07 November 2007

Dua Menara Yang Berbeda

Dua Menara Yang Berbeda
Oleh : Mochammad Moealliem

Malam itu aku sengaja jalan-jalan menyusuri sebuah pasar yang begitu ramai, meski tanpa tujuan pasti, kakiku terus melangkah mengikuti ajakan otakku, yang punya rasa ingin tahu yang begitu tinggi akan kawasan dimana aku dan puluhan kawan dari berbagai negara mengikuti "Muaskar" atau semacam camp pelatihan dalam kamus.

Muaskar yang diadakan oleh Islamic Mission City, untuk mahasiswa luar Mesir yang berdomisili diasrama, untuk gelombang pertama membawa 80 an mahasiswa dari berbagai macam negara, dan saya termasuk salah satu mahasiswa Indonesia yang mengikuti di gelombang pertama, dan masih menyisakan 4 gelombang berikutnya dengan jumlah yang sama.

Selama satu minggu dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang dijadwalkan, kumanfaatkan setiap kesempatan kosong untuk jalan-jalan sekedar menambah pengetahuan sebuah kehidupan yang diciptakan Allah "rijalan katsiro wa nisa a" yang "lakum dinukum waly ad din"

Alexander itulah tokoh yang menjadi simbol kota ini hingga diabadikan menjadi nama sebuah kota tua Alexanderia dalam bahasa arabnya Al Iskandariyah, tentunya kita akan teringat sejarah mesir kuno, bahkan tak lupa dengan ratu cantiknya "Cleopatra" di era paronic dulu.

Sebuah kota yang memanjang menghadap laut mediterania itu tertata begitu rapi dibanding ibu kota negaranya Cairo, terlihat lebih bersih dan sedikit teratur, meski masih menyisakan sifat masyarakat yang begitu susah diatur.

Di setiap titik ditaruh berbagai macam benda sejarah mulai dari titik ujung barat kota itu terdapat benteng bersejarah milik sultan Quitbay, yang sudah di permak indah seolah masih baru, dengan sentuhan seni-seni yang modern menghias jalan masuk kesana, ketimur sedikit ada masjid abbas al mursi dan beberapa tokoh terkenal dalam agama islam, dengan menjulang gagahnya masjid tua yang berjajar dan keduanya dipakai jum'atan secara bersamaan, kalau di Indonesia hal semacam ini biasanya diributkan.

Ke sebelah timur sedikit ada yang namanya mahatoh roml, hanya sebuah taman dengan dengan sebuah monument ditengah-tengahnya, namun kalau kita mau sedikit berjalan kedalam kita akan menemui makam nabi danial serta lukman hakim tokoh terkenal dalam Al Qur'an. Ketimur lagi kita akan melihat perpustakaan besar yang menampung 25.000 judul buku, dengan mempunyai 10 milyar website perpustakaan. yang didesain khusus untuk menambah keindahan tepi pantai Islkandariyah. perpust ini telah ada pada masa julio 7 atau pada zaman Cleopatra masih cantik, sekitar tahun 48 sebelum Masehi. bisa anda lihat di http://sfed.mmv.bibalex.org/fede/main.asp

Mungin itu aja yang bisa aku tulis disini sebab masih banyak sekali yang aku lihat, untuk lebih jelasnya lihat aja sendiri, tapi sekarang kita keujung yang paling timur, ada istana megah dengan taman yang begitu hijau dan bagus, namanya montazah, istana raja faruk kalau nggak salah.

Ke arah barat sedikit ada jalan khomsah wa arbain, nah dijalan itu ada masyikhoh al Azhar cabang Iskandariyah tempat kita melakukan kegiatan yang sedang kita bahas ini, Miami nama daerahnya. diantara montazah dan masyikoh ini terdapat Islamic Mission City cabang Iskandariyah.

Sekarang kita jalan-jalan dipantai, sebab antara laut dan daratan itu dipisah dengan jalan yang lumayan lebar dengan trotoar yang rapi, berderet pagar yang sekaligus tempat duduk sepanjang pantai itu, kalau hari libur ramainya bukan main, yach "rijalan katsiro wa nisaa". Pantai yang begitu membuatku heran dengan aneka budaya dan warna masyarakatnya.

Anda tentunya sering negatif tinking " Menyangka buruk" kalau pantai tentunya begini-begitu dll, yang kemudian ketika anda mendengar kata pantai lalu di antem kromo bahwa pantai pasti......

"Dimana bumi dipijak disitu langit dijinjing" pantai adalah tempat yang netral, kita bisa beribadah dipantai dan bisa juga maksiat dipantai, pantai yang berjajar dengan jalan raya itu memang sangat ramai sekali, baik yang berenang atau pun yang duduk-duduk disepanjang pagar, jadi dipantai itu ada banyak cewek yang bercadar (look like ninja) meski tanpa membawa pedang, banyak yang hanya memakai jilbab yang wajar, ada juga yang memakai jilbab mode, ada juga yang nggak pakai jilbab, yang jelas nggak sama dengan pantai-pantai yang tertutup untuk umum.

Fenomena yang terjadi dipantai terkadang lucu, terkadang juga religius, terkadang juga maksiat, terkadang juga bersifat provit. jadi dipantai aku dapati sebuah papan besar bertluskan " udzkuru allah", dilain kesempatan seorang teman diberi Injil secara cuma-cuma, dengan adu argumen kecil-kecilan, disisi lain itu adalah aset devisa meski kebanyakan adalah wisatawan lokal yang kesitu, pokoknya penuh.

Saat jalan-jalan di sebuah pasar aku melihat menara yang menjulang tinggi diujung jalan ditengah-tengah pasar ramai itu, sidi basar nama daerahnya, aku pun ingin tahu menara yang membuat tertarik untuk mengetahuinya, ternyata setelah sampai disana memang ada dua menara hanya dipisah jalan diantara keduanya, namun menara itu punya ujung yang berbeda, satunya berujung bulang dan satunya berujung salib, dengan aktifitas yang sama-sama ramainya dengan pintu yang berhadapan, antara masjid dan gereja.

Perbedaan agama yang begitu ketat antara islam dan kristen yang begitu tenang setenang laut yang menghadap kota itu, namun menyimpan ombak-ombak yang begitu terasa jika kita berada didalamnya.

Pada malam penutupan yang dihadiri grand syeikh Al azhar, Dr. M. Sayyid Tantowi, yang selalu saja dikuti wartawan cetak maupun elektronik, dalam ceramahnya Grand Syeikh mangatakan teroris itu mujrimun, mujrimun, mujrimun. setelah hari kamis 21 juli 2005 terjadi kali keduanya ledakan di london. Grand Syeikh menegaskan bahwa hal itu bukan karena ada tekanan dari pihak manapun akan tetapi islam tidak seperti itu, di lain masalah Syeikh tantowi bercerita tentang mahasiswa al azhar yang sejak kecil sekolah di azhar, selama di MI harus hafal 18 juz, mts tambah 7 jus, MA ditambah 5 juz, danketika masuk dikuliyah azhar harus sudah hafal alqur an, namun itu untuk orang mesir.

"Dan kami memberi keringanan untuk warga asing" tegas Syeikh. dengan kata " laisa azhariyan man lam yahfad el qur'an" bukan orang al azhar orang yang tidak hafal alqur'an. dan orang Azhar harus mampu menjawab semua persoalan dengan dalil akly maupun nakly, kalau kalian nggak hafal qur'an, nggak hafal hadist bagaimana kamu faham tentang islam. Itu kata Syeikh.

Alliem
Sabtu, 23 juli 2005


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Katakan pendapatmu kawan

10 Artikel Populer