Tentang Rukyatullah
Oleh : Mochammad Moealliem
Dalam kesempatan kali ini saya mencoba berbagi tentang sebuah perdebatan yang disajikan oleh para ulama kepada saya juga teman-teman yang lain. Dalam masalah ini kita tak perlu buru-buru ikut berpendapat sesuai dengan kemauan kita sendiri, seperti yang saya katakan dahulu bahwa tidak semua orang boleh memberi rambu-rambu dijalan. Maka dalam hal ini kita harus sangat hati-hati.
Perbedaan pandangan memang sangat kental dimana saja dan pada masalah apa saja, dan seolah kita diajari berdebat dengan benar serta punya dasar, dengan harapan hal itu menjadi lebih baik, seperti firman Allah " wajadilhum billati hia ahsan "QS:16:125.
Bolehkah kita melihat Allah?
Sebelum saya tulis adu argumen antara ahli sunnah dengan mu'tazilah, perlu kita berfikir sejenak, bahwa diantara sifat Tuhan adalah mukholafatu lil hawadis (berbeda dengan sesuatu yang mempunyai sifat baru) dan segala sesuatu yang selain Allah adalah baru, termasuk kita ini adalah barang baru dan semua sesuatu yang pernah baru maka akan mengalami perubahan dan kerusakan.
Ahlusunnah ( madzhab yang kita ikuti dalam masalah keesaan Tuhan ) merekomendasikan bahwa melihat tuhan didunia ini adalah boleh "jaizah" dalam artian terjadinya sebuah keadaan seperti saat kita melihat rembulan atau bisa disebut ru'yah, namun dalam keadaan tanpa arah dan muqobalah. [ Taqrib al marom fi syarhi tahdzib al Kalam.h.5 ]
Akan tetapi hal tersebut belum pernah terjadi pada seorang pun didunia ini, bahkan nabi pun belum pernah bisa, kecuali nabi Muhammad ketika Isra' Mi'raj. Namun menurut Ahlisunnah hal ini akan terjadi nanti disurga bagi orang-orang mukmin. semoga kita termasuk didalamnya, amin.
Dalil yang dipakai ahlisunnah dalam masalah ini adalah firman Allah pada lisan Musa " Robbi ariny andzur ilaika". Qs:7:143
Dan tatkala Musa datang untuk pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau". Tuhan berfirman : "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya niscaya kamu dapat melihat-Ku". Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu , dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: "Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman".Qs:7:143
Dari ayat ini Ahlisunnah kesimpulan bahwa
1.Permintaan Musa As untuk melihat Allah menununjukkan diperbolehkanya melihat, sebab jika tidak boleh maka nabi musa akan tergolong bodoh dalam meminta sesuatu yang tidak mungkin.
2.Allah menggantungkan ru'yah dengan tetapnya gunung, dan sesuatu yang digantungkan terhadap yang mungkin adalah mungkin
3.Allah berfirman "lan tarony" kamu tidak melihatku.
Mu'tazilah dalam hal ini berpandangan bahwa melihat Allah adalah mustahil didunia maupun diakhirat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Katakan pendapatmu kawan