10 Desember 2007

Baju Taqwa Pertama

Baju Taqwa Pertama
Oleh : Mochammad Moealliem

Baju yang selama ini kita pakai tentu fungsinya sebagai penutup aurat serta untuk menambah keindahan kita, sebagaimana pepatah jawa, ajining diri soko ati, ajining rogo soko busono nilai diri berkat hati, nilai tampang dari busana. Meskipun yang menjadi trend akhir-akhir ini pakaian berkurang dari fungsi untuk menutup aurat dan mengalami penyempitan fungsi hanya sekedar menjadi hiasan, penulis jadi teringat pakaian zaman masa kerajaan Nusantara, hanya orang-orang tertentu yang bisa memakai baju yang mampu menutupi sebagian besar tubuhnya.

Penulis katakan hiasan sebab pakaian itu tak cukup untuk membentengi tubuh dari serangan udara yang menusuk-nusuk dikulit bahkan tembus tulang, bahkan tak mampu membendung pandangan mata liar yang begitu tajam. Mungkin hal demikian terhitung wajar bagi korban lumpur yang rumahnya tenggelam beserta isinya, korban banjir yang arus air membawa kabur harta bendanya, atau bahkan korban-korban arus kebudayaan yang begitu bengis.

Begitulah kelebihan bumi kita ini, pakaian apa saja modelnya alam tetap bersahabat dengan kita, kecuali di daerah dekat kutub, suatu saat berpakaian tebal, saat yang lain begitu tipis. Seperti halnya di Mesir saat saya menulis ini, udara begitu sejuk yang berlebihan, ditopang kecepatan udara yang berlarian begitu cepatnya, mengakibatkan rambut porak-poranda dari aturan, serta hidung yang mirip lapindo, dengan lumpurnya yang terjadi karena kedinginan.

Berbeda dengan di Mars atau di bulan, tentunya pakaian yang diperlukan oleh astronot agak berbeda, dan biasanya sebelum pergi perlu latihan dulu, sebagai bagian adaptasi lingkungan yang sangat berbeda dan tentunya lebih tidak enak daripada di bumi, bagaimana tidak, sebab disana belum ada penjual makanan, minuman, bahkan begitu gersang tanpa tumbuhan.

Kalau saja diantara para pembaca ada yang jadi astronot, tentu akan menjalani pelatihan khusus, mulai yang paling kecil hingga yang paling besar, cara berkomunikasi, cara menyelesaikan misi, cara kembali ke bumi dan berbagai pendidikan yang disesuaikan dengan tujuan sang pengirim. Dan tentunya astronot akan dimanjakan dengan berbagai kebutuhan dan kenikmatan yang tanpa perlu bekerja.

Adam pun ternyata menjalani pelatihan khusus sebelum berangkat ke bumi, sebab dia astronot pertama, sementara bumi sudah pernah dihuni makhluk yang buas, bengis dan sadis yang selalu bertengkar dan menumpahkan darah diantara sesamanya, hukum rimba yang berlaku berakibat para penguasa bumi waktu itu menjadi sombong dan menentang aturan yang semestinya.

Hingga akhirnya Allah berkata pada para malaikat, "Akan Kuciptakan pengganti di bumi", sementara malaikat belum pernah tahu seperti apa khalifah itu, atau jangan-jangan sama saja dengan makhluk yang ada selama ini, maka dengan sopan malaikat menanyakan "Adakah hendak Engkau ciptakan di bumi makhluk pengrusak dan penumpah darah?" namun ternyata manusia dirahasiakan kelebihannya, dan dikatakan pada malaikat "Aku lebih tahu tentang apa yang kalian tidak ketahui".

Setelah Adam menjalani pendidikan secara khusus, akhirnya diresmikanlah astronot bumi dihadapan makhluk-makhluk yang lain. Karena makhluk baru yang punya kelebihan dibanding makhluk yang lain, maka tak heran kalau manusia sebenarnya dimanja oleh Sang Pencipta. Apa jadinya kalau makhluk yang sudah kawakan harus memberi hormat kepada makhluk yang baru? apalagi tahu bahan baku pembuatannya, tentunya akan marah, iri, hasud dan berbagai sikap yang lain.

Kalau digambar dalam urusan negara atau kerajaan, anggap saja orang baru yang punya kelebihan khusus, dan dengan hormat menggusur posisi orang lama, pembaca bisa bayangkan bagaimana rasanya. Kalau kurang jelas bisa digambarkan juga dalam masalah cinta, misalkan penulis suka sama seseorang, terus orang itu ternyata mlete dan sombong dengan rasa cinta yang penulis berikan, tentunya penulis kesal banget walau tetap sayang, akhirnya penulis mendatangkan kekasih yang baru yang punya kelebihan dibanding yang pertama, apa kira-kira yang terjadi?

Lalu penulis bilang pada yang awal, hormatlah kamu padanya, mungkin jawabnya "huch...cih, sori lah kalau aku harus menghormat padanya, aku lebih baik dari anak desa kekasih barumu ini" karena sikap demikian maka tak heran jika penulis berkata "keluarlah kamu dari istanaku ini" kemudian aku persilahkan kekasih kedua ini menghuni istana, dan penulis pesan "nikmatilah istana ini, kalau butuh apa-apa tinggal minta pada pelayan, tapi jangan kamu sentuh pohon ini, dan ingat orang yang tadi adalah musuhmu".

Pembaca bisa bayangkan, apa yang akan dilakukan orang pertama bukan? Bagaimana caranya orang kedua ini terusir juga dari istana. Begitu mungkin gambaran Adam sebelum turun kebumi, meski sebenarnya itu sudah dalam skenario Sang Pencipta, hanya saja Allah memberikan alasan yang bagus agar Adam mau turun ke bumi, sebab pada kali sebelumnya Allah berbincang dengan malaikat bahwa hendak mencipta khalifah untuk bumi.

Sebagaimana anak kecil yang sedang disapih agar lepas dari tetek ibunya, atau mugkin agar turun dari gendongan ibunya, biasanya dipancing dengan sesuatu yang menarik dari mainan, makanan, atau teman bermain, bahkan terkadang puting susu ibunya dikasih buah mahoni yang pahit, agar kalau anak itu menyusu akan merasakan pahitnya, akhirnya nggak mau nyusu lagi, demikianlah tata cara yang lembut untuk menyapih si kecil dari ketergantungannya.

Dan setelah tersapih dari ASI, si kecil terus mengalami penyapihan, agar mau sekolah dan tidak terus didekat ibunya, hingga mungkin harus sekolah yang jauh dari ibunya, bahkan keluar negeri, tentunya dia akan kangen dan ingin kembali kepangkuan kasih sayang ibunya, setelah misi yang diemban telah disempurnakannya.

Begitu pula ketika Adam merindukan kembali, konon Adam menangis berhari-hari untuk adaptasi di pondoknya, eh maksudnya di bumi, Apalagi Adam menjadi santri pertama di bumi, hari-hari pertama penuh dengan tangis, seperti hari-hari para santri baru dipondoknya, atau hari-hari mahasiswa baru di Mesir, wuih begitu susahnya adaptasi dengan suasana yang berbeda.

Sebagai santri baru, mahasiswa baru dan makhluk bumi yang baru, tentu membawa bekal dari rumah masing-masing, dari makanan, jajan, pakaian, kamus, dan lain-lain. Begitu pula Adam ketika turun kebumi, dibekali dengan bermacam-macam benih tumbuhan, buah-buahan, sekaligus diajari cara pengembangbiakan, meskipun kalau minta kiriman terus tetap bisa, tapi mandiri itu ada nilainya. Hingga akhirnya mereka bisa membuat pakaian sendiri meskipun tak sebaik pakaian yang dibawa dari rumah. Apalagi mahasiswa Mesir, tentu pakaian yang dari Indonesia lebih indah daripada beli di Mesir, diantara pakaian yang tidak ada di Mesir adalah baju taqwa. Dan baju taqwa pula yang paling indah sejak Adam membawanya dari surga, sebagai bekal untuk mondok di bumi.

Maka tak heran jika kita disuruh memakai baju terindah itu ketika kita hendak pulang kepangkuan kasih sayang Sang Esa, dengan pesan "Hai anak Adam , sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup 'auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat".QS.7:16

Jika astronot Mars ingin selamat ketika kembali ke bumi maka harus menjaga pakaiannya tetap mampu melindunginya, begitu pula Astronot bumi, jika ingin selamat ketika kembali ke asalnya, maka pakailah pakaian itu ketika sedang menjalankan misi di bumi untuk menjaga jiwa kita dari berbagai bahaya yang tak terkira.

Alliem
Cairo, Ahad 09 Desember 2007
Baju Astronot Bumi Adalah Taqwa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Katakan pendapatmu kawan

10 Artikel Populer