07 November 2007

Masih Saja Ku Diam Seperti Dulu


Masih Saja Ku Diam Seperti Dulu
Oleh : Mochammad Moealliem

Minggu lalu 20 maret 2005, dalam sebuah diskusi bersama tokoh liberal Mesir dengan para mahasiswa mesir di aula wisma nusantara, dengan tema kritik liberalisme dan konservatisme, dirancang sebelumnya duduk bersama Dr. Hasan Hanafi (tokoh liberal) bersama pemikir muda al azhar namun akhirnya Hasan Hanafi cukup bersama rois al jalsah (moderator) sebab duktur Al azhar tidak bersedia hadir satu meja dengan tokoh liberal itu.

Dengan diawali dua pembicara dengan berbahasa Indonesia, yang menjelaskan tetek bengeknya tentang pemikiran-pemikiran mulai yang liberal sampai yang radikal, juga mencoba menjelaskan pemikiran-pemikiran Hasan Hanafi yang tertulis pada buku-bukunya yang begitu menggoda untuk membaca judulnya, namun akan pusing kalo baca isinya.

Terlihat ruangan wisma penuh dengan para mahasiswa baik baru maupun lama, terbesit pada sorot mata penasaran seperti apakah tokoh yang se liberal Hasan Hanafi bagi yang baru datang, bagi yang sudah lama kelihatanya hanya sebuah penasaran atas pemikiran-pemikiran itu, dan mungkin sudah membawa banyak bekal pertanyaan yang akan diajukanya nanti, dan bagi saya hanyalah sebuah pengetahuan yang tidak harus saya makan mentah-mentah atau mungkin saya masih kurang setuju dengan pemikiran liberal yang menjalar itu.

Dua jam waktu yang diberikan Hasan Hanafi pada panitia, panitia pun kelihatanya tahu kalo banyak peserta yang sudah mengantongi pertanyaan, tanpa banyak basa-basi atau mungkin tidak bisa sebab terkadang peserta dibuat tertawa melihat sang moderator yang kadang-kadang mencampur bahasa arab fushah dengan ammiyah, sekitar satu jam Hasan Hanafi memberi presentasi gratis untuk para peserta diawali dengan sindiran yang begitu membuat kita menertawakan diri sendiri, dengan gaya yang santai hasan hanafi bilang " di Indonesia itu Ihya Ulum addin menjadi kitab nomor dua setelah al Qur'an" serentak para peserta tersenyum sambil tertawa (tertawa setengah hati).

Tidak banyak yang bisa saya rekam dalam benak saya, disamping bahasa arab yang membuat kepala agak pusing mendengarnya selama satu jam, sambil mencoba meraba makna yang sesuai maksud pembicara, yang jelas hasan hanafi mencoba menjawab tantangan zaman, agar umat Islam tidak kalah dengan non Islam, Hasan Hanafi juga menegaskan bahwa liberal tidak menghalalkan yang haram, pun juga tidak meninggalkan sholat, atau dalam istilahnya tidak meninggalkan syariat islam.

Banyak disinggung tentang faham Asy ariyah, tentang al Ghozali, dan tokoh-tokoh lain, dan terlihat kurang setuju dengan pembatasan-pembatasan yang dilakukan oleh orang-orang asy ariyah, dan lain sebagainya.

Satu jam berselang dimana Hasan Hanafi menjadi penceramah tunggal tanpa pembanding, lalu kemudian tiba waktunya pada dialog atau sesi tanya jawab, sepintar apapun kalo mahasiswa masih kalah dengan doktor yang pinter, itulah mungkin yang saya lihat dalam sesi itu bagaimana pun bentuk pertanyaan yang diajukan, baik yang menentang maupun yang minta penjelasan terjawab oleh Hasan Hanafi, hanya beberapa soal yang tidak dijawabnya sebab tidak sesuai maudlu' yang disajikan.

Dalam dua jam itu teman-teman tambakberas (fismaba) dan saya termasuk disitu, belum mampu melempar sebuah pertanyaan, memang rasanya masih minder atau bahkan kita tidak faham sama sekali apa-apa yang sedang dibahasnya, bahasa arab kita-kita masih saja lemah, dan hanya berani berhadapan dengan tukang sayur atau servis telephon ke Indonesia, belum mampu berhadapan dengan se level doktor, padahal Hasan Hanafi terlihat memaklumi kelemahan bahasa para mahasiswa yang terkadang seperti susah ngomongnya, maklum ngomong sambil mikir susunan kata di tambah meraba maknanya belum lagi mengingat apa yang mau di tanyakan, asyikkan?

Mungkin saja kalo Hasan Hanafi bisa berbahasa Indonesia mungkin kita akan menghujani dengan berbagai pertanyaan, namun itu juga kemungkinan, dan kemungkinan yang lain akan tetap saja diam seperti itu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Katakan pendapatmu kawan

10 Artikel Populer