Lebaran di Kampungku
Oleh : Mochammad Moealliem
Assalamu alaikum wr.wb.
Teman-teman seagama, sebangsa, dan setanah air, dalam kesempatan yang berbahagia ini izinkanlah saya memohon maaf atas segala segala kesalahan yang terjadi sejak saya mengenal kalian semua, terlebih karena selalu saja memenuhi box kalian dengan artikel-artikel yang tidak bermutu, sehingga membuat kalian bosan.
Hari raya ini terhitung sepi bagi kami dan mungkin sangat ramai bagi kalian, memang semua tak sama, pada malam takbiran yang lalu rasanya rindu dengan takbir layaknya di Indonesia yang penuh riuh, semarak suara tabuhan beduk, mercon yang berlari lari dari kejaran polisi, memekikkan suara ketakutan sambil tertawa, berbeda dengan di Mesir, malam itu seolah tak ada apa-apa udara merangkak dengan kabutnya yang masih tipis memaksa kita ber baju tebal dan jaket.
Memang Mesir bukan Indonesia dimana ada istilah mudik dan balik, yah karena kondisi alamnya yang berbeda yang membuat orang Mesir tak bisa mudik sebab sekitar 16 juta penduduknya tertumpuk di kota kairo yang kecil atau sekitar 30 % dari jumlah yang ada,
Malam itu masih saja aku dapat mendengar takbir di sebuah masjid Indonesia alias masjid yang memang milik warga Indonesia yang letaknya ditengah kota dimana tiap hari pada bulan ramadan selalu penuh dengan mahasiswa yang terdiri atas penjuru nusntara yang dijemput setelah berbuka puasa dirumah masing-masing, dan bahkan ada yang berangkat sendiri meski terukur agak jauh, namun sarana transportasi cukup memadahi asalkan jangan waktu berbuka puasa, sebab para sopir pun berbuka puasa, meskipun ada yang tidak puasa, ada juga metro anfaq alias kereta bawah tanah untuk mencapai masjid Indonesia kairo itu.
Pada hari raya selasa 25 bulan ini (Nov) tahun yang sama (2003), pihak kedutaan mengadakan sholat ied bersama disebuah masjid yang terletak di Hedr el Touny Street atau terkenal dengan daerah yusuf abbas, yang biasanya diadakan di KBRI di Garden city di dekat sungai nil, mungkin ada beberapa alasan yang menjadikan hal itu terjadi, bisa jadi karena jauh atau hal-hal yang lain, dan setelah sholat ied seperti biasa ada jamuan makan serta wahana saling memaafkan dengan merangkul dan adu pipi kanan kiri namun tetap saja sejenis ( budaya mesir ) di sebuah hadiqoh atau taman yang agak luas, setelah bapak dubes sambutan, langsung kita bersalam- salaman diiringi musik dan lagu khas Mesir yng merupakan fasilitas taman itu.
Setelah itu berbagai hidangan dari berbagai kota di Indonesia dipersilahkan untuk dinikmati meski diatur sedemikian rupa namun hal itu sedikit mengobati rasa kangen kita pada bumi pertiwi.
Namun cerita itu tak sebanding dengan yang bertemu keluarga dan sanak familynya, yah...... semua itu ada perlunya.
Kullu 'am wa antum bikhoir
Mohon maaf lahir batin
Wassalam
Alliem,
Sabtu, 29 November 2003
>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Katakan pendapatmu kawan