07 November 2007

Warna Demo Kreasi


Warna Demo Kreasi
Oleh : Mochammad Moealliem

"Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar" dengan lantangnya seorang pemuda mengawali sebuah teriakan yel-yel yang terjadi tepat setelah selesai melaksanakan sholat jum'at di masjid Al azhar pada tanggal 20 mei 2005 tepatnya sehari sebelum imtihan musim panas dimulai.

Kebetulan waktu itu aku sedang mengikuti jum'at disana, dari arah yang berlawanan atau dibelakang saya, sebab yang tadi didepan saya, "uskut ya wala', uskut ya wala" (diem menn!!) terlontar dari seseorang yang dalam analisa saya dia adalah orang-orang petinggi partai pendukung presiden mesir yang sudah menjabat sejak saya lahir sampai sekarang, terlihat di saku jaznya tertulis "na'am limubarok" dengan beberapa rombongan yang sudah membawa sepanduk dukungan untuk sang presiden itu.

Pemuda yang pertama tadi semakin keras mengatakan yel-yel yang berlawanan dengan para pendukung presiden, dan mereka pun tidak sendirian, seolah bagi yang sefaham langsung ikut nimbrung bersorak ramai, terlihat main adu keras suara, padahal itu baru saja salam dari sholat jum'at aku pun agak menikmati adu mulut dari dua kubu yang sama-sama punya sifat kepala batu, namun aku hanya takut kalo sampai berantem bisa-bisa ada hantaman nyasar bisa gawat.

Masjid Al Azhar memang sering di pakai demo bahkan setiap jum'atnya, biasanya demo-demo yang tak berhubungan dengan pemerintahnya sendiri akan tetapi seperti demo anti israil atau anti amerika, bukan masalah apa-apa sebenarnya mereka memilih demo di masjid al azhar, hanya sebab nggak ada tempat bagi mereka untuk menyalurkan aspirasinya, kecuali di masjid. Sebenarnya sudah banyak dikritik bahwa masjid bukanlah tempat demontrasi, namun entah kenapa mereka seolah nggak punya tempat penyaluran aspirasi mereka, dan masjidlah salah sat alternatif terakhirnya.

Sebelumnya sang khotib jum'at sudah menghimbau dalam khutbahnya yang diambilkan dari sebuah hadis tentang larangan mencabut pedang kepada sesama muslim atau pun kepada non muslim yang hidup di bawah kekuasaanya, dan kelihatanya sang khotib agak menyayangkan tindakan beberapa oknum yang membuat fitnah (tanpa saya tahu apa maksud fitnah itu). Dan lagi sang khotib sedikit mengungkap pesan nabi ketika akan berjihad diantara dilarang membunuh orang tua, anak kecil, dan juga wanita. mungkin karena waktu itu belum adanya emansipasi, mungkin setelah adanya emansipasi, pengecualian tinggal orang tua dan anak kecil dan selainnya boleh dibunuh dalam medan perang.

Beberapa kamera, handicame dan yang lain terlihat sibuk mencari tempat yang strategis untuk mendokumentasikan peristiwa ini, aku pun langsung menghindar dari lokasi adu mulut yang makin lama makin keras yang yang terjadi di kawasan masjid di bangunan zaman fathimiyah dan ustmani itu. namun aku yakin itu hanya adu mulut nggak bakalan adu otot, sebab ratusan polisi telah bersiaga sebelum para demonstran itu memasuki masjid untuk sholat jum'at.

Dua jam sebelum adzan jum'at kebetulan aku sudah disana, dan aku lihat puluhan polisi berseragam abu-abu dan celana hitam sudah duduk disekitar gerbang masuk masjid, polisi berseragam putih-putih duduk dipintu bagian luar, kemudian polisi berseragam preman sudah memasuki masjid satu setengah jam sebelum adzan, jumlahnya sekitar lebih dari seratus dengan ciri yang aku dapati dengan pentungan hitam sepanjang 30 cm per orangnya dan kemudian langsung berkumpul disebuah ruangan bagian masjid.

Sekitar 15 mobil truk tertutup berbaris didepan campus al azhar lama, yang tepat berada disamping masjid dengan berisi pasukan bertameng yang ditanam dihalaman masjid setiap satu meternya, dibagian luar gerbang dijajar polisi bertameng lengkap dengan pentungannya begitu rapat lapis dua. pokoknya kalau dihitung antara yang demo dengan polisinya banyak polisinya. belum lagi setiap pintu bagian dalam dijaga dua lapis 20 an polisi preman setiap sisinya (kiri dan kanan).

pokoknya asyik dan agak takut, yach kayak nonton film horor gitu loh. takut tapi penasaran dan terlihat kok bisa begitu yach..

Aku pun nggak menunggu adu mulut itu selesai aku sudah keluar dari masjid dan melihat polisi yang begitu banyak dan kelihatanya itu udah dari dulu namun yang sekarang terlihat lebih banyak lagi setelah terjadinya ledakan di samping masjid al khusein yang terletak bersebelahan hanya terpisah jalan dan satu gedung idaroh al azhar, yach sekitar 100 meter antar dindingnya. dan disana pun di pakai jum'atan pun juga dijaga polisi, namun tak sebanyak di masjid al azhar saya kira, terlebih Mesir akan melaksanakan pemilu.

Beberapa waktu yang lalu ketua MPR juga diundang oleh pemerintah Mesir entah apa yang dibahas, kalau menurut pak Hidayat (ketua MPR RI) ketika dalam pertemuan dengan mahasiswa di auditorium SKolah kamil al azhar campus kedokteran hanya mengatakan ingin mencontoh aturan pemilu yang sukses di Indonesia. dan terlihat agak hati-hati sekali bicaranya ketika ditanya tentang masalah yang berkembang di perpolitikan di Indonesia.


Kembali lagi masalah demo disini...


Memang sangat-sangat jarang kita mendapati demo mahasiswa Mesir seperti di Indonesia yang begitu mudahnya, atau mungkin saja pengamanan yang begitu ketat yang menjadikan mereka berpikir ulang untuk melakukan demonstrasi, terlebih mahasiswa asing kayak kita-kita, jangankan demo mendapat kebebasan melakukan aktifitas, baik seminar, bedah buku, dialog dengan tokoh-tokoh aneh, mengadakan pentas, itu sudah sangat kita syukuri.

Nah, kalau mahasiswa al azhar dulu sering aku jumpai demo pro palestina dan menentang israel, tapi yach hanya didalam kampus nggak boleh demo dijalan-jalan, gitu aja penjagaannya sudah sangat ketat, gerbang kampus pun terhias warna-warni seragam polisi, dan bagi mahasiswa asing biasanya kita nggak perlu ikut-ikutan mereka yang demo, sebab status kita tamu, nanti kalau ada apa-apa bisa berbahaya.

Jadi harap maklum saja, kita-kita kurang sering berlatih orasi, paling-paling orasi kita lewat tulisan seperti ini dan semacamnya.

Alliem,

Kamis, 26 mei 2005
demokrasi masih dalam satu arti


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Katakan pendapatmu kawan

10 Artikel Populer