07 November 2007

Kesedihan Tak Merubah Takdir

Kesedihan Tak Merubah Takdir
Oleh : Mochammad Moealliem

Anda tentu masih ingat komentar teman kita bahwa najah dan rosib adalah biasa bagi mahasiswa Al Azhar, akan tetapi ketika kita najah (naik tingkat) wajah kita terlihat segar, dan senyum ceria pun menghias bibir mereka dengan sedikit lesung pipi yang menandakan kebahagiaan, dan terkadang mereka sombong atas keberhasilan yang mereka capai selama ini, terlebih mereka yang mendapat nilai tinggi.

Bagi yang rosib (mengulang) mungkin ada yang sedih ada juga yang bahagia, tentunya anda akan penasaran dengan mereka yang bahagia, untuk itu kita bahas yang tidak bahagia dulu, rosib memang bukan sebuah tujuan akan tetapi merupakan kegagalan yang terjadi, mungkin sering kita dengar pesan teman-teman kita, kegagalan yang membuat kita tersipu lebih baik dari kesuksesan yang membuat kita sombong, mungkin itulah sedikit kata yang bisa menghibur kita ketika gagal.

Memang berbeda sekali dengan di Indonesia, jika di Indonesia pernah saya dengar istilah mahasiswa abadi akan tetapi kalau di Mesir nggak ada mahasiswa abadi, gagal dan menambah jumlah semester adalah wajar bagi mahasiswa di Indonesia toh masih bisa naik semester berikutnya sambil mengulang materi yang tertinggal, dan terkadang masih bisa dipersingkat dengan kuliyah pendek.

Terkadang terbesit diotak masisir (mahasiswa indonesia mesir) untuk kembali ke Indonesia dan kuliyah dinegeri sendiri yang lebih mudah dan lebih cepat serta lebih bebas dalam beraktifitas, namun ternyata hal itu bukan merupakan solusi yang tepat, hanya sebuah impian yang belum tentu sesuai dengan apa yang kita harapkan.

Berbeda sekali jika anda kuliah di al Azhar, yang sistemnya seperti sekolah menengah atas, jadi ada paket lima tahun dan ada paket 4 tahun, paket lima tahun khusus pada syariah dan qonun, dan selain fakultas syariah qonun hanya 4 tahun untuk meraih gelar Lc. Sangat simpel bukan akan tetapi setiap tahun hanya mempelajari paling banyak 20 materi yang akan diujikan dua kali, 10 materi dimusim dingin dan 10 materi dimusim panas, lalu keluarlah yang namanya "natijah" adakah kita naik tingkat ataukah mengulang madah yang tertinggal.

Unik memang, ketika kita tidak mampu menyapu bersih 20 madah itu kita nggak bisa untuk naik tingkat, kecuali hanya dua mata kuliyah maka ada diskon tersendiri, ketika kita dalam satu tahun itu masih menyisakan 3 matakuliyah dan selebihnya maka dalam satu tahun selanjutnya hanya mengulang materi itu tanpa materi yang lain.

berbeda pada S2 Al Azhar meski matakuliyahnya cuman 7 per tahun, tapi kalau ninggal 1 maka harus mengulang semua materi pada tahun berikutnya, nah bagaimana solusi untuk menyiapkan kondisi psikis kita ketika mendapati pengumuman yang menghias tjuhbelas agustus ini.

Orang-orang yang sedih

Ketika kita merasa mampu mengerjakan soal yang simpel dengan batasan diktat yang begitu tebal untuk dihafal, tentu kita punya sedikit ketenangan hati, akan tetapi itu bukan jaminan anda akan naik tingkat selanjutnya. Nah biasanya kesedihan yang dalam terjadi bagi mereka yang merasa bisa menjawab namun masih saja tidak mampu menjawab sesuai keinginan sang dosen, terlepas apakah itu kelemahan kita dalam memahami soal atau ke-killer-an sang dosen. Memang bukan masalah yang membahayakan kehidupan hanya saja hal ini berkaitan dengan mental kita pada saat yang masih ramai dalam pembicaraan pengisi kekosongan.

Hal semacam ini memang sangat berbahaya jika kita tidak mampu menyikapinya dengan ketebalan keimanan kita bahwa seperti apapun sedih kita, toh, hasil itu tak akan pernah berubah, mending kita terima dengan lapang dada dan kita tanamkan bahwa kegagalan adalah sebuah pengalaman yang menunutun kita kepada keberhasilan.

Memang saat-saat seperti itulah saat yang tepat untuk koreksi diri, meneliti lebih lanjut faktor yang melatarbelakangi terjadinya kegagalan, bukannya terus-menerus sedih yang menambah kebodohan kita, kalau kita mau berfikir sedikit ayat al qur'an tentang jihad, bahwa terkadang sesuatu yang kita sukai adalah tercela bagi kita dan terkadang sesutu yang kita benci adalah yang baik bagi kita. Hubunganya dengan jihad adalah bahwa belajar adalah merupakan bagian dari jihad akbar yang harus dilakukan oleh para pelajar.

Untuk yang lagi sedih, tersenyumlah....

Sebab kesedihan anda adalah bagian dari sejarah hidup yang akan anda ceritakan pada generasi berikutnya, rubahlah kesedihan itu menjadi bermutu, dengan mengembalikan sesuatu kepada Allah, mungkin ketika kita mengikuti aliran ahlisunah bahwa apa yang kita lakukan adalah merupakan manifestasi sifat af al tuhan, dan kita punya sebuah ikhtiyari untuk memilihnya, kalau mengikuti aliran mu'tazilah kalau kita belajar, kita tentu bisa, karena perbuatan makhluq tidak berhubungan dengan perbuatan tuhan, dan makhluq bertanggung jawab atas perbuatannya, jadi najah dan rosib menurut mu'tazilah adalah hasil kerja manusia itu sendiri.

Memang berbeda sekali metode yang dipakai dalam setiap lembaga pendidikan, terlebih dengan di Indonesia (meskipun saya nggak pernah kuliah diindonesia) yang saya dengar kalau kuliyah di Indonesia tiap minggunya mereka akan sibuk dengan pembuatan makalah untuk dipresentasikan meskipun toh yang buat makalah secara kelompok hanya orang-orang yang bisa, dan yang lain cukup dengan sami'na wa ato'na.

sudahlah jangan kau pikir kegagalanmu, tapi pikirlah agar kegagalan itu tidak sia-sia.

Alliem,
14 agustus 2005

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Katakan pendapatmu kawan

10 Artikel Populer