07 November 2007

Tiada Air Debu Pun Jadi

Tiada Air Debu Pun Jadi
Oleh : Mochammad Moealliem

Istilah itulah yang cocok untuk Mesir dua hari yang lalu tepatnya hari Sabtu dan Ahad 25-26 Februari 2006. Ulama Fiqh dalam karya-karyanya sering memakai istilah ini juga dalam bab bersuci, kalau tiada air debu pun jadi, alias kalau nggak bisa bersuci pakai air ya bisa tayamum pakai debu. Namun apakah negeri Mesir kehabisan air atau air sungai Nile telah tercemar oleh bangkai unggas yang terkena flu burung, dimana sungai nile adalah sungai kehidupan negeri ini yang disaring dan dialirkan ke berbagai kawasan penduduk setempat.

Influenza al tuyur, tulisan itu kini terpampang besar di headline berita harian yang ada dikota tua yang jarang terkena musibah, bahkan terlihat tenteram, aman, dan nyaman. Berbeda sekali dengan negara kita tercinta Indonesia, yang tak pernah lepas dari bencana mulai yang kecil sampai yang besar tak pernah berhenti hingga menjadikan masyarakatnya tidak begitu kaget dengan bencana-bencana yang lain.

Ayam adalah termasuk bagian penting makanan masyarakat setempat, kini mulai pada beralih menu lain akibat rasa takut atas virus itu, meski pemerintah secara besar-besaran menyatakan bahwa flu burung di bawah kendali, dan nggak sampai terjadi pada manusia, harga ayam turun secara drastis bahkan banyak dari penjual ayam tutup. Flu burung yang bertamu sejak beberapa hari lalu sedikit banyak meresahkan warga setempat terlebih para pengusaha unggas, namun pada saat-saat ini sangat jarang sekali kita mendapati pedagang ayam yang menjual dagangannya, entah karena khawatir akan terkena virus tersebut atau memang rugi karena tidak ada yang membeli ayam tersebut, Untungnya Mesir tak seluas Indonesia jadi tak terlalu sulit mengendalikan wabah aneh itu.

Flu burung, Tsunami, banjir, tanah longsor, gempa, busung lapar, koruptor, dan masih banyak cabang-cabang bencana yang tak bisa saya sebut satu persatu, tentunya hal semacam itu tidak bisa kita hindari jika telah terjadi, namun setidaknya hal itu tidak terulang lagi dengan kecerobohan kita terhadap tanda yang ada. Di Mesir baru-baru ini menjadi tuan rumah piala afrika, pun juga flu burung yang mengakibatkan puluhan ribu unggas harus dikubur secara terhormat, lebih dari biasanya.

Tak ada gerimis di Mesir yang ada cuma hujan, meski hujan di Mesir adalah gerimis bagi Indonesia, dalam artian gerimis sudah meresahkan masyarakat setempat mulai dari macetnya sarana tranportasi, takut erosi, jalanan banjir (maklum nggak biasa ada selokan) dan lain sebagainya, Bahkan kemarin hujan debu dan sedikit gerimis, sejak hari sabtu pagi debu menghias langit mesir sampai hari ahad sore, hal semacam ini bukanlah yang pertama, sebelumnya sudah terjadi juga malah lebih kencang anginnya hanya saja tidak terlalu lama waktunya, mungkin karena Mesir nggak cocok dikasih hujan air makanya dikasih hujan debu.

Dalam berita harian Mesir yang saya baca, hal semacam itu berbahaya untuk kesehatan dan disarankan tidak keluar rumah jika memang tidak penting, bahkan banyak anak sekolah terlambat akibat hal tersebut akibat tranportasi tidak bisa normal, dan lain sebagainya. Itulah Mesir dengan hujan debunya, tiada air debu pun jadi.

Alliem
27 Februari 2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Katakan pendapatmu kawan

10 Artikel Populer