12 November 2007

Persahabatan Dalam Perbedaan

Persahabatan Dalam Perbedaan
Oleh : Mochammad Moealliem & (No Name)

Perjalanan panjang dalam hidup kita ini, sudah cukupkah bagi kita untuk memahami inti persahabatan dalam keberbedaan dengan yang lain? Ataukah kita masih memuja egois kampungan yang selalu ingin menjadi yang paling baik dari yang lain? Ataukah kita akan menjadi manusia yang tak akan pernah tahu punggung kita yang berlumuran, jika tak berkaca dengan yang lain.

Kita tak perlu lagi tertawa sendirian tatkala bahagia, tapi kita akan selalu bersama sembari bertanya adakah kita telah bahagia di balik tawa kita; akankah lama?ataukah kita tertawa melihat orang lain menderita, tersiksa, berkacalah pada mereka, dalam kepolosan ucapan mereka terdapat cermin yang tak ternilai harganya.

Kita tak akan lagi terluka, tatkala kesunyian mendera, karena semua sahabat pernah merasakan kebersamaan kita, meski tak harus ditempat yang sama, tak harus baju yang sama, tak harus madzhab yang sama, tak harus cara pandang yang sama, bukankah perbedaan itu adalah keindahan yang nyata.

Sekali waktu kita memang butuh untuk terluka, terasing dalam kesunyian, dengan segala keresahannya, yang membuat kita tak lagi mengagungkan apa yang kita miliki di alam fana kecuali para sahabat dalam suka dan duka. Kita memang butuh untuk mengistirahatkan kerja fisik dan tak lagi mengandalkan logika untuk menyelesaikannya dan mengetahui siapa kita sebenarnya setelah kita lelah mengembara.

Benar-benar waktu di mana kita berkaca dan berhias disana, kita diam termangu, mencari titik hitam dalam diri kita, tutur kata kita, sikap kita. Setelah kita mengetahuinya, kita harus mencoba lebih baik dari perjalanan hidup kita yang telah lalu….

Sadarkah kawan?, kenapa mesti kerinduan yang amat membuat kita tak berdaya yang menjadi cobaan terberat dalam hidup kita?? Pada siapakah seharusnya kita letakkan rindu kita yang pertama? Tentunya pada Dzat yang tak tertandingi kecantikan-Nya.

Sadarlah, bahwa rindu kita akan-Nya, akan selalu membuat kita merasa bersalah akan segala sikap kita pada Dia, bukankah pada saat itu, kita mencoba untuk lebih baik dan melakukan yang terbaik buat-Nya? Termasuk juga buat diri kita dan kawan semua.

Sungguh lewat kerinduan kita harus mengambil pelajaran, bagaimana bersikap, bertutur dengan hati, sampai akhirnya kita terbiasa untuk berbuat baik pada-Nya, dan orang di sekitar kita.......kapan?? Sekarang juga kita harus memulainya!!

Semoga dengan kerinduan, kita belajar mengasah emosional. Setelah kita lelah berdiskusi, seminar yang kontroversional, yang benar-benar membuat fikiran ini capek, lelah dan belum tentu berujung kebenarannya, dan kita juga boleh mengabarkan pada mereka semua bahwa kerinduan tercipta untuk membaringkan kelelahan. Sebagaimana Hawa yang setia menemani sang Adam yang kelelahan menjadi khalifah bumi kita.

Kini kita tak perlu lagi mengeluh pada-Mu, setelah Engkau sungkurkan kita sebab rindu kita pada-Mu, kita percaya Engkau akan selalu membimbing kita semua. Tiada yang dapat mengganggu kemesraan kita dengan-Mu jika Engkau menghendakinya, dan tak akan ada yang mampu mencipta kemesraan jika Engkau tak menghendakinya.

Mungkin dibanding mereka yang mengatakan kurangnya kebermaknaan akan hidup kita sebab merindu, kita akui sajalah, kita memang tidak sesukses mereka di dunia yang begitu menggiurkan kita, yang akan mengorbankan nurani kita yang antik demi kehidupan yang hidonic, materealistik, dan penuh polemik.

Tapi yakinlah kawan, kita tak perlu terlalu sering mengeluh sebab seringnya logika ini terpenjara, asalkan kita berusaha dan pasrah tak henti-hentinya akan karunia Sang Pencipta, tentulah jalan akan terbuka, sebab tertutup bukanlah selamanya.

Kita akan berusaha semampu yang kita punya, supaya kehidupan kita yang dipandang dari kacamata idealitas mahasiswa, terhitung kurang berguna, agar bisa menjadi sesuatu yang tak kalah ampuhnya untuk mencapai kesuksesan di masa selanjutnya.

Mari bersama, kita mengasah emosional serta mencerdaskan spiritual lewat kerinduan akan sebuah kebenaran dan pertemuan dengan-NYA..

Dan kehidupan
Adalah kebermaknaan yang berbeda
Untuk satu tujuan Mulia
"Selalu Dalam Ridlo-Nya"

Aku, kamu, dan kita semua
Ciputat, Jum'at 20 April 2007
Cairo, Selasa 24 April 2007




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Katakan pendapatmu kawan

10 Artikel Populer