09 November 2007

Oleh-oleh Dari Makkah

Oleh-oleh Dari Makkah
Oleh : Mochammad Moealliem

Apa yang ada dalam bayangan anda tentang Makkah, kota suci sejak zaman tak diketahui, sebelum Ibrahim meninggalkan Siti Hajar bersama Ismail fi waadin ghoiri szi zar'in Sebuah bukit tanpa tumbuhan, didekat baitil haram (Ka'bah). Mungkin kita tidak tahu persisnya kapan, yang jelas Ka'bah adalah rumah pertama yang dibangun untuk manusia. "Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia ."QS: Ali Imron : 96.

Hajar Aswad (batu hitam) dalam kisahnya barang siapa menciumnya, nanti diakhirat Hajar Aswad akan mengenali orang-orang yang pernah menciumnya, berbeda dengan cewek-cewek sekarang yang akan melupakan orang yang pernah menciumnya he he he. Kata Umar "seandainya nabi muhammad tidak menciummu, maka aku tak akan menciummu pula", batu hitam yang tinggal beberapa butir kecil itu kini terbungkus rapi dengan benda yang memberikan keamanan bagi dirinya dari para pencium.

Multazam, sebuah tempat antara hajar aswad dan pintu Ka'bah, salah satu tempat untuk berdoa yang mustajab, begitu pula maqom Ibrahim (batu yang menyimpan telapak kaki Ibrahim kala membangun Ka'bah), juga hijr Ismail dan masih banyak lagi tempat-tempat mustajabah untuk berdoa. Anda tidak usah berkecil hati bila belum diundang Sang Maha Esa untuk mengunjungi Baitullah, anda pun masih punya banyak waktu mustajabah selain ditempat-tempat itu. Dan disetiap hari ada satu waktu mustajabah, setiap minggu ada waktu mustajabah, berdoalah niscaya Allah mengabulkanya, ud'uny astajib lakum.

Sofa dan Marwa, ketika Ibu Ismail kebingungan mencari air, tiada saudara, tiada sanak family, tiada kawan, hanya berdua dengan Ismail yang masih kecil, terpontang-panting dilembah yang tandus, tanpa tumbuhan, tanpa air, sementara sang ayah kembali ke Palestina untuk meneruskan risalahnya, Sang ibu berlari kesana-kemari, naik sofa, naik marwa demi untuk mencari petunjuk dimanakah air itu ada, barangkali sekelompok burung terbang memutar diatas sumber air itu. Entah seperti apa perasaan siti Hajar dan Ismail waktu itu.

Zam-zam, tiba-tiba dibawah kaki dimana Ismail ditempatkan memancarkan air, dan siti Hajar mencoba mengumpulkannya dengan ucapan "zam, zam" hingga akhirnya lembah itu menjadi ramai karena banyak kafilah-kafilah berhenti beristirahat dan mengambil air untuk minum disana, hingga pada akhirnya lahirlah Nabi Muhammad dari keturunan Ismail bin Ibrahim.

Mungkin bagi rekan-rekan yang pernah haji sudah hafal tentang itu, disini penulis hanya ingin bagi-bagi oleh-oleh yang penulis peroleh ketika haji, setidaknya bagi kawan-kawan yang belum haji sedikit tahu tentang itu. Sebab penulis tak membawa oleh-oleh kecuali kenangan yang akan bisa diberikan ketika dtulis atau diceritakan.

Pada tanggal 8 dzul hijah para jamaah haji menuju mina, dengan bermacm sarana, ada yang sudah disiapkan bisnya, biasanya jamaah dari indonesia dan negara-negara yang lain, ada yang naik angkutan, ada yang berjalan kaki, meskipun jauh namun karena banyak sekali orangnya, jadinya tidak begitu terasa didukung hati yang gembira, kebetulan penulis ikut yang berjalan kaki bersama kawan-kawan, sebab kalau naik kendaraan macet, dan lebih cepat berjalan kaki, dari depan penginapan di dekat masjidil haram penulis mengabungkan diri bersama para pejalan kaki menuju mina, dan kebetulan jalur jalan kaki dekat dengan penginapan.

Sejak pagi sebelum dluhur, sudah mulai berjalan menuju mina dengan pakaian ihrom, masuk terowongan aziziyah, yang nyambung dari terowongan dibawah halaman masjidil haram, padahal gunungnya tinggi juga, penulis membayangkan dizaman nabi belum ada terowongan, paling tidak kalau mau ke mina harus naik-turun gunung yang sekarang ada terowongannya. Disepanjang jalan yang luas dan khusus pejalan kaki, ada atapnya, yach lumayanlah tidak terlalu kepanasan.

Jutaan orang menuju mina untuk melaksanakan kesunahan mabit di Mina pada tanggal 8 malam 9 dzulhijah, sesampainya di Mina, setiap jamaah akan mencari tendanya masing-masing, termasuk penulis pun mencari tenda, yang berbeda dengan orang yang haji dari Indonesia, tenda penulis bersama orang-orang Mesir, Aljazair dan sekitar negara itu, sebab berngkatnya dari Mesir.

Semacam kartu nama diberikan sebelum berangkat ke Mina, penulis kira Mina itu kecil seperti dalam keterangan kitab-kitab fiqh, namun ternyata lumayan luas, bahkan polisi lalu lintas aku tanya alamat tenda yang ada, dia bilang tidak tahu. Untungnya disetiap sudut ada peta lokasi Mina dengan model "anda saat ini disini". Setelah lumayan berputar-putar akhirnya ketemu juga tendanya, juga kawan-kawan Indonesia yang berangkat dari Mesir, ternyata letak tenda sudah melampaui batas daerah mina, bahkan sudah melewati "bidayat muzdalifah" awal Muzdalifah, ternyata benar Mina sempit tidak cukup untuk menampung lebih dari 2 juta manusia.

Mabit di Mina adalah sunah hukumnya, selama itu sholatnya disunahkan jamak dan qoshor, sebab rasanya lebih lelah perjalanan Mekah ke mina dari pada perjalanan Cepu ke Jombang, setelah mentari sembunyi penulis dan seorang kawan jalan-jalan ke Mina, sebab tendanya diluar mina, dan bisa dikatakan mabit ketika kita berada di mina pada malam hari walau sekedar lewat atau mencari batu. Berputar-putar di Mina hingga bosan melirik peta disudut-sudut jalan untuk mencari jalan kembali.

Pakaian kita semuanya sama, jadi tak bisa dibedakan antara menteri dan mantri, malam larut lumayan dingin sementara kita tak boleh menutup kepala, istirahat harus terlaksana sebab besok pagi akan menuju arafah, untuk wuquf disana mulai dluhur sampai maghrib, seperti aliran air yang deras derap langkah para jamaah menuju Arafah, entah berapa kilometer yang harus ditempuh namun ketika hati kita riang hal itu tak begitu terasa, sebagian madzhab mewajibkan bertalbiyah selama perjalanan.

Wuquf di Arafah pada tanggal 9 dzulhijah, adalah rukun haji, jika tidak mengikutinya maka hajinya batal, Jabal rahmah berada didalamnya, namun tidak ada kesunahan untuk kejabal rahmah, ibadah yang harus dilakukan adalah berdoa, sebab arafah termasuk tempat mustajabah, selama di Arafah kita pun melakukan sholat dhuhur dan ashar jamak dan qoshor. Setelah magrib kita pergi ke Muzdalifah untuk mabit disana dan melakukan sholat maghrb dan isya jamak dan qoshor juga, setelah tengah malam sebagian ulama memperbolehkan bagi yang ingin melempar jumroh aqobah, namun yang bagus ketika pagi setelah fajar, atau ketika kari raya idul adha, sebab nabi melakukannya waktu seperti itu.

Penulis pun menikmati muzdalifah semalam, setelah subuh para pejalan kaki menuju Mina untuk melampar jumroh Aqobah pada tanggal 10 dzulhijah, dan membawa batu sebanyak yang diperlukan. Waktu itu jamarat atau tempat melempar jumroh masih berlantai dua dan tugunya masih asli, kalau kemarin sudah diperlebar, dan kini sudah berubah lagi, karena banyaknya jamaah haji. Setelah melempar jumroh aqobah kita tahllul, minimal memotong tiga helai rambut, setelah itu kita pergi ke Makkah lagi untuk towaf Ifadloh, kemudian sai antara sofa dan marwa. Setelah selesai kita kembali ke Mina untuk mabit dua malam (nafar awal) atau tiga malam (nafar tsani) dan melempar tiga jumroh tiap harinya, setelah selesai itu semua selesai juga ibadah haji.

Konon kisah pelemparan batu dijamarat adalah mengenang sejarah Ibrahim yang sedang diuji Allah atas dua pilihan yang sama-sama berat, bayangkan saja Ibrahim dengan umur yang cukup tua belum dikaruniai keturunan atas perkawinannya bersama Sarah, tak lama kemudian Ibrahim menikah Hajar dan melahirkan Ismail, bagaimana rasa sukanya terhadap sang anak yang ditunggu-tunggu, ternyata Allah mengujinya dengan dua pilihan, memilih Allah atau memilih anak.

Ibrahim mendapat titah untuk menyembelih Ismail anak kesayangannya, Ismail berkata pada ayahnya, kalau memang itu perintah Allah, laksanakanlah ayah, semoga aku termasuk orang yang sabar. "Maka tatkala anak itu sampai berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar"QS;Ash Shafat : 102.

Ketika itu syaitan mencoba memperdaya Ibrahim, Hajar dan Ismail agar tidak melaksanakan perintah Allah atas dasar kemanusiaan, akhirnya syeitan dilempari batu oleh Ibrahim yang sekarang diabadikan menjadi ritual haji. Karena Ibrahim telah memilih Allah darpada anaknya maka ketika Ismail hendak disembelih turunlah malaikat membawa domba untuk berkorban, sekarang diabadikan dengan hari raya qurban, dan Ismail tak jadi disembelih.

Mungkin waktu itu syeitan keliatan oleh mata manusia, malaikat juga keliatan, Jin juga keliatan, atau mungkin itu adalah sebuah keistimewaan bagi para nabi Allah melihat hal-hal semacam itu. Hingga pada akhirnya Ibrahim dan Ismail membangun Ka'bah yang didomentasikan dengan bekas telapak kaki Ibrahim di maqom Ibrahim, yang konon batu itu bisa naik turun, seperti batu yang ada di masjidil aqsa, ketika hendak ikut nabi Muhammad ketika isra mi'raj, namun jibril melarangnya. huch jadi seperti khayalan. Tapi memang dunia dulu adalah dunia penuh khayalan, itulah kelebihan orang-orang yang disayang tuhan.


Alliem,
Rabu, 06 Desember 2006
Izinkan aku Engkau sayangi




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Katakan pendapatmu kawan

10 Artikel Populer