Ramadan, Tukang Ojek dan Saya
Oleh : Moehammad Moealliem
Sabtu 05/09/09 hari yang begitu cerah dan banyak hikmah, betapa tidak pada hari itu saya merasa berbeda mungkin hari itu adalah hari yang sudah ditentukan olehnya, suatu sore yang tak jauh beda dengan biasanya, namun saya menjadi terharu atas sebuah sikap dan kata-kata tukang ojek yang menjemput saya.
Tukang ojek, yach tukang ojek yang menjemput saya, hari-hari sebelumnya yang jemput adalah mobil PPPA (lembaga pengembang zakat dan sedekah) sore itu, saya harus siaran live di RRI, sementara mobil PPPA terpakai semua, maklum hari sabtu semua ustadnya mengisi dimana-mana, akhirnya saya harus dijemput ojek menuju kantor PPPA, di kawasan Carrefour Ciledug, dan disambung dengan taksi menuju gedung RRI di dekat Monas.
Dalam perjalanan antara Ketapang (kampus 1 Darul Qur'an Internasional) hingga kantor PPPA, terjadilah sebuah dialog dengan tukang ojek itu, orang itu bercerita diawal dialog itu, bahwasanya dia diminta menjemput ustad muallim, dalam bayangan tukang ojek itu, ustad ini udah tua dan gede tubuhnya, namun begitu saya keluar dari rumah dan naik di motornya, beliau heran dan berkata dalam hatinya "Ternyata masih muda belia".
Mungkin dalam hati dia ada pertikaian antara percaya dan tidak percaya, memang sih pak tua itu tukang oek tapi kelihatanya lumayan tahu tentang agama, pun juga dia setia dengan kopyah putihnya dalam bekerja. Memang kata filusuf kita perlu meragukan sesuatu sebelum kita mempercayainya, dan secara umum falsafah ini dipakai siapa saja, kita akan meragukan sesuatu yang asing dari database otak kita.
Disisi lain saya dapat berbagi ilmu dengan bapak ojek itu tentang beberapa hal yang membuat dia gundah atas cara ibadah beberapa kelompok yang ada saat ini, tentang sholat dan beberapa hal yang selama ini ia dengar dan baca lewat buku. Salah satu yang dia tanyakan adalah keberadaan orang yang sholat dengan takbiratul ihram yang cepat, lalu bagaimana dia mengucapkan niat?
Pembaca coba lihat sholat pembaca, ketika takbir pertama adakah dalam hati anda mengucapkan niat disaat mulut anda mengucap takbir?
Madzhab syafii memberi solusi kita melafalkan niat sebelum takbir dan saat takbir kita berniat dalam hati, madzhab yang lain menganggap melafalkan takbir adalah bid'ah, namun realita dimasyarakat, mereka yang mengikuti pembid'ahan malah takbirnya terlalu cepat, atau bisa dipastikan mereka nggak berniat dengan hati.
Madzhab syafii memang ketat dan begitu berhati-hati agar orang yang sholat tidak lupa niatnya, karena segela sesuatu tergantung niat, puasa aja niatnya harus jelas, kalau niatnya lewat puasa ramadan dianggap batal dan harus mengganti, tentunya dalam sholat setara dengan iyu karena hal itu sama-sama rukun Islam.
Maka telitilah sholatmu, dan jangan berbuat suatu ibadah tanpa sebuah nilai.
Oleh : Moehammad Moealliem
Sabtu 05/09/09 hari yang begitu cerah dan banyak hikmah, betapa tidak pada hari itu saya merasa berbeda mungkin hari itu adalah hari yang sudah ditentukan olehnya, suatu sore yang tak jauh beda dengan biasanya, namun saya menjadi terharu atas sebuah sikap dan kata-kata tukang ojek yang menjemput saya.
Tukang ojek, yach tukang ojek yang menjemput saya, hari-hari sebelumnya yang jemput adalah mobil PPPA (lembaga pengembang zakat dan sedekah) sore itu, saya harus siaran live di RRI, sementara mobil PPPA terpakai semua, maklum hari sabtu semua ustadnya mengisi dimana-mana, akhirnya saya harus dijemput ojek menuju kantor PPPA, di kawasan Carrefour Ciledug, dan disambung dengan taksi menuju gedung RRI di dekat Monas.
Dalam perjalanan antara Ketapang (kampus 1 Darul Qur'an Internasional) hingga kantor PPPA, terjadilah sebuah dialog dengan tukang ojek itu, orang itu bercerita diawal dialog itu, bahwasanya dia diminta menjemput ustad muallim, dalam bayangan tukang ojek itu, ustad ini udah tua dan gede tubuhnya, namun begitu saya keluar dari rumah dan naik di motornya, beliau heran dan berkata dalam hatinya "Ternyata masih muda belia".
Mungkin dalam hati dia ada pertikaian antara percaya dan tidak percaya, memang sih pak tua itu tukang oek tapi kelihatanya lumayan tahu tentang agama, pun juga dia setia dengan kopyah putihnya dalam bekerja. Memang kata filusuf kita perlu meragukan sesuatu sebelum kita mempercayainya, dan secara umum falsafah ini dipakai siapa saja, kita akan meragukan sesuatu yang asing dari database otak kita.
Disisi lain saya dapat berbagi ilmu dengan bapak ojek itu tentang beberapa hal yang membuat dia gundah atas cara ibadah beberapa kelompok yang ada saat ini, tentang sholat dan beberapa hal yang selama ini ia dengar dan baca lewat buku. Salah satu yang dia tanyakan adalah keberadaan orang yang sholat dengan takbiratul ihram yang cepat, lalu bagaimana dia mengucapkan niat?
Pembaca coba lihat sholat pembaca, ketika takbir pertama adakah dalam hati anda mengucapkan niat disaat mulut anda mengucap takbir?
Madzhab syafii memberi solusi kita melafalkan niat sebelum takbir dan saat takbir kita berniat dalam hati, madzhab yang lain menganggap melafalkan takbir adalah bid'ah, namun realita dimasyarakat, mereka yang mengikuti pembid'ahan malah takbirnya terlalu cepat, atau bisa dipastikan mereka nggak berniat dengan hati.
Madzhab syafii memang ketat dan begitu berhati-hati agar orang yang sholat tidak lupa niatnya, karena segela sesuatu tergantung niat, puasa aja niatnya harus jelas, kalau niatnya lewat puasa ramadan dianggap batal dan harus mengganti, tentunya dalam sholat setara dengan iyu karena hal itu sama-sama rukun Islam.
Maka telitilah sholatmu, dan jangan berbuat suatu ibadah tanpa sebuah nilai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Katakan pendapatmu kawan