04 Desember 2007

Looking for Sekar Kedaton

Looking for Sekar Kedaton
Oleh : Mochammad Moealliem

Benar nggak ya judul yang saya tulis itu? Terserahlah yang penting faham maksudnya, sebab fungsi bahasa adalah menjadikan kita faham yang dikehendaki, bahkan terkadang diam pun termasuk bahasa. Bila mendung tak berarti hujan, tentu diam bukan berarti tak mau.

Masih ingat anda tentang sejarah manusia? Kelebihan manusia dibanding makhluk yang lebih dulu tercipta, didukung kelebihan yang hanya ada dalam diri manusia, serta seolah Tuhan memanjakannya lebih dari yang lainnya, hanya manusia yang tak berakal saja yang tak bisa merasakannya.

Kenapa malaikat perlu menghormat pada manusia diawal sejarahnya? Tentu bukan hal biasa, apalagi makhluk yang masih bau kencur yang tercipta kemarin sore, ah betapa terhormat engkau wahai manusia, namun kenapa kehormatan itu kau lucuti tanpa kesadaran yang menjadi tanda keberakalan yang selama ini engkau puja.

Manusia memang mesteriNya, atau rahasiaNya, bahkan malaikat pun hanya mampu menerka bahwa manusia hanyalah penumpah darah sesama, sebagaimana makhluk-makhluk bumi sebelumnya, namun ternyata manusia memang begitu beraneka warna dan tiap warna punya corak yang berbeda, alur kehidupan manusia tak akan pernah sama, walaupun banyak ruang-ruang pertemuan dalam kesamaan dalam kisah cerita.

Satu diantara beberapa hal yang tak akan pernah selesai dan tak pernah akan bosan membahasnya adalah cinta, setiap orang punya alur yang berbeda meski tak jauh berbeda inti dan garis besarnya, dan seolah sutradara benar-benar hebat dengan jutaan lakon yang tak henti bermain drama kehidupan yang membuat para pelakunya lupa asal muasalnya.

Adam pun pernah merasakan hal yang sama, setelah mengalami kegelisahan dalam kesendiriannya, Allah menciptakan teman sekaligus tempat bertepinya bahtera, ladang tempat menanam buah hati, serta pakaian yang saling melengkapi dan menutupi kekurangan masing-masing, yang unik dan dari bentuk serta jenis yang sama.

Tak heran jika orang sedang jatuh cinta akan lupa dengan berbagai pesan bahkan peringatan yang berakibat fatal setelahnya. Sejak pertama, manusia memang memiliki kecenderungan yang sama, sebagaimana Adam, ketika Allah berfirman, nikmatilah surga seisinya bersama kekasihmu, namun jangan kalian dekati pohon yang satu ini. Konon katanya sebenarnya Adam masih mampu untuk tidak makan buah itu, namun mungkin dia dilema, seperti halnya kita ketika dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama punya makna.

Allah melarangnya, tetapi sang kekasih mengajaknya. Kalau kita dalam kondisi seperti itu, mungkin nggak akan dilema, tapi langsung mengikuti ajakan kekasih kita, kecuali masih sedikit mampu memarkir keimanannya. Nabi Yusuf saja hampir menuruti ajakan zulaikha, andai saja tak tampak burhan Allah dimatanya.

Dalam analisa penulis, pada awalnya Adam dan Hawa bentuk tubuhnya sama, karena terdiri dari nafs (tubuh) yang sama, hanya saja Hawa lebih cepat dalam penciptaannya daripada Adam, sebab Hawa tidak tercipta dari nol alias dari tanah secara langsung, akan tetapi dengan metode pencangkokan, maka tak heran jika tubuh kaum Hawa cenderung empuk walau dagingnya tak seberapa. Dari sini pula bahwa Hawa terhitung lebih muda dari Adam, apa yang terjadi jika kita punya kekasih yang begitu muda, tentu akan memanjakannya, bahkan apapun keinginannya akan kita turuti walau terkadang harus menanggung luka.

Perubahan secara drastis adalah pasca makan buah terlarang itu, dalam al qur'an disebutkan, maka nampaklah aurat mereka berdua. Didukung penjabaran beberapa mufasir yang menafsirkan bahwa buah yang dimakan itu kini abadi pada anak turunnya, karena Hawa makan lebih dulu maka buah itu sudah sampai dada, pada akhirnya payudara kaum Hawa agak berbeda, sementara Adam masih sampai pada tenggorokan ketika mereka berdua tersadarkan atas larangan yang telah dibuat lupa oleh si iblis yang mejadi musuhnya.

Dari kejadian itu, pelajaran membuat pakaian berawal dari daun-daun surga, serta penegasan kembali bahwa iblis adalah musuh bebuyutan yang akan selalu menjadi bayang-bayang selama manusia hidup didunia, dalam alqur'an disebutkan bahwa iblis itu suka dengan nuansa telanjang dada, dengan telanjangnya manusia para iblis tertawa melecehkan sebagaimana dulu melecehkan Adam dan Hawa kali pertama. Tentunya sebagai balas dendam atas vonis yang harus ditanggung akibat tak mau sujud pada manusia.

Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya 'auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpim bagi orang-orang yang tidak beriman.QS.7:27

Akhirnya karena kebersamaan Adam dan Hawa berakibat yang kurang baik dan melanggar aturan, maka Allah menurunkan mereka berdua secara terpisah, Adam di sekitar India (daerah Sri langka sekarang), sementara Hawa ada di Jeddah (Saudi Arabia sekarang).

Begitulah kehidupan manusia, kemarin baru saja menikmati surga berdua, kini harus menangisi beberapa dosa, ditambah perpisahan yang menambah kesedihan makin mambara, benar-benar sebuah ujian yang berat, harus berpisah dengan kekasih pujaan yang setia.

Pelajaran berikutnya adalah pelajaran menebus dosa dengan berbagai amal ibadah yang harus dikerjakan, dan dengan sementara biarlah kekasih hati sabar menanti hingga saatnya tiba, sebab Adam harus menyelesaikan kuliahnya he he he.

Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.QS.2:37

Pada Akhirnya taubat Adam diterima, disuruhlah Adam pergi ke baitullah (makkah), Hawa pun sama, hanya saja jarak yang ditempuh berbeda. Adam dari Sri Langka sementara Hawa dari Jeddah. Dari sini penulis punya analisa bahwa lelaki diberi kekuatan fisik yang lebih dari kaum Hawa.

Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia .QS.3:96

Maka di bukit Arafah mereka bertemu kembali setelah sama-sama lulus dari ujian yang selama ini memaksa mereka harus berpisah, dan kini tempat itu dikenang dengan jabal rahmah, bukit kasih sayang.

Dari kisah ini penulis punya analisa, bahwa manusia akan menemukan kekasihnya disuatu tempat, ketika menuju satu tujuan yang sama. Baik tujuan belajar, bisnis, ibadah dan berbagai macam tujuan, sebagaimana Adam ketemu Hawa adalah sebuah kebetulan, dengan tujuan utama haji. You must looking for your sekar kedaton (kamu harus mencari bunga istana mu) Dan hal itu terus berulang dengan berbagai versi yang sesuai dengan zamannya, bahkan tujuan pasrah pada seseorang pun bisa bertemu dengan pasangannya. Coba saja anda pikir dimana anda bertemu dengan kekasih anda, dan dalam tujuan apa?

Alliem
Cairo, Senin 03 Desember 2007
Engkaulah Bunga Istanaku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Katakan pendapatmu kawan

10 Artikel Populer