07 November 2007

Karnech


Karnech
Oleh : Mochammad Moealliem

Sebagai pelajar yang menimba ilmu di lembaga-lembaga pendidikan baik formal atau non formal tentu pernah merasakan keharusan akan sesuatu yang mesti dimiliki bagi setiap pelajar baik dari seragam sekolah, buku paket, potongan rambut, dan tak ketinggalan kartu pelajar, bahkan sampai sepatu, dan sebagainya.

Seberapa pentingkah hal semacam itu bagi keberadaan pelajar di al azhar Cairo, Mesir?

Al azhar university memang berbeda dengan universitas-uninersitas di Indonesia, jika di Indonesia para mahasiswa memiliki warna jas yang sama dan lain sebagainya sebagai sebuah identitas keberadaan mereka belajar, berbeda dengan di azhar yang memberi kebebasan luas terhadap para anak didiknya dalam berpakaian dan bergaya sesuai dengan kemauan dan ukuran kesopanan setempat.

Mungkin dikarenakan pemisahan lokasi belajar antara laki-laki dan perempuan layaknya beda universitas, para mahasiswa dalam berpakaian tak serapi mahasiswa Indonesia pada umumnya. Memang Cairo bukan Amerika atau Eropa, yang mana standar "necis" nya berbeda, di Mesir yang notabene penduduknya warga arab atau termasuk darah arab meski dari postur tubuhnya berbeda sekali dengan arab saudi yang terlihat kecil, dalam memilih warna pakaian pun berbeda, serta ukuran "keren" secara rata-rata berbeda dengan mahasiswa Indonesia dimanapun berada.

Bagaimana pakaian mahasiswa al azhar?

Mungkin anda berprasangka mahasiswa al azhar dalam berpakaian seperti pakaian orang-orang saudi arabia yang memakai "jalabiyah" pakaian itu lho yang kata orang indo jubah, disertai sorban merah penutup kepala atau putih dan kadang diikat dengan karet warna hitam.

Sebenarnya bukan seperti itu, namun bukan pula tidak ada seperti itu, karena banyaknya mahasiswa dari berbagai macam negara di penjuru di dunia maka pakain pun bercorak ala negara masing-masing dan kadang terjadi persilangan dan sebagainya, detailnya mungkin bisa kita urutkan

1. Pakaian biasa setara internasional yaitu baju serta celana baik jeans, wol, katun, apa saja pokoknya baju dan celana, dipakai rata-rata mahasiswa dengan berlengan panjang bagi orang-orang arab, dan lengan pendek bagi orang-orang asia kalo musim panas

2. Kaos, dipakai yang punya kaos

3. Jubah baik pakai tutup kepala atau pun tidak, dipakai sebagian orang arab, sebagian indonesia, sebagian malaisya, sebagian pakistan, dan yang suka pakai jalbiayh

4. Jas, jaket, dll sama dengan dimana mana

Itu dari segi pakaian, namun itu tidak penting ada yang lebih penting dari hal hal itu tadi yaitu karnech, karnech dalam bahasa Indonesia bisa diartikan kartu identitas, baik kartu mahasiswa, kartu langganan bis kota, kartu-kartu yang lain, namun kalo kartu resmi bukan termasuk karnech, Cara membuat karnech di al azhar ( sebab tahunya cuma itu ) untuk yang tahun pertama atau tingkat pertama ( pengganti istilah semester 1&2 ala indo) rasanya tak semudah bayangan anda buat ktp, kita musti membawa poto copy paspor dan juga paspornya untuk diperiksa, harus periksa darah tapi bukan cap jempol darah kaya disurabaya itu, atau bahasanya "tahlil al dam" agar diketahui apa terkena aids apa nggak, yach semacam itulah itu pun kadang kita dibuat menunggu hingga menguras kesabaran dalam ijroat, kadang kita udah nunggu dari pagi sampai siang eh malah dibilang : bukroh (besok) dan jangan marah kalo besoknya mereka bilang lagi : ghodan ( besok ) yach masalahnya kalo lagi rame yang mau buat itu kita mesti kalah adu kuat sama orang setempat yang punya watak susah diatur apalagi disuruh ngantri.

Kegunaannya, bagi mahasiswa arab setiap masuk pintu gerbang azhar harus menunjukkan karnech tersebut bila tidak maka tidak diperkenankan masuk kampus, namun kalo bukan arab, Indonesia misalkan nggak usah pakai periksa bebas masuk.


Kegunaan paling penting adalah sebagai nomor ujian, jadi nomor karneh tuh nomor bangku ujian juga dan kalo tanpa karnech tidak diperkenankan ikut ujian dan hanya bisa diganti dengan paspor dalam keadaan darurat. Apalagi kalo hilang mesti minta surat keterangan polisi, masih banyak lagi kalo kita ke ahram (piramida) kita hanya akan dikenakan biaya 50 % dengan menyodorkan karnech, ketempat wisata-wisata yang lain pun sama, kedudukanya bisa mengganti paspor jadi kemana mana tak harus bawa paspor asal karnech ditangan dan masih banyak lagi.

Seperti apa sih? anda pun punya dugaan yang keliru jika anda tidak pernah tahu, bentuknya yach cuma kertas berkuran 7 x 10 cm, pokoknya sebesar ktp lah, dengan catatan nama, no, tingkat, photo dengan steples pengikatnya sedikit tanda tangan dan setempel, kalo mau di laminating itu urusan pemiliknya.

Yach cuman begitu dengan warna dasar yang sama untuk seluruh mahasiswa al azhar fakultas apapun. Dan warna itu berubah setiap awal tahun, jadi setiap setahun sekali mesti di tajdid (diperbarui)

waktu terus berlalu
jangan diam membisu
kau manusia bukan batu
kurindukan tulisanmu

--==( alliem )==--
Senin, 07 juni 2004

Catatan: Sejak ajaran 2006-2007 Al azhar mengganti karnechnya yang lungset itu dengan karnech seperti kartu atm.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Katakan pendapatmu kawan

10 Artikel Populer