقْدِمِينَ مِنَّا وَالْمُسْتَأْخِرِينَ وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللَّهُ بِكُمْ لَاحِقُونَ

Demikianlah tata cara berziarah qubur yang benar, kita berziarah sama dengan bertamu, selayaknya membawa hadiah doa, dan memintakan ampunan, sebab hanya orang yang masih hidup yang dinilai ibadahnya, mereka yang telah mati tak mampu berbuat apa-apa, kecuali Allah memberi izin untuk memberitahu sesuatu yang orang hidup belum tahu.

Contohnya, Ruh nabi akan diizinkan untuk memantulkan sholawatnya orang-orang yang bersholawat padanya, atau terkadang memberitahukan sesuatu yang tersembunyi, contoh kisah pencarian pembunuh dalam surat albaqoroh.

Hanya saja hal demikian terkadang disalahpahami sebagian masyarakat baik di Arab, Indonesia atau yang lain, dan tidak tahu tata cara yang benar apalagi berubah menjadi tujuan untuk meminta sesuatu, hal ini adalah kesalah personal bukan kesalahan kesunahan ziarah qubur, hanya saja membimbing orang yang bodoh itu sangat sulit dibanding hanya mengatakan orang seperti mereka musyrik.

Namun yang aneh lagi, mereka yang memukul rata bahwa siapa saja yang berziarah qubur adalah musyrik, padahal nabi Muhammad memperbolehkan dan melakukannya. Tidak semua orang bisa tahu tuan rumahnya, namun tuan rumah tahu siapa saja yang berkunjung padanya, hanya sebagian kecil manusia yang bisa saling ketemu sesuai izin dari Allah untuk menemui tamunya.

Alliem
Selasa, 27 Mei 2008
Izinkan Aku Bertamu dan Bertemu



3 komentar:

  1. Assalamu'alaikum...
    Memang BETUL sekali Ziarah Qubur adalah sunnah dari Rosululloh SAW, berarti kalo kita melakukannya akan mendptkn pahala.
    Tulisan yang bagus.. saya setuju sekali dengan tulisan ini ttg bagaimana cara ziarah qubur yang benar spt cara rosululloh SAW, jadi beliau cuman mendoa'akannya, yang perlu di garis bawahi adalah beliua TIDAK membaca surat yaasiin + dzikir tahlilan. ini yang belum sama sekali diketahui SEBAGIAN masyarakat kita yg awam. ini adalah tugas bagi orang2 yang sudah tau spt penajenengan untuk memberi tahu. lebih tragis lagi orang yang mencoba meluruskan suatu cara ibadah yang sudah terlanjur menyimpang (Tidak sesuai cara Rosululloh spt uraian diatas) dituduh wahabi. karena sebagian masyarakat (awam) kita sudah turun temurun dilakukannya dengan metode meniru (taklit) dan menutup diri untu mencari sumber aslinya dengan alasan ilmunya belum cukup. terhadap orang2 yang awam dan taklit ini sama sekali TIDAK BISA dicap sebagai ahli bid'ah ataupun musyrik.
    ini adalah tugas berat bagi kita untuk meluruskan tradisi yang termasuk amalan ibadah yang tidak sesuai dengan tata cara rosululloh saw.

    BalasHapus
  2. Pak abdurahman, doa yang bagus adalah qur'an, dan surat yasin termasuk al qur'an, jadi membacakan yasin itu boleh, membaca tahlil juga boleh.

    yang tidak boleh adalah meminta pada orang yang mati.

    dalam hadith hanya disebutkan dilarang berkata yang tidak baik.

    dalam hadith itu (yang saya tulis) aisyah tidak tahu do'a apa yang dibaca nabi, dan nabi pun tidak membetasi doanya, kalaupun membaca yasin dilarang tentunya nabi akan memberitahukan pada aisyah.

    begitu pak abdurahman, masih banyak hadith yang berhubungan dengan itu silahkan anda pelajari, ingatlah pak abdurahman, jika anda benar belum tentu selain anda salah, begitu pula jika anda salah belum tentu selain anda benar.

    BalasHapus
  3. ya saya setuju sekali dengan apa yang dikatakan pak muallim itu..
    memang seharusnya kita berfikir seperti itu.

    BalasHapus

Katakan pendapatmu kawan

10 Artikel Populer