21 November 2007

Sejarah Setengah Dongeng

Sejarah Setengah Dongeng
Oleh : Mochammad Moealliem

Mungkin kita tak pernah peduli dengan sejarah, bahkan sejarah nenek moyang kita sendiri kita hampir tidak kenal, atau bahkan tak pernah dengar tokoh-tokohnya, entah karena hal itu dianggap tidak penting atau bahkan karena kebodohan kita yang cuek-bebek dengan leluhur yang menjadi sebab bagi kita wujud adanya.

Mungkin benar Bung Karno berpesan agar kita tak melupakan sejarah, untuk menjadi pijakan perbaikan negeri yang konon pernah menjadi negeri yang besar pada era Majapahit. Namun ternyata kita memang tidak lupa dengan sejarah, sebab bagaimana kita bisa lupa, kalau belum pernah tahu sejarah itu. Yang kita kenal dari Majapahit mungkin adalah sosok Gajahmada, itupun kenalnya karena menjadi nama universitas terkemuka.

Sejarah yang kita kenali barulah berkisar 50 sampai 100 tahun yang silam, atau mungkin penggalan-penggalan yang tidak urut pada masa sebelumnya, dan mungkin kita sudah memasukkan hal itu dalam kategori dongeng, sebab tidak tercatat akibat sumber daya manusia saat itu masih belum mencukupi kebutuhan. Pada Akhirnya sejarah hanya disampaikan dengan lisan secara turun-temurun didukung dengan kemampuan daya ingat yang minim pada akhirnya cerita melebar dan menjadi simpang-siur dan masuk pada kategori kabar burung.

Yang terjadi akhirnya kita kehilangan sejarah, atau tepatnya tidak tahu sejarah sebab sejarah nenek moyang kita ditulis orang lain, dan dibawa pulang ke negeri mereka. Maka tak heran kalau pingin tahu sejarah negeri kita menghabiskan biaya yang sangat mahal sebab catatan sejarah itu diluar negeri. Betapa pintarnya orang luar negeri itu ketika bangsa kita masih bodoh.

Tapi mau bagaimana lagi kalau nasi sudah menjadi bubur, lebih baik kita tulis sendiri saja sejak saat ini sejarah kita, agar anak turun kita nanti tak perlu keluar negeri hanya sekedar ingin tahu sejarah kita, kalau bisa kita tulis sejarah siapa saja, negeri mana saja, tentu akan berguna bagi generasi selanjutnya.

Untuk mengawalinya penulis ingin mencoba menulis sejarah setengah dongeng, sebab data yang penulis peroleh dalam penulisan ini sebagian penulis anggap sejarah karena tercatat, dan sebagian penulis anggap dongeng sebab jarang dicatat. Juga penggunaan istilah yang sebagian bisa dianggap benar dan sebagian dianggap belum tentu benar.

Pembaca tentu akrab dengan istilah kabar burung, tapi penulis yakin pembaca belum kenal sejarahnya. Karena akrab tak menjamin kita kenal, seperti halnya keakraban kita dengan bencana, namun kita belum mengenalnya, keakraban kita dengan kemiskinan, kita juga tak mengenalnya, keakraban kita untuk korupsi, kita juga enggan mengenali siapa dan seperti apa akibatnya, keakraban kita dengan kebodohan pun masih tak mampu mengenalinya, keakraban kita dengan nafsu pun kita belum mengenalnya, padahal katanya kalau kita ingin mengenal Tuhan kita perlu mengenal nafsu kita, lalu siapa yang sudah kita kenal?

Sejak kapan kabar burung itu dipakai manusia? Hayoo silahkan pembaca berfikir sejenak, dan simpan jawaban itu dihati pembaca dengan rapat, jangan plin-plan yach? Sebab biasanya kalau orang jawabannya kurang tepat akan berkata "sebenarnya jawabanku seperti itu".

Kabar burung menurut kamus manusia saat ini adalah adalah kabar yang belum tentu kebenarannya, namun kabar burung menurut kamus manusia zaman dulu adalah kabar yang benar adanya. Kabar burung saat ini lebih cepat dan lebih luas jangkauannya, bahkan burung pembawa kabarnya berkecepatan cahaya, sekali ada berita langsung bisa sampai, bahkan bisa menembus atmosfir. Ha ha ha pembaca percaya atau tidak?

Coba aja kalau nggak percaya, silahkan pembaca pergi ke bulan nanti aku sms pasti deh langsung sampai, baca berita lewat internet kapan berita di upload pasti deh langsung sampai, kirim email atau surat lewat internet, anda kirim dari pelosok desa pun penulis yang di Kairo langsung bisa membaca suratnya.

Kenapa disebut kabar burung? Karena pembawa surat dan berita biasanya berlogo burung, lihat aja kantor pos, juga fasilitas email di internet gambarnya burung pembawa surat. He he he, masih tidak terima diakal pembaca? Kenapa harus bergambar burung? Karena jaman Majapahit dulu pengantar surat adalah burung merpati dan itulah kabar yang tercepat pada zamannya.

Lalu apakah pembaca sudah punya jawaban, sejak kapan kabar burung dipakai manusia??

Namun sebelum Majapahit orang sudah memakai kabar burung, misalnya kabar burung gagak yang hinggap diatap rumah seseorang pertanda akan ada yang meninggal, tapi ingat yach, bahwa itu "kabar burung" benar atau tidak bukan urusan penulis. Kabar burung kuwntuwl (ejaan aslinya huruf o pada kata beo) yang terbang kearah barat pertanda akan hujan, kalau ke timur akan kemarau. Kabar burung dilaut, semakin banyak burung terbang diatas laut disitulah banyak ikan. Kabar purung emprit (pipit) pertanda hasil panen akan berkurang.

Jadi sejak kapan kira-kira manusia mengenal kabar burung? He he he, saya tahu pembaca tidak tahu jawabannya, dan mungkin akan punya pikiran bahwa penulis sendiri pun tidak tahu.

Baiklah akan saya sampaikan data saya, sejak kapan manusia mengenal kabar burung. Namun perlu ditelusuri dulu, zaman nabi Muhammad lahir ada kabar burung Ababil membawa kabar buruk untuk kaum Abrahah (pasukan bergajah) Nabi Sulaiman pun mengenal kabar burung Hudhud, hingga Akhirnya mengenal Bilqis.

Loh ternyata bukan saja orang jawa yang mengenal kabar burung, bahkan orang Arab juga mengenalnya, ketika ibu Hajar (ibunya Ismail) kebingungan mencari air, lalu naik turun bukit dan mencari dimanakah burung-burung itu terbang berputar-putar disitulah ada air.

Nabi Ibrahim pun dia ingin sebuah berita atau pernyataan bahwa Allah mampu menghidupkan yang mati dengan kabar 4 burung.

Dan ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati." Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu ?" Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap Allah berfirman: " ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu. : "Lalu letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera." Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.QS.2:260

Lalu kemudian kita melacak lagi sampai pada data yang ada, ternyata kabar burung dikenal dan difahami manusia sejak manusia itu ada, alias sejak zaman nabi Adam kabar burung dipakai oleh manusia, yaitu ketika qobil butuh solusi bagaimana harus berbuat atas mayat saudaranya.

Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya . Berkata Qabil: "Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" Karena itu jadilah dia seorang diantara orang-orang yang menyesal.QS.5:31

Akhirnya pembaca boleh mencocokkan jawaban dengan kesimpulan yang penulis ambil, dan ternyata burung tidak berbohong, lalu kenapa kabar burung saat ini dianggap tidak valid dan diragukan kebenarannya? Sebab kabar burung saat ini tidak dibawa oleh burung itu sendiri, akan tetapi dibawa oleh manusia yang diragukan kejujurannya meski atas nama burung pembawa kabar, sementara sang burung mulai dibantai atas nama kepentingan manusia. Kecuali burung Garuda dan burung yang menjadi kebanggaan manusia.

Allim
Cairo, Rabu 21 November 2007
Menunggu kabar burung Hudhud



2 komentar:

  1. Assalamu Alaikum, I don't speak Malay. Our native tongue Quran...
    23/57-61 . Sesungguhnya orang-orang yang sentiasa bimbang disebabkan takut kepada (kemurkaan) Tuhan mereka; Dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Tuhan mereka; Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan sesuatu yang lain dengan Tuhan mereka; Dan orang-orang yang memberi apa yang mereka berikan sedang hati mereka gementar kerana mereka yakin akan kembalikepada Tuhan mereka; Mereka itulah orang-orang yang segera mengerjakan kebaikan dan merekalah orang-orang yang mendahului padamencapainya.

    BalasHapus

Katakan pendapatmu kawan

10 Artikel Populer