09 November 2007

Maafkan Aku Mengingatkanmu

Maafkan Aku Mengingatkanmu
Oleh : Mochammad Moealliem

Sobat,… ana mislak (aku sepertimu), aku juga bodoh, bahkan dalam studi pun prestasi lebih baik kamu dari aku, namun aku berusaha sekuatku untuk berlari menuju pintar, yang mungkin aku kalah start denganmu waktu itu, aku dulu memandangmu bak langit yang menjulang yang tergambar dalam sorot mata si pungguk yang merindukan bulan, dan bermacam-macam katak dalam tempurung kaca lusuh kebodohan yang selalu gelap dengan debu alpa dan dosa, aku adalah anak kecil yang baru berusaha untuk bersikap seperti orang dewasa, menulis pun terkadang masih tak leluasa, masih terbayang bagaimana sulitnya membuat makalah untuk kali pertama.

Mungkin aku sedikit bisa merasakan sulitnya nabi membaca wahyu pertama, hingga tiga kali jibril memaksanya membaca, nabi juga manusia seperti kita, bahkan batu pun berlubang dengan tetesan air telaga, sekeras apapun kebodohan kita, jika tetesan itu terus menerus, tembuslah kepongahan batu yang perkasa, jangan pernah putus asa, berlarilah hingga waktu istirahat tiba.

Wajar jika kita terkadang egois, emosi, atau tersinggung, ketika orang lain ingin memberikan pendapatnya, demi kebaikan kita jua sebenarnya, hanya saja kita terburu-buru memanjakan egois dan merasa lebih mulia, buruk sangka menjadi kuda liar nafsu amarah kita, dan terkadang terbawa pada hati kita sehingga menjadikan dunia sempit kala kita berjumpa dengan orang yang bermaksud baik terhadap kita, justifikasi sepihak tanpa bukti yang nyata, menjadikan persahabatan kita ibarat bush dan presiden Venezuela.

Syariat palu memalu, hakikat balas membalas, baik dibalas baik, buruk dibalas buruk, ketika kita memperlakukan orang lain baik tentunya orang lain pun akan memperlakukan kita baik juga, namun ketika kita perlakukan orang lain buruk, maka sebaliknya pun orang lain akan memperlakukan kita buruk, namun kadang juga ada orang yang ingin diperlakukan baik, namun dia memperlakukan orang lain kurang baik, sekeras apapun manusia terhadap sesamanya namun tak ingin orang lain keras terhadapnya.

Ketika saya ujian qur'an syafawi, dengan segala kebodohan dan kelemahan daya ingat, aku mencoba seingat mungkin apa yang harus aku katakan dengan lidahku, yang dijaga oleh seorang doctor yang tak mungkin aku menipu, apalagi memberikan ayat-ayat palsu, seorang teman duduk berdua denganku, aku terdiam kaku, ucapanku berlompat-lompat tak tentu, kemudian sang doktor itu bertanya kawan sebelahku, "benar nggak ayat yang diucapkan kawanmu?", kawanku diam, kemudian doktorku bilang "kenapa kamu tidak menyimak kawanmu, bukankah jika salah kamu wajib memberitahu".

Susahnya jadi orang yang tahu, yang harus mengingatkan kala kesalahan ditemu, terkadang orang salah berkepala batu, tak diingatkan, kita yang keliru, dingatkan kita dihantam batu, ya Allah... maafkan aku jika tak mampu mengingatkan diriku, apalagi mengingatkan selainku.

Kawan, ingatkanlah aku, dari segala hal yang itu salah menurutmu, namun jangan kau memaksaku untuk setuju denganmu, cukup ingatkan aku, engkau telah terbebas dari beban kewajiban itu.

Alliem,
Selasa, 17 Oktober 2006
Ku tunggu ingatan mu



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Katakan pendapatmu kawan

10 Artikel Populer