09 November 2007

I Come to Study, Not to Steady

I Come to Study, Not to Steady
Oleh : Mochammad Moealliem

Aku tak ingin seperti ayam yang mati di lumbung padi, hanya gara-gara membiarkan paruhnya diam dan tak ambil peduli dengan makanan yang begitu banyaknya, atau bahkan aku tak ingin seperti khimar yang memikul ratusan bahkan ribuan buku yang tak akan pernah mengerti isinya.

Musim telah berganti menjadi semi, tumbuh-tumbuhan berdaun kembali, udara pun segar seperti di Bali, malam mulai sempit seperti malamnya penganten baru, tiba-tiba pagi muncul kembali, buku-buku mulai menangis minta dibaca seperti perempuan yang minta dinikahi, semakin sulit memahami ternyata semakin asyik untuk dinikmati, buku yang berjajar rapi sembari memasang senyumnya pada judul yang membuat menarik hati, terkadang hanya sampul tanpa sebuah isi, ada juga yang begitu rumit, mbulet, dan berbelit-belit untuk mengungkapkan maksud hati sang pengarang yang berpendidikan tinggi.

Satu bulan lagi aku dan ribuan kawanku akan menikmati sajian internasional, yang hangat dan tentunya jaminan orisinil tanpa bahan campuran apa-apa, bahan-bahan yang dipakai diimpor dari jauh, terjaga ditempat yang masih asli kuno, entah demi mempertahankan sebuah tradisi atau bahkan memang mereka kurang tertarik dengan peralatan yang canggih, namun tidak semua yang dapat menikmai sajian ini akan tertawa, pun juga tidak semua akan menangis, bahkan ada pula yang biasa-biasa seperti tak ada apa-apa.

Aku pernah mendapat kabar bahwa untuk mensiasati hal ini ada metode yang bisa mengantar kita kepada keinginan kita, entah kita mau tertawa, tersenyum, menangis, atau bahkan biasa-biasa saja, ibarat ada tiga orang yang pergi disuatu daerah yang jauh, panas kadang juga dingin, mereka sejak awal keberangkatannya bertujuan mencari emas, setiap orang membawa karung, makanan, minuman, bahkan membawa ATM.

Pertama kali mereka melihat tempat itu dalam hati mereka terbesit rasa kecewa, ternyata hanya tanah gurun yang berdebu, banyak khimar berlalu lalang dan sok akrab, banyak preman berjubah, penghuni daerah itu sudah biasa dengan para pencari emas, bahkan banyak yang membantu pencari emas dengan memberi makanan, minuman, atau sekedar memberi tempat untuk istirahat, namun ada pula yang hanya bisa membantu dengan menyewakan rumah-rumah mereka dengan tarif standar para pencari emas, untuk memberi rasa yakin kepada para pencari emas itu, terpampang besar sebuah tulisan "sudah banyak orang sepertimu" tanpa diketahui secara pasti siapa penulisnya.

Sudah banyak pencari emas bergelar MA, sudah banyak pencari emas bergelar LC, apalagi pencari emas tanpa gelar sudah sebanyak pondasi piramida, sudah banyak pencari emas yang malas, sudah banyak pencari emas yang pindah profesi, sudah banyak pencari emas yang mencari perempuan, mereka terkadang lupa dengan tujuan awalnya bahwa tujuan mereka adalah mencari emas, bukan mencari mas abbas, mas tamim, atau mas-mas yang seperti mas alliem, he he he.

Tiba-tiba ada seorang tua dengan baju kurung yang menutup sebagian besar tubuhnya berpesan kepada para pencari emas, "kalau kamu ingin emas, bawalah batu-batu gunung sebanyak mungkin, nanti kalau kamu sudah sampai dirumah, batu itu akan menjadi emas", tiga orang itu kemudian terdiam sejenak dan memikirkan ucapan orang tua itu, dan mereka tahu betapa sulitnya mengambil batu-batu gunung itu sedangkan alat yang mereka bawa pas-pasan tentunya akan memakan waktu paling tidak 4 tahun bahkan lebih, akhirnya mereka memutuskan untuk mengikuti keinginan masing-masing tanpa menyalahkan keputusan orang lain.

Orang pertama, orang ini tidak percaya terhadap pak tua yang mengatakan batu bisa berubah jadi emas, tapi dia takut kalau pulang sekarang akan ditertawakan orang, karena sebelum berangkat dia sudah dibekali berbagai kebutuhan selama diperjalanan, akhirnya orang ini berpura-pura memecah gunung, namun sesekali ada cewek lewat dia akan menyapa bahkan menjadikan pandangannya ke gunung-gunung yang tak bisa berubah jadi emas, lelah juga ngobrol ngalor-ngidul dan balik ngalor maneh, akhirnya tertidur alias tidak sengaja tidur, lapar pun membangunkannya dan mengajaknyake sebuah warung, dan merasa daerah ini memang asyik untuk dinikmati.

Orang kedua, orang ini 50 % percaya dan sisanya tidak percaya, akibat keraguan yang ada, dia kurang konsentrasi memotong gunung itu, alat yang dibawa pun masih manual, cewek bagi orang ini sekedar tahu namanya sudah cukup, sebab kalau batu ini nanti jadi emas bisa untuk memilih cewek bahkan yang lebih bagus tidak sulit, orang ini cara kerjanya musiman, kalau lagi sadar dia kerjakan kalau lagi nggak sadar dia biarkan, yang jelas orang ini pun takut kalau waktunya pulang nggak dapat emas.

Orang ketiga, orang ini percaya dengan ucapan pak tua tadi, akhirnya orang ini tak mempedulikan apa-apa yang dia kerjakan terus memotong gunung itu, cewek bagi orang ini belum saatnya tahu apalagi sampai ngobrol, meski dalam hatinya tergambar juga tapi emas yang dia cari mengalahkan semuanya, waktunya tak pernah dia sia-siakan untuk hal-hal yang tidak perlu, hidupnya monoton, cuek dengan orang-orang yang berbeda dengannya, pokoknya dia ingin membawa batu dua karung sebab hanya itu yang bisa dipikul.

Waktu terus berputar, mereka kemudian pulang dengan apa yang telah dicarinya, orang pertama tidak membawa batu satu karung pun, orang kedua hanya membawa satu karung saja akan keraguannya, orang ketiga membawa dua karung yang dipikulnya, dalam perjalanannya mereka kembali dhantui oleh ketakutan, kegelisahan, dan tanda tanya besar, apakah yang akan terjadi ketika mereka sampai rumah dan hanya membawa karung-karung berisi bebatuan yang mudah didapatkan didaerah sekitar.

Ternyata, setelah mereka sampai dirumah, mereka semuanya kecewa, menyesal, dan sebagainya, ah entahlah pokoknya susah diceritakan.

Kembali masalah sajian, maksudnya sajian menu khusus musim panas bernama imtihan, untuk kawan-kawan yang berkesempatan belajar di Al Azhar university, demi sebuah ilmu yang akan dibawanya pulang, semoga kita diberi pengetahuan yang berguna bagi diri kita juga orang lain. oh iya...apakah anda sudah tahu akhir cerita itu? apakah anda juga akan kecewa jika cerita itu tidak diakhiri?

bersambung............

Alliem,
24 April 2006



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Katakan pendapatmu kawan

10 Artikel Populer